[nasional_list] [ppiindia] Damai (di Indonesia) makin Jauh

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 9 Nov 2005 00:11:56 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **MEDIA INDONESIA
Rabu, 09 November 2005



Damai (di Indonesia) makin Jauh
Adinda Tenriangke Muchtar, peneliti pada The Indonesian Institute, Jakarta



LEBARAN tahun ini dibungkus dengan darah yang mengalir dari leher tiga siswi 
SMU di Poso. Sebelumnya, kekerasan atas nama suku, agama, ras dan antargolongan 
terjadi di Ambon, Poso, dan sejumlah tempat lainnya. Kekerasan juga menyeruak 
di Bali, bom meledak di tiga tempat yang merenggut secara paksa sejumlah nyawa.

Para pelaku kerusuhan dan aksi teror tampaknya makin sering unjuk gigi. Mereka 
bahkan tidak peduli untuk melancarkan aksi-aksi yang tidak berperikemanusiaan 
tersebut di hari-hari yang suci. Korbannya pun semakin tidak pandang bulu dan 
gencar menyerang orang-orang yang tidak bersalah. Lokasi-lokasi yang kerap 
dipadati masyarakat umum pun tidak luput dari sasaran sebagaimana yang telah 
terjadi dalam aksi-aksi pengeboman sebelumnya.

Yang jelas, apa pun bentuk dan sasarannya, aksi teror seperti itu sudah sangat 
meresahkan, memuakkan, dan harus segera dicegah, serta ditindaklanjuti. 
Masyarakat pada akhirnya tidak mungkin hanya mengandalkan negara (aparat 
keamanan) untuk melakukan fungsi keamanan dan ketertiban di republik ini.

Meningkatnya anggaran belanja pemerintah pusat untuk fungsi keamanan secara 
signifikan, terutama sejak 2002 (dari sekitar Rp6,5 miliar menjadi hampir 
mencapai Rp8,8 miliar pada 2003). Kenaikan ini juga sangat terlihat dalam 
anggaran 2005, yang mengalokasikan lebih dari Rp15 ribu miliar untuk fungsi 
keamanan.

Kenaikan anggaran keamanan tersebut juga diikuti dengan peningkatan anggaran 
pemerintah pusat untuk aparat keamanan terkait. Misalnya belanja pemerintah 
pusat untuk Kepolisian Negara Republik Indonesia meningkat dari Rp10,6 miliar 
pada 2004 menjadi Rp11,2 miliar pada 2005. Sedangkan belanja pemerintah pusat 
untuk Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM meningkat dari 
Rp59,6 miliar pada 2004 menjadi Rp67,8 miliar pada 2005.

Namun, berdasarkan kenyataan yang ada dan masalah-masalah keamanan yang 
terjadi, kenaikan anggaran dan kapasitas aparat keamanan yang terkait tidak 
serta-merta menjamin keamanan dan ketertiban di negeri ini. Indonesia masih 
sangat rentan tidak hanya akan masalah separatisme, terorisme, dan konflik 
antarkelompok, namun juga akan isu-isu lain yang secara luas berkaitan dengan 
isu-isu politik dan sosial.

Sebut saja masalah ketidakpuasan dan penolakan akan kebijakan pemerintah 
menaikkan harga BBM untuk kedua kalinya; protes akan pencalonan dan hasil 
penghitungan suara dalam pilkada; kerusuhan dalam pembagian dana kompensasi 
untuk 15,5 juta keluarga miskin; aksi penghentian ibadah kelompok Ahmadiyah; 
dan sebagainya.

Lebih jauh lagi, bantuan dari luar negeri, baik berupa dana pendukung, 
pelatihan, dan perlengkapan yang diterima aparat keamanan pun malah mengundang 
kontroversi seputar isu teror yang sengaja dipertahankan, serta sekuritisasi 
masalah khususnya di daerah konflik, untuk mempertahankan peran militer di 
daerah yang bersangkutan, serta memastikan lancarnya arus bantuan dana dan 
fasilitas ke daerah konflik tertentu.

***
Dengan kata lain, konflik dan teror diciptakan untuk memelihara korupsi. Hal 
ini pula yang tercetus saat terjadi pengeboman di Pasar Sentral, Poso, Sulawesi 
tengah pada 28 Mei lalu.

