[apapun] Catatan Hitam Dicky Ambon, Preman yang Dibunuh di Selnya Sendiri

  • From: "GUNAWAN PRAKOSO" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <apapun@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 27 Mar 2013 23:18:39 +0700

Catatan Hitam Dicky Ambon, Preman yang Dibunuh di Selnya Sendiri


 


Description: Polisi bersenjata lengkap berjaga di Lapas Cebongan, Yogyakarta


Polisi bersenjata lengkap berjaga di Lapas Cebongan, Yogyakarta(ANTARA/Sigid
Kurniawan)


.          

Empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tewas
diberondong timah panas. Insiden bak di film action itu terjadi Sabtu pekan
lalu, 23 Maret 2013. 

Di antara sekian narapidana, para penyerang--sebuah kelompok misterius
bersenjata laras panjang yang tampaknya amat terlatih--hanya mengincar empat
tahanan ini. Bergerak dengan taktis, dalam tempo kurang dari 10 menit,
kelompok itu mendobrak penjara dan tanpa kesulitan langsung menemukan target
mereka. Dan keempat narapidana itu pun langsung tewas mereka eksekusi, di
dalam sel mereka sendiri.

Rupanya, mereka berempat adalah tersangka kasus pengeroyokan yang menewaskan
seorang prajurit TNI anggota Detasemen Pelaksana Intelijen Kodam IV
Diponegoro, Sersan Kepala Heru Santosa. Mereka adalah Hendrik Benyamin
Sahetapy Engel alias Dicky Ambon (31 tahun), Yohanes Juan Mambait alias Juan
(38 tahun), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29 tahun), dan Adrianus
Candra Galaja alias Dedi (33 tahun). 

Dua di antara mereka, Dicky dan Juan, bukan kaum rahib. Mereka punya banyak
catatan kriminal di wilayah Yogyakarta. Bahkan, Dicky--lelaki kelahiran
Kupang, Nusa Tenggara Timur--tertera pada data Polresta Yogyakarta pernah
ditahan dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan. Yang lebih "hebat" lagi,
saat ditangkap dalam kasus pemerkosaan, dia baru saja bebas bersyarat dengan
sisa masa tahanan 2,5 tahun akibat kasus pembunuhan di Jalan Solo pada tahun
2002.

"Jadi, tersangka itu (Dicky Ambon) dalam masa bebas bersyarat," kata Kasat
Reskrim Polresta Yogyakarta, Komisaris Pol. Dodo Hendro Kusuma, Rabu 27
Maret 2013.

Dalam kasus pemerkosaan, Dicky diganjar hukuman penjara selama 3,5 tahun
oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta. Perbuatan laknat itu dinyatakan terbukti
dia lakukan pada 19 Agustus 2007. Saat itu, dia bersama Viktor Ndoen alias
Ito, dengan mengendarai mobil milik pacar korban menjemput korban di
pondokannya di kawasan Seturan, Yogyakarta. Dijemput pakai mobil pacarnya
dan dibohongi bahwa dia telah ditunggu pacarnya di sebuah kafe, korban pun
mau diajak pergi. Ternyata, di tengah jalan dia diperkosa Dicky.

"Korban ditelanjangi dan diperkosa di dalam mobil. Setelah itu, dibawa ke
asrama tersangka (Dicky) dan diperkosa lagi bersama Ito. Keesokan harinya,
korban diantar pulang oleh Ito menggunakan sepeda motor," Kompol Dodo
menjelaskan.

Dicky tinggal di Asrama NTT di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta.

Korban lalu melapor ke polisi. Tahu diburu aparat, Dicky dan Ito lari ke
Kupang. Polresta Yogyakarta langsung menetapkan mereka sebagai buronan dan
memasukkan nama mereka dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Berkat bantuan
dari Polda NTT, dua begundal itu berhasil ditangkap. 

Riwayat Yohanes Juan Mambait alias Juan tak kurang hitamnya. Dia adalah
mantan anggota Polresta Yogyakarta. Pria kelahiran Kabupaten Timor Tengah
Utara, Nusa Tenggara Timur itu lalu dipecat dengan tidak hormat dari Polri
karena terlibat kasus narkoba.  

"Mantan anggota polisi yang terlibat pengeroyokan adalah YD alias Juan. Baru
sekitar tiga bulan lalu dia menghirup udara bebas dalam kasus narkoba," kata
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Komisaris Besar Pol. Kris Erlangga,
Selasa.

Di dunia hitam Yogyakarta, nama Dicky Ambon sudah tak asing lagi. Dia
dikenal merupakan gembong kelompok preman yang amat ditakuti dan kerap
membuat onar. Wilayah kekuasaannya antara lain membentang di sepanjang Jalan
Solo, Yogyakarta.  

Serangan terhadap negara

Di luar perilaku bejat Dicky cs, penyerangan brutal ini membuat geram banyak
kalangan, termasuk Presiden SBY. 

"Presiden SBY menyatakan pembunuhan brutal terhadap empat tahanan Lapas
Cebongan di Sleman adalah bentuk serangan langsung terhadap kewibawaan
negara," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel
Sparringa.

Presiden memerintahkan Kapolri untuk menyeret semua pelaku penyerangan ke
pengadilan. Kepada Panglima TNI, Presiden menginstruksikan agar seluruh
jajaran militer bekerja sama dengan Polri untuk mengungkap identitas para
pelaku. 

Kasus ini juga membuat gerah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan
Hemengku Buwono X. Dia mengingatkan komitmen para pendatang di Yogyakarta
untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan di Kota Gudeg. Sultan mengingatkan
bahwa perwakilan mahasiswa dari 10 perguruan tinggi di Yogyakarta telah
membuat kesepakatan. Jika terlibat aksi kekerasan, maka mereka harus keluar
dari Yogyakarta. 

"Itu janji mereka. Maka jika ada kekerasan lagi yang melibatkan etnis, lebih
baik keluar dari Yogyakarta!" kata dia dengan nada tinggi, Rabu 27 Maret
2013.

Sultan mensinyalir berbagai aksi kekerasan yang kerap melibatkan mahasiswa
dan pemuda dari suku tertentu di Yogyakarta terjadi antara lain karena
keengganan mereka untuk bergaul dan berbaur dengan lingkungan setempat.
Akhirnya, yang muncul malahan solidaritas dan arogansi etnis yang berlebihan
di antara mereka. 

Untuk mengatasi masalah ini, Sultan menyatakan akan mempersulit pemberian
izin pembangunan asrama berbau kesukuan di Yogyakarta. "Saya imbau kepada
para bupati dan walikota di Yogya untuk mempersulit izin pembangunan asrama
yang hanya untuk menampung etnis tertentu, karena asrama etnis telah menjadi
salah satu sumber terjadinya konflik."

Sultan pun berpesan, "Mahasiswa dari Kalimantan, Batak, Papua, NTT, dan
pulau lain, janganlah menjadi orang Jawa, karena memang bukan orang Jawa.
Tapi jadilah mahasiswa Batak yang baik, mahasiswa NTT yang baik." (kd)

 

 

JPEG image

Other related posts:

  • » [apapun] Catatan Hitam Dicky Ambon, Preman yang Dibunuh di Selnya Sendiri - GUNAWAN PRAKOSO