Astross II Gandakan Kuasa Tempur TD <http://indonesiandefense.blogspot.com/2012/03/astross-ii-gandakan-kuasa -tempur-td.html> Pembelian Astross II dari Brazil merupakan sebagian dari rancangan jangka panjang sistem pertahanan Tentera Darat di Malaysia. (photo : Kosmo) KUALA LUMPUR - Tentera Darat (TD) bakal memiliki satu lagi rejimen sistem pelancar roket berganda (SPRB) jenis Astros II buatan Brazil tidak lama lagi bagi menggandakan kuasa tempur negara. Sebanyak 18 unit SPRB Astross II akan dibeli bagi melengkapkan kekuatan Briged Artileri Roket yang ketika ini mempunyai dua rejimen roket jenis yang sama dan sebuah rejimen artileri pengesan. Rejimen