[nasional_list] [ppiindia] Coup '65: Perlunya Perjuangan Budaya

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 11 Nov 2005 22:00:00 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.laksamana.net/read.php?gid=102

 
September, 30 2005 @ 07:55 am

Coup '65: Perlunya Perjuangan Budaya


Menjelang 40 tahun peringatan tragedi 1965, sudah banyak sekali diterbitkan 
buku-buku  yang mengisahkan pengalaman para korban Gestok 1965. Semua 
penerbitan buku  ini  merupakan langkah positif dalam upaya  menempatkan 
perspektif  'para korban' dalam  melihat  'tragedi kemanusian' disekitar 
kejadian Gerakan Satu Oktober 1965 (Gestok).  Suatu tragedi kemanusiaan yang 
menjadi suatu sisi gelap dari sejarah bangsa ini.

Perpektif para korban ini patut  menjadi landasan utama dalam melihat tragedi 
kemanusian  baik menyangkut Gestok ataupun kasus lainnya, sebab  telah 
menjadikan 'para korban' sebagai pelaku-pelaku utama sejarah yang harus 
didengar suaranya untuk memperbaiki  hancurnya 'politik kemanusian' dinegeri 
ini.

Menjadikan  'para korban' sebagai pelaku utama sangat penting sebab akan 
menjadi semacam 'kesaksian'  bahwa  peristiwa Gestok bukan cuma matinya tujuh 
orang jendral, awal penggulingan Soekarno atau karena perang dingin, tapi  
menjadi awal dari suatu 'pembenaran politik'  bagi suatu  kekuasaan negara yang 
melakukan praktek sistematis dan teroganisir untuk membantai kemanusiaan tanpa 
pernah merasa bersalah atau berdosa.

Pengalaman 'para korban' ini justru lebih penting lagi, bukan hanya ditujukan 
kepada negara, tapi kepada generasi sekarang dan mendatang yang tidak pernah 
sama sekali mendapatkan  'perspektif kemanusiaan' dari peristiwa Gestok, selain 
propaganda negara atau analisi politik konspiratif yang semakin membingungkan.  
Dengan  makin banyaknya penerbitan kesaksian dari perspektif para korban, maka 
akan menjadi suatu mata rantai, yang tidak hanya akan menyatukan sesama korban, 
tapi lebih penting lagi dapat membangun jembatan  kemanusiaan dengan generasi 
sekarang atau generasi mendatang.

Mengharapkan negara  akan dapat  menghargai 'perspektif para korban'  adalah 
sebuah proses politik yang tidak mudah. Bila melihat para pelaku politik utama 
dan proses politik yang berlangsung dalam berbagai lembaga negara sekarang ini, 
tampaknya kita patut tidak terlalu banyak berharap. Jangankan untuk memihak 
bahkan untuk mendengarpun telinga mereka sudah keburu tuli. Justru  para 
politisi di DPR, eksekutif dan parpol akan lebih cenderung untuk melegitimasi 
negara sebagai benteng pelindung untuk memberikan impunitas secara politik dan 
legal kepada pihak-pihak dan pelaku yang harus bertanggungjawab.

Strategi yang hanya terfokus pada 'meminta pertangungjawaban  atau perhatian 
dari negara'  akan mudah melahirkan rasa skeptis dan putus asa melihat keruhnya 
 dunia politik sekarang ini.  Akses dan dukungan kekuatan politik dominan pada 
para korban yang boleh dikatanan 'tidak ada sama sekali'  seharusnya 
menyadarkan kita, bahwa strategi  yang bersandarakan pada 'proses politik'  
semata justru akan lebih mungkin menuju jalan buntu sekarang ini.

