** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/28/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Refleksi Masih Adakah Harap Ketika Sudah Tiarap? Oleh Agus Wiyanto TIARAP adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri supaya selamat. Di medan perang, tiarap diperlukan supaya manusia tidak mati binasa diterjang butiran peluru yang ditumpahkan musuh. Tiarap diperlukan ketika kita memasuki suatu tempat yang kontur tanahnya lebih rendah dari kaki kita. Tiarap dilakukan dalam pelatihan out bond untuk menguji kestabilan mentalitas emosi kita di lapangan. Tiarap juga dilakukan orang kecil ketika diterjang badai raksasa yang dinamakan "krisis multi dimensi ekonomi sosial dan politik" dan bencana alam, yang datang bertubi-tubi menghantam negara kita akhir-akhir ini. Imbasnya sangat terasa bagi orang kecil. Puncak kulminasinya terjadi, saat harga BBM dinaikkan lebih dari seratus persen. Satu satunya cara yang dapat dilakukan warga masyarakat adalah tiarap supaya tidak binasa, dan syukur kalau dapat selamat untuk mempertahankan hidupnya, dan seluruh keluarganya. Buruh pabrik harus tiarap, di tengah iklim industri yang sedang lesu darah dan mengalami stagnasi berat. Menurut data, perusahaan besar dan sedang antara tahun 2001-2004 turun dari 21.396 menjadi 20.370. Beberapa industri mengalami penurunan tajam, seperti garment 288 perusahaan, hasil kayu 175 perusahaan, makanan dan minuman 140 perusahaan dan perabot 120 perusahaan (Dr Djisman S Simanjuntak, analisis ekonomi, Upah Kompromi 2006). Mereka tiarap di tengah UMR yang tidak lagi sebanding dengan naiknya biaya transportasi kendaraan dan ongkos makan. Petani di pedesaan sudah lama tiarap, sejak 1998 karena hasil pertanian yang tidak lagi sebanding dengan biaya menanam padi. Dibandingkan zaman dahulu, harga sarana produksi pertanian cenderung stabil, harga jualnya pun masih dihargai dengan pantas. Amat berbeda zaman dahulu dengan sekarang, terutama setelah liberalisasi pasar dibuka pemerintah, melalui penandatanganan surat kesanggupan (LoI) dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tahun 1998, dibukanya impor beras, yang hasilnya amat merugikan petani dalam negeri. Jika dikalkulasi secara cermat, harga satu kilogram padi yang dipanen tidak sebanding dengan harga satu kilogram pupuk yang harus dibeli petani. Sudah terjatuh masih tertimpa tangga, sudah bertiarap masih dililit hutang untuk menutup biaya kebutuhan hidup yang terasa makin berat. Dulu petani di Jawa Tengah bisa membiayai kuliah anaknya dengan menjual satu karung beras, tetapi sekarang dengan berkarung karung beras masih belum cukup. Lebih parah lagi jika nasib tidak berpihak pada mereka, mereka yang sudah lama tiarap tidak dapat lagi menyekolahkan anak mereka ke perguruan tinggi. Guru sudah lama bertiarap, dan hasilnya tetap menjadi sosok Oemar Bakri, yang setia mengabdi. Apalagi yang berstatus wiyata bhakti. Sore harinya, mereka menjadi tukang ojek untuk tambahan rejeki. Memang, mereka sekarang tidak dapat lagi berdiri tegak dengan ke dua kakinya. Penyebabnya, nasib yang tidak lagi berpihak kepada para pahlawan yang rela mengabdi untuk mencerdaskan bangsa, tetapi tanpa tanda jasa. Tiarap, lalu berdiri tegak, dan menjadi kuat untuk berlari. Itulah skenario besar dan raksasa untuk menolong orang kecil yang sudah tertindih beban kehidupan sekaligus sebagai konsekwensi dari pilihan politis dari kebijakan yang diambil negara kita. Tapi pertanyaan yang mengusik kita, kapan kaki mereka menjadi kuat untuk berdiri, dan berlari? Dari fase tiarap, untuk dapat "berlari" memang memerlukan suatu lompatan yang besar. Boro boro kuat untuk berlari, berjalan tegak saja mereka sudah tidak mempunyai tenaga, kalau tidak ada intervensi dari luar yang datang memberikan fasilitas pertolongan. Saat ini hanya satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu tiarap di tengah badai krisis ekonomi yang gencar menghantam. Masih ada satu lagi, istilah "tiarap" juga dipergunakan untuk para pendukung rezim orde baru yang pada zaman reformasi, tidak lagi menyisakan ruang gerak bagi mereka untuk tampil lagi. Langkah yang paling aman, yang mereka pilih adalah bertiarap sementara waktu. Tiarap dilakukan dengan menarik diri dari arena publik dengan serangkaian aktivitasnya. Mereka tiarap sambil menunggu, sampai tiba saatnya. Kalau orang banyak dan masa sudah "lupa" dengan segala citra dan sepak terjangnya di masa lalu, tentu mereka dapat tampil kembali ke arena publik. Masih Ada Harapan? Bicara tentang harapan. Masih adakah harapan bagi wong cilik? Dari pada meratap lebih baik berharap. Memang meratap dan berkeluh kesah tidak ada gunanya, dan tidak menolong kita keluar dari masalah yang menimpa diri kita. Namun apakah harapan mereka adalah sebuah pepesan kosong, tanpa isi untuk menghibur dan menenangkan para wong cilik? Amat kasihan, kalau tujuannya memberikan harapan hanya sekadar untuk menenangkan hati para wong cilik, agar sabar dan tawakal dalam bertiarap. Harapan dan masa depan harus diciptakan bukan hanya menjadi retorika, supaya terpilih dan dipilih menjadi wakil rakyat. Dalam Perjanjian Lama, umat Tuhan bangkit kembali membangun puing-puing reruntuhan, setelah mereka kembali dari pembuangan di tanah Babel (538M). Hati mereka teriris sendu tatkala melihat kotanya, Yerusalem menjadi puing-puing yang berserakan. Mereka menangis ketika penduduk Yerusalem yang tersisa tidak mampu lagi berbuat sesuatu, bagi dirinya untuk bangkit berdiri dengan kedua kakinya (Ratapan 3). Tekad mereka hanya satu, meskipun berat baginya untuk melangkah, dan dari mana mulainya, untuk mengurai akar permasalahan yang menimpa orang kecil. Semangatnya satu, programnya satu dan terfokus jelas: Bangkit kembali untuk bangun dari puing keruntuhan (Nehemia 2: 17). Mereka bersama sama menyingsingkan lengan baju. Mereka tidak bertengkar soal jatah dan berbagi kenikmatan, di tengah jeritan orang kecil. Mereka bisa membuang kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi. Ini pengalaman riil yang dapat diteladani. Ezra dan Nehemia adalah reformator bangsa, sekaligus leader yang memberi semangat. Bukan dari atas kursi empuk mereka berteriak lantang memberikan pengharapan, mereka turun bersama-sama dengan penduduk Yerusalem. Mereka menyulut api pengharapan dan menorehkannya di dada wong cilik, Dengan Moto "bersama-sama kita bisa". Bukan bersama kita akan binasa. Itulah pengharapan riil yang perlu ditanamkan dalam diri wong cilik oleh setiap orang yang masih mempunyai kehendak yang baik dan tulus. * Penulis adalah pendeta GKI Cinere -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 28/1/06 [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **