** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/09/utama/2353514.htm ANALISA EKONOMI Faisal Basri Ibarat kesebelasan sepak bola, perombakan tim ekonomi menghasilkan barisan belakang dan lini tengah yang lebih tangguh. Dalam tempo kurang dari satu bulan, sejumlah indikator ekonomi jangka pendek menunjukkan perbaikan berarti. Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam, menembus Rp 9.500-an per dollar AS pada akhir pekan lalu, padahal sebulan lalu masih di atas Rp 10.000 per dollar AS. Sementara itu, minggu lalu indeks harga saham gabungan (IHSG) mengukir dua kali rekor baru dan ditutup pada 1.222. Yang juga membaik secara konsisten ialah cadangan devisa. Dalam sebulan terakhir cadangan devisa bertambah lebih dari satu miliar dollar AS, dari 33,4 miliar dollar AS menjadi 34,7 miliar dollar AS pada akhir Desember 2005. Yang cukup menggembirakan pula ialah terjadi penurunan tingkat harga-harga umum walau hanya 0,04 persen. Deflasi yang terjadi pada bulan Desember ini membuat inflasi selama tahun 2005 lebih rendah daripada perkiraan, yaitu hanya 17,11 persen. Bandingkan dengan inflasi tahun-ke-tahun bulan November yang 18,38 persen. Perlu pula dicatat bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor satu bulan pada lelang terakhir 4 Januari 2006 turun walau hanya satu basis poin menjadi 12,74 persen. Perbaikan indikator-indikator ekonomi di atas, sebagaimana diakui Gubernur Bank Indonesia, lebih didorong derasnya arus dana jangka pendek yang masuk ke Indonesia (Kompas, 7 Januari 2005, halaman 17). Jika kecenderungan perbaikan bisa terus berlangsung secara konsisten untuk beberapa bulan ke depan, diharapkan paling tidak kita dapat lebih cepat kembali ke sekitar posisi makroekonomi di awal tahun 2005. Kala itu nilai tukar Rp 9.305 per dollar AS, suku bunga SBI bertenor sebulan 8,24 persen, inflasi 7,32 persen, dan cadangan devisa 36 miliar dollar AS. Pertajam barisan penyerang Barisan belakang dan lini tengah yang kuat membuat lawan sulit membobolkan gawang, tetapi tak cukup untuk membuat suatu kesebelasan memenangi pertandingan. Dibutuhkan lapisan penyerang tangguh. Para penyerang terdiri dari menteri-menteri sektoral: pertanian, perindustrian, kehutanan, kelautan, energi dan sumber daya mineral. Menteri Perdagangan bisa dipandang sebagai penyerang tengah (striker) dalam menembus pasar internasional dan melawan produk impor di pasar domestik. Mereka inilah yang menjadi ujung tombak menciptakan goals (tujuan pembangunan), yakni kemakmuran dan kesejahteraan lewat penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan produktivitas. Barisan penyerang akan lebih produktif menciptakan gol jika lini tengah dan barisan belakang secara efektif menopang lewat umpan-umpan tajam dengan presisi tinggi. Sudah barang tentu penyelesaian akhir sangat bergantung pada kerja sama di antara penyerang. Serangan mudah dipatahkan jika penyerang bermanuver sendiri-sendiri. Jika kita menggunakan analogi kesebelasan sepak bola di atas untuk menganalisis peran para menteri sektoral, maka sangat mudah menemukan kelemahan. Sejauh ini kita menyaksikan belum banyak yang diperbuat untuk menata sektor riil. Masalah-masalah struktural belum banyak tersentuh. Perbaikan di sektor riil yang dicapai seperti penurunan terminal handling charge (THC) dari 150 dollar AS menjadi 95 dollar AS per kontainer masih jauh dari memadai untuk meringankan beban dunia usaha dari berbagai penjuru. Sementara itu, muncul masalah baru yang membuat perbaikan yang telah dicapai seakan tak berbekas. Penanganan pemerintah atas berbagai masalah tampaknya masih jauh dari padu. Saling tuding di antara sesama pejabat masih terjadi sebagaimana terlihat dari kasus formalin dan impor beras. Jangan sering â??off-sideâ?? Tak ada gunanya bersuara lantang, tetapi kosong makna, apalagi kontroversial dan destruktif. Contoh yang paling anyar ialah pernyataan Menteri Perindustrian yang mengecam