Kota Gunungsitoli, Pintu Gerbang Wisata Kepulauan Nias yang (Tidak) Menikmati Kunjungan Wisatawan Kepulauan Nias merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) favorit bagi wisatawan baik domestik maupun luar negeri, terutama bagi penggemar wisata surfing yang sudah melegenda, atau pencinta eksotisme pantainya yang mempesona, maupun atraksi budaya dan seni tradisional yang selalu mengundang decak kagum setiap pengunjungnya. Pasca pemekaran Kabupaten Nias menjadi 4 (empat) Kabupaten dan 1 Kota, konsentrasi kunjungan wisatawan sudah terfokus pada daerah tujuan wisata yang telah masuk dalam teritorial masing-masing daerah otonom. Seperti halnya Pantai Sorake dan Lagundri <http://nias-traveler.blogspot.com/2013/02/the-best-magical-waves-of-sorake- and.html> , serta Perkampungan Tradisional Bawomataluo yang sekarang sedang dalam proses menjadi desa warisan dunia oleh UNESCO di Kabupaten Nias Selatan, atau Pulau Asu <http://nias-traveler.blogspot.com/2013/02/asu-island-paradise-on-earth.html > yang dikenal sebagai Paradise on the Earth (Surga Dunia) di Kabupaten Nias Barat yang dulunya berada dalam wilayah Kabupaten Nias. Description: 13643129881277137804 Bandar Udara Binaka Gunungsitoli, pintu gerbang ke Pulau Nias Kota Gunungsitoli yang memiliki posisi strategis sebagai Pintu Gerbang menuju ke-empat Kabupaten lainnya di Pulau Nias karena dua jalur transportasi vital yakni Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin berada dalam wilayahnya, namun posisi strategis terebut tidaklah mampu dimaksimalkan dalam hal meraup jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Sebagai contoh, kunjungan wisatawan mancanegara, ke Kota Gunungsitoli adalah 151 orang (tahun 2009), 174 orang (tahun 2010), 182 orang (tahun 2011), 212 orang tahun 2012, dan kunjungan wisatawan domestik 22.598 orang (tahun 2009), 22.652 orang (tahun 2010), 22.894 orang (tahun 2011), serta 23.530 orang (tahun 2012). Sementara di Kabupaten Nias Selatan sendiri wisatawan mancanegara 6.889 orang (tahun 2009), 440 orang (tahun 2010), 1.250 (tahun 2011), dan wisatawan domestik 18.078 orang (tahun 2009), 14.442 orang (2010), 14.475 orang (tahun 2011). Disini terlihat jelas sekali selisih perbedaan antara kunjungan wisatawan mancanegara di Gunungsitoli dan Nias Selatan pada tahun 2009 (6.738 orang atau 4.462%), tahun 2010 (266 orang, atau 152%), dan tahun 2011 sekitar 316%. Description: 1364313106228597520 Pelabuhan Angin Gunungsitoli, Pintu gerbang transportasi laut ke Pulau Nias Dari data di atas jelas terlihat kesenjangan kunjungan wisatawan (terutama mancanegara) antara Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Selatan. Sangat disayangkan karena hingga saat ini Kota Gunungsitoli masih belum mampu mengokohkan posisinya sebagai pintu gerbang wisata dan memaksimalkan usahanya dalam menjaring para wisatawan mancanegara ini. Seandainya Kota Gunungsitoli mampu berbenah dan menangkap peluang ini maka secara otomatis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan masyarakat Kota Gunungsitoli akan terdongkrak. Description: 13643149801434545946 Rumah Adat Nias di Desa Tumori Dalam upaya menjaring wisatawan ke Kota Gunungsitoli, perlu adanya upaya ekstra keras dan berani tampil beda dalam memunculkan hal-hal yang baru dengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang sudah ada. Memang kita akui dan sama-sama meng-amini bahwa pesona wisata pantai dan surfing tidak bisa kita rebut dari Nias Selatan, Nias Barat dan Nias Utara, namun kita memiliki potensi dan keunikan dalam hal seni budaya, arsitektur tradisional dan peninggalan bersejarah yang bisa kita jual. Di sinilah peluang yang dapat kita tangkap tersebut, sehingga setiap wisatawan dapat merasakan 1 paket spesial bila berkunjung ke Pulau Nias yakni menikmati wisata bahari di salah satu dari ke-3 kabupaten serta wisata adat dan budaya di Kota Gunungsitoli. Bercermin dari kota Medan yang juga merupakan pintu gerbang dan tempat transit wisatawan asing menuju daerah tujuan wisata di Sumatera Utara (Pulau Nias, Danau Toba, Berastagi, Langkat) yang sebenarnya tidak memiliki objek wisata yang ditawarkan untuk menggaet wisatawan agar tinggal beberapa hari di sana. Namun Pemko Medan menyadari hal ini dan menjual potensi wisata kota tua (bangunan kuno, istana maimun dan mesjid raya) sebagai ikon wisatanya serta menjalin kerjasama (bahkan mengharuskan) agen-agen travel dalam menggiring wisatawan untuk singgah dan berbelanja di kota Medan sebelum melanjutkan perjalanannya ke DTW lainnya. Berdasarkan pengalaman penulis yang saat ini sedang melanjutkan studi di Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang merupakan Ikon dan barometer pariwisata nasional dan bahkan dunia, salah satu program yang dilakukan dalam menggaet wisatawan adalah dengan memaksimalkan potensi budayanya. Hal ini dilakukan dengan melakukan pertunjukan budaya secara rutin dan masuk dalam kalender wisata nasional. Seperti Pertujunkan Gamelan setiap hari Kamis, Pementasan Wayang Kulit Semalam Suntuk setiap minggu kedua dan keempat, Pagelaran Drama dan Sendratari Ramayana serta pertunjukan rutin lainnya. Description: 13643137041233395369 Para Gadis Nias yang Cantik Dalam Balutan Busana Tradisional Nias dari Sanggar SMKN1 Gunungsitoli Pada Sebuah Acara Penyambutan Tamu (Doc: Foto Pribadi) Gunungsitoli Kaya Potensi Seni Budaya dan Adat Sebenarnya Kota Gunungsitoli sangat kaya akan potensi seni budaya dan adat, memiliki Lembaga Budaya Nias (LBN) Kota Gunungsitoli yang telah dibentuk sejak bulan Maret 2012, dan 45 Sanggar Seni Budaya yang beberapa diantaranya telah mendapatkan bantuan pengembangan dan pembinaan melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli, serta objek wisata rumah adat di Desa Tumöri <http://nias-traveler.blogspot.com/2013/02/tumori-traditional-settlement-tra ces-of.html> , Sihareö Siwahili, Lölölakha, Gua Tögi Ndrawa <http://yafaowoloo.wordpress.com/2012/11/17/togi-ndrawa-gua-dengan-peninggal an-arkeologi-di-gunungsitoli/> serta Museum Pusaka Nias <http://nias-traveler.blogspot.com/2013/02/pastor-johannes-hammerle-with-nia s.html> yang menyimpan kurang lebih 6.000 koleksi peninggalan bersejarah nenek moyang orang Nias dari masa lampau. Sebuah paket wisata budaya yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi bila dikemas dalam sebuah paket wisata yang menarik. Seandainya sangar-sanggar seni dan budaya yang telah dibentuk dan dibina ini dapat dberdayakan untuk menampilkan atraksi seni budaya rutin seperti halnya yang dilakukan pemerintah DIY dalam menjual potensi budaya yang dimilikinya. Bisa jadi atraksinya sekali atau dua kali seminggu dengan penampilan bergantian dari masing-masing sanggar baik yang berasal dari sekolah maupun desa . Banyak nilai positif yang dapat diambil dalam menampilkan atraksi rutin ini, antara lain sanggar-sanggar yang telah dibina oleh Disparbupora Gunungsitoli dapat diberdayakan sehingga masing-masing sanggar termotivasi dan memberikan output dari bantuan pembinaan dan pengembangan yang telah diberikan, meningkatkan kegairahan anak-anak muda Nias dalam mempelajari dan melestarikan budaya daerah, adanya hiburan rutin di Kota Gunungsitoli, mampu menarik minat para wisatawan (baik domestik maupun mancanegara) untuk berkunjung ke Kota Gunungsitoli sekaligus sebagai bahan promosi seni dan budaya Nias. Perlu Kerjasama Antar Pemerintah Kabupaten/ Kota Kerjasama antara ke-empat kabupaten dan 1 kota juga sangat dibutuhkan karena saling memiliki keterikatan dan hubungan timbal-balik. Kebutuhan akan Badan Promosi Wisata Nias (Nias Tourism Board) yang melingkupi seluruh pemerintahan yang ada di Kepulauan Nias yang digagas pasca seminar internasional Kebangkitan Kepariwisataan Kepulauan Nias di Kota Gunungsitoli pada bulan Mei 2010 perlu ditindaklanjuti karena hal ini sangat berperan dalam Menjual potensi wisata Kepulauan Nias secara keseluruhan ke luar. Pembenahan dan pemberdayaan sarana, prasarana serta SDM yang menunjang kesuksesan industri pariwisata ini juga sangat dibutuhkan termasuk kerjasama dengan agen-agen perjalanan dan insan perhotelan yang merupakan ujung tombak promosi pariwisata.