[nasional_list] [ppiindia] Masih Adakah Harap Ketika Sudah Tiarap?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 29 Jan 2006 01:17:34 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/28/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Refleksi

Masih Adakah Harap Ketika Sudah Tiarap?
Oleh Agus Wiyanto 



TIARAP adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri supaya selamat. Di 
medan perang, tiarap diperlukan supaya manusia tidak mati binasa diterjang 
butiran peluru yang ditumpahkan musuh. Tiarap diperlukan ketika kita memasuki 
suatu tempat yang kontur tanahnya lebih rendah dari kaki kita. Tiarap dilakukan 
dalam pelatihan out bond untuk menguji kestabilan mentalitas emosi kita di 
lapangan. Tiarap juga dilakukan orang kecil ketika diterjang badai raksasa yang 
dinamakan "krisis multi dimensi ekonomi sosial dan politik" dan bencana alam, 
yang datang bertubi-tubi menghantam negara kita akhir-akhir ini. Imbasnya 
sangat terasa bagi orang kecil. 

Puncak kulminasinya terjadi, saat harga BBM dinaikkan lebih dari seratus 
persen. Satu satunya cara yang dapat dilakukan warga masyarakat adalah tiarap 
supaya tidak binasa, dan syukur kalau dapat selamat untuk mempertahankan 
hidupnya, dan seluruh keluarganya. 

Buruh pabrik harus tiarap, di tengah iklim industri yang sedang lesu darah dan 
mengalami stagnasi berat. Menurut data, perusahaan besar dan sedang antara 
tahun 2001-2004 turun dari 21.396 menjadi 20.370. Beberapa industri mengalami 
penurunan tajam, seperti garment 288 perusahaan, hasil kayu 175 perusahaan, 
makanan dan minuman 140 perusahaan dan perabot 120 perusahaan (Dr Djisman S 
Simanjuntak, analisis ekonomi, Upah Kompromi 2006). Mereka tiarap di tengah UMR 
yang tidak lagi sebanding dengan naiknya biaya transportasi kendaraan dan 
ongkos makan. 

Petani di pedesaan sudah lama tiarap, sejak 1998 karena hasil pertanian yang 
tidak lagi sebanding dengan biaya menanam padi. Dibandingkan zaman dahulu, 
harga sarana produksi pertanian cenderung stabil, harga jualnya pun masih 
dihargai dengan pantas. Amat berbeda zaman dahulu dengan sekarang, terutama 
setelah liberalisasi pasar dibuka pemerintah, melalui penandatanganan surat 
kesanggupan (LoI) dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tahun 1998, dibukanya 
impor beras, yang hasilnya amat merugikan petani dalam negeri. 

Jika dikalkulasi secara cermat, harga satu kilogram padi yang dipanen tidak 
sebanding dengan harga satu kilogram pupuk yang harus dibeli petani. Sudah 
terjatuh masih tertimpa tangga, sudah bertiarap masih dililit hutang untuk 
menutup biaya kebutuhan hidup yang terasa makin berat. Dulu petani di Jawa 
Tengah bisa membiayai kuliah anaknya dengan menjual satu karung beras, tetapi 
sekarang dengan berkarung karung beras masih belum cukup. Lebih parah lagi jika 
nasib tidak berpihak pada mereka, mereka yang sudah lama tiarap tidak dapat 
lagi menyekolahkan anak mereka ke perguruan tinggi. 

Guru sudah lama bertiarap, dan hasilnya tetap menjadi sosok Oemar Bakri, yang 
setia mengabdi. Apalagi yang berstatus wiyata bhakti. Sore harinya, mereka 
menjadi tukang ojek untuk tambahan rejeki. Memang, mereka sekarang tidak dapat 
lagi berdiri tegak dengan ke dua kakinya. Penyebabnya, nasib yang tidak lagi 
berpihak kepada para pahlawan yang rela mengabdi untuk mencerdaskan bangsa, 
tetapi tanpa tanda jasa. 

Tiarap, lalu berdiri tegak, dan menjadi kuat untuk berlari. Itulah skenario 
besar dan raksasa untuk menolong orang kecil yang sudah tertindih beban 
kehidupan sekaligus sebagai konsekwensi dari pilihan politis dari kebijakan 
yang diambil negara kita. Tapi pertanyaan yang mengusik kita, kapan kaki mereka 
menjadi kuat untuk berdiri, dan berlari? Dari fase tiarap, untuk dapat 
"berlari" memang memerlukan suatu lompatan yang besar. Boro boro kuat untuk 
berlari, berjalan tegak saja mereka sudah tidak mempunyai tenaga, kalau tidak 
ada intervensi dari luar yang datang memberikan fasilitas pertolongan. Saat ini 
hanya satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu tiarap di tengah badai krisis 
ekonomi yang gencar menghantam. 

Masih ada satu lagi, istilah "tiarap" juga dipergunakan untuk para pendukung 
rezim orde baru yang pada zaman reformasi, tidak lagi menyisakan ruang gerak 
bagi mereka untuk tampil lagi. Langkah yang paling aman, yang mereka pilih 
adalah bertiarap sementara waktu. Tiarap dilakukan dengan menarik diri dari 
arena publik dengan serangkaian aktivitasnya. Mereka tiarap sambil menunggu, 
sampai tiba saatnya. Kalau orang banyak dan masa sudah "lupa" dengan segala 
citra dan sepak terjangnya di masa lalu, tentu mereka dapat tampil kembali ke 
arena publik. 


Masih Ada Harapan? 

Bicara tentang harapan. Masih adakah harapan bagi wong cilik? Dari pada meratap 
lebih baik berharap. Memang meratap dan berkeluh kesah tidak ada gunanya, dan 
tidak menolong kita keluar dari masalah yang menimpa diri kita. Namun apakah 
harapan mereka adalah sebuah pepesan kosong, tanpa isi untuk menghibur dan 
menenangkan para wong cilik? Amat kasihan, kalau tujuannya memberikan harapan 
hanya sekadar untuk menenangkan hati para wong cilik, agar sabar dan tawakal 
dalam bertiarap. Harapan dan masa depan harus diciptakan bukan hanya menjadi 
retorika, supaya terpilih dan dipilih menjadi wakil rakyat. 

Dalam Perjanjian Lama, umat Tuhan bangkit kembali membangun puing-puing 
reruntuhan, setelah mereka kembali dari pembuangan di tanah Babel (538M). Hati 
mereka teriris sendu tatkala melihat kotanya, Yerusalem menjadi puing-puing 
yang berserakan. Mereka menangis ketika penduduk Yerusalem yang tersisa tidak 
mampu lagi berbuat sesuatu, bagi dirinya untuk bangkit berdiri dengan kedua 
kakinya (Ratapan 3). Tekad mereka hanya satu, meskipun berat baginya untuk 
melangkah, dan dari mana mulainya, untuk mengurai akar permasalahan yang 
menimpa orang kecil. 

Semangatnya satu, programnya satu dan terfokus jelas: Bangkit kembali untuk 
bangun dari puing keruntuhan (Nehemia 2: 17). Mereka bersama sama 
menyingsingkan lengan baju. Mereka tidak bertengkar soal jatah dan berbagi 
kenikmatan, di tengah jeritan orang kecil. Mereka bisa membuang kepentingan 
kelompok dan kepentingan pribadi. Ini pengalaman riil yang dapat diteladani. 
Ezra dan Nehemia adalah reformator bangsa, sekaligus leader yang memberi 
semangat. Bukan dari atas kursi empuk mereka berteriak lantang memberikan 
pengharapan, mereka turun bersama-sama dengan penduduk Yerusalem. Mereka 
menyulut api pengharapan dan menorehkannya di dada wong cilik, Dengan Moto 
"bersama-sama kita bisa". Bukan bersama kita akan binasa. Itulah pengharapan 
riil yang perlu ditanamkan dalam diri wong cilik oleh setiap orang yang masih 
mempunyai kehendak yang baik dan tulus. * 

Penulis adalah pendeta GKI Cinere 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 28/1/06 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Masih Adakah Harap Ketika Sudah Tiarap?