Intinya, aksi teror dan konflik ditujukan untuk tidak hanya menunjukkan 
ketidakpuasan akan kebijakan pemerintah (seperti saat kenaikan harga BBM untuk 
kedua kalinya pada awal Oktober lalu), namun juga konspirasi untuk mengalihkan 
perhatian masyarakat atas isu-isu tertentu, seperti penyalahgunaan dana bantuan 
untuk para pengungsi oleh pihak-pihak terkait.

Sangat ironis ketika kejadian-kejadian yang tidak bertanggung jawab tersebut 
tetap terjadi dan terus berlangsung bahkan di tengah bulan yang suci seperti 
Ramadan, maupun seperti aksi bom Natal 2000 lalu.

Rasanya para pelaku dan pihak-pihak yang ingin mengeruk keuntungan dari konflik 
dan aksi teror sudah digelapkan matanya, dan bahkan tidak lagi mengindahkan 
nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Konflik dan teror malah dijadikan sumur 
untuk mendulang keuntungan sebanyak-banyaknya di atas penderitaan orang lain 
yang tidak berdosa.

Aparat pun sepertinya sudah tidak berdaya terlepas dari anggaran keamanan yang 
meningkat, maupun dukungan dari kapasitas aparat yang mereka miliki. Peraturan 
perundangan mengenai pemberantasan aksi terorisme pun dikhawatirkan akan 
memberikan wewenang bagi aparat untuk bertindak represif dan sewenang-wenang, 
misalnya dalam melakukan interogasi terhadap tersangka.

Bahkan rancangan undang-undang (RUU) seperti rahasia negara pun bisa menjadi 
bumerang bagi publik ketika ingin mengetahui dan memastikan informasi yang 
seharusnya berkaitan dengan kebijakan, serta nasib masyarakat ke depan. 
Keputusan pemerintah untuk mengawasi pesantren-pesantren tertentu pun dianggap 
diskriminatif dan cenderung menuduh secara sepihak.

Yang jelas, apa pun kebijakan yang diambil pemerintah dan aparat keamanan 
terkait harus tetap memerhatikan nilai-nilai hak asasi manusia. Jangan sampai 
usaha untuk memberantas aksi brutal tersebut malah menekan dan menghantui 
masyarakat dengan mengatasnamakan keamanan.

Dalam hal ini, ada kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pemerintah untuk 
melaksanakan fungsi keamanan secara efektif. Kebutuhan tersebut tidak hanya 
melulu mengenai anggaran dan kapasitas aparat, namun juga peraturan yang 
akomodatif, peka, dan tanggap untuk melindungi keselamatan dan keamanan 
masyarakat dengan tetap memerhatikan hak-hak asasi manusia.

Pemerintah dan aparat keamanan memang perlu bertindak tegas dan tepat, namun 
bukan berarti membabi buta menuduh pihak-pihak tertentu dan melakukan tindakan 
yang represif tanpa didasari bukti-bukti yang kuat.

Masyarakat perlu mulai belajar untuk melindungi diri dan lingkungannya dengan 
perisai masyarakat sendiri. Kesadaran akan perlunya rasa toleransi antarumat 
beragama maupun suku atau kelompok yang berbeda harus tetap dipelihara. 
Komunikasi di antara masyarakat sendiri menjadi penting untuk mencegah dan 
menghindari informasi yang simpang siur dan kesalahpahaman.

Jika perlu, masyarakat dapat belajar untuk membentuk gugus tugas untuk 
mewaspadai dan mencegah aksi-aksi teror yang menyulut konflik dan memakan 
korban tak bersalah. Apa pun bentuk, koordinasi, serta mekanismenya akan 
kembali tergantung bagaimana masyarakat dapat mencegah mencuat dan melebarnya 
isu-isu yang ada di lingkungan sekitarnya menjadi isu-isu keamanan.

Dengan kata lain, sekuritisasi isu-isu, seperti yang dikatakan Barry Buzan, 
yakni melebarnya isu menjadi komoditas isu keamanan, akan memberikan kesempatan 
yang lebar bagi aparat untuk masuk dan bertindak dengan caranya sendiri sesuai 
dengan wewenang yang dilekatkan kepadanya.***

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Damai (di Indonesia) makin Jauh