Bila strategi yang berkorelasi dengan 'proses politik' sangat sulit diharapkan  
membela para korban, maka harus ada strategi baru yaitu semacam 'strategi 
kebudayaan'  yang  lebih bermakna social dan penyadaran, semacam rekonsiliasi 
social-budaya dengan berbagai kelompok masyarakat atau generasi muda yang 
relatif 'lebih terbuka hati dan kesadarannya'  pada proses emansipasi 
kemanusiaan, tanpa banyak 'terkontaminasi' oleh kebohongan negara Orba dan 
kepentingan politik pragmatis.

Strategi kebudayaan ini  harus lebih memprioritaskan perhatian dan energinya  
dengan  melibatkan generasi sekarang atau generasi muda. Sebuah kelompok social 
yang secara politis tidaklah menjadi bagian dari politik korporatis Orde Baru,  
namun tidak mendapatkan perspektif lain untuk  bersikap adil terhadap sejarah 
dan para korban.

Pemutaran film dokumener Shadow Play yang menganalisa konspirasi internasional 
dibalik Gestok 1965 di Goethe Haus pada tahun 2003 menjadi suatu fakta bahwa 
para pelajar SMU dari sekitar 30 SMU di DKI Jakarta  begitu antusias dan mulai 
berpikir kembali tentang peristiwa 1965 dari perpektif yang lebih beragam, 
tidak melulu dari 'perspektif negara'.  Bahkan dari berbagai komentar yang 
muncul, kebanyakan mereka merasa telah diberikan 'informasi sesat' oleh negara 
disekitar kejadian tersebut.

Inisiatif dari puluhan SMU di DKI Jakarta  untuk mendatangkan siswa-siswanya  
untuk menyaksikan film Shadow Play menjadikan suatu  fakta bahwa gerakan 
kebudayaan, dengan mengambil medium apapaun, ternyata akan lebih memberikan 
kontribusi dari sekedar 'proses politik' yang sangat bebal.

Salah-satu gerakan kebudayaan yang terkait dengan kejadian 1965 dan para 
korbannya adalah   pekerjaan diam-diam tanpa banyak publikasi dari sekitar 80 
orang ahli sejarah untuk 'membenahi sejarah sekitar 1965' dengan memasukan juga 
 tragedi kemanusian yang harus dialami oleh para tapol PKI dan keluarganya. Tim 
ini mencoba 'bersikap adil' pada sejarah, sebagai suatu cara untuk membangun 
rekonsiliasi.  Dr Anhar Gonggong, salah seorang anggota penyusun buku ini 
bahkan berani mengatakan, mereka akan mundur bila negara melakukan intervensi 
atas draft buku sejarah yang sedang mereka susun.  Namun sampai hari ini belum 
diketahui apa hasil nyata dari tim ini. Jangan-jangan ada intervensi politik 
yang menjegalnya.

Dua contoh gerakan kebudayaan diatas menunjukan bahwa proses untuk 'adil 
terhadap sejarah' dan 'adil pada para korban'  dapat juga diperjuangkan melalui 
straegi kebudayaan, suatu bentuk perjuangan yang memang tidak 'seriuh'  
strategi perjuangan politik.

Strategi kebudayan ini bukan tidak akan bersingungan dengan proses politik atau 
menjadi suatu kawasan 'steril  politik'.  Justru  dia akan berkorelasi dengan 
proses politik, namun dengan  proses politik yang lain, yaitu politik 
kemanusiaan, suatu perjuangan politik yang tidak bertujuan untuk kekuasaan, 
tapi  untuk memperjungkan penghormatan kepada kemanusian.

Dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi 1965, adalah perlu untuk memikirkan 
berbagai insiisaitf dengan medium perjuangan budaya, agar perspektif para 
korban semakin luas didengar dan dirasakan oleh banyak orang, terutama kepada 
generasi muda yang akan menjadi kekuatan pengubah peradaban di masa depan. 
Menaburkan kesadaran kemanusiaan pada generasi muda ini, semoga akan  'menuai' 
suatu generasi baru yang akan menghargai kemanusiaan diatas segalanya.

By: Nor Hiqmah | Category: Coup '65 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Coup '65: Perlunya Perjuangan Budaya