pengusaha yang memindahkan produksinya ke negara lain. Kasus yang ia kedepankan ialah Garudafood yang memproduksi ting-ting di pabriknya di China. Produk ini sepenuhnya dipasarkan di Indonesia (Kompas, 7 Januari 2005, halaman 18). Sepatutnya Menteri Perindustrian mawas diri dan berkaca pada realitas yang dihadapi dunia usaha di Tanah Air. Mereka sudah barang tentu tak akan mengalihkan fasilitas produksinya ke luar negeri untuk produk-produk yang sepenuhnya dipasarkan di dalam negeri seandainya iklim berusaha di Indonesia cukup kondusif dan kompetitif. Bagaimana mungkin mereka bisa menghasilkan produk-produk makanan berkadar gula tinggi jika bea masuk untuk bahan baku utamanya sangat tinggi. Belum lagi biaya-biaya lain yang tak perlu, yang besarnya di luar kewajaran karena pemerintah membiarkan penyedia jasanya leluasa melakukan monopoli. Bukankah kesalahan sepenuhnya ada pada pihak pemerintah sendiri karena mengenakan bea masuk jauh lebih tinggi atas bahan baku ketimbang barang jadinya. Bukankah pemerintah sendiri yang menciptakan berbagai rintangan nontarif sehingga biaya mengimpor bahan baku menjadi relatif sangat mahal. Katakanlah Garudafood memproduksi ting-ting di Indonesia. Niscaya dalam waktu singkat digilas produk serupa eks impor. Sudah banyak produk makanan lainnya yang telah lebih dulu mengalihkan fasilitas produksinya ke luar negeri, terutama ke Malaysia dan China. Itulah konsekuensi dari komitmen pemerintah terhadap liberalisasi perdagangan dan investasi, sementara di lain pihak pemerintah sendiri tak kunjung berbenah diri sungguh-sungguh. Tidakkah Menteri Perindustrian menyadari, produk perusahaan-perusahaan domestik seperti Garudafood sudah teruji mampu bersaing dengan produk-produk perusahaan transnasional di pasar domestik? Apakah Menteri Perindustrian menutup mata atas upaya perusahaan seperti Garudafood yang telah membina ribuan petani kacang, cabai, bawang merah, dan sebagainya? Bukankah memproduksi ting-ting di China merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya memperbanyak ragam produk agar lebih terbuka jalan penetrasi di pasar regional dan global? Jangan bermanuver sendiri Kita menghargai langkah-langkah Menteri Perindustrian yang proaktif. Tapi sayang, kelihatannya cenderung hiperaktif, reaktif, dan kesusu. Kalau begini terus, Menteri Perindustrian sebagai salah seorang di barisan penyerang sudah barang tentu akan sering terperangkap off-side. Para penyerang dituntut untuk saling bekerja sama. Sekadar contoh, pengenaan pajak ekspor batu bara sebesar lima persen dan peningkatan harga patokan ekspor (HPE) minyak sawit. Alasan-alasan yang disampaikan rasanya kurang bisa diterima dengan akal sehat. Jika alasan untuk meningkatkan penerimaan negara, bukankah sudah kedaluwarsa? Itu mengingat pengenaan pajak ekspor batu bara dan minyak sawit diumumkan ketika pemerintah menghadapi ancaman peningkatan defisit APBN karena membengkaknya subsidi BBM. Pemerintah niscaya tak akan menanggung aib jika membatalkan pengenaan pajak ekspor batu bara dan minyak sawit. Namun, alih-alih mencabutnya, justru pemerintah mengukuhkan keaibannya itu dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri keuangan Nomor 130 Tahun 2005, keduanya tertanggal 23 Desember. Kedua peraturan ini, ironisnya, berdaya laku surut sejak 10 Oktober 2005. Akhirnya, ketika strategi dan taktik telah disepakati bersama, biarkanlah para pemain mengembangkan pola permainannya sendiri sesuai dengan perkembangan di lapangan. Kapten kesebelasanâ?"dalam hal ini Menko Perekonomianâ?"berperan sentral. Sesekali bolehlah pelatih memberikan aba-aba dari luar lapangan. Akan tetapi, kalau pelatih terlalu sering berteriak-teriak memberikan instruksi kepada para pemainnya, bukan perbaikan yang terjadi, melainkan kebingungan dan kekalutan, yang membuat kesebelasan yang pemainnya hebat sekalipun akan menjadi pecundang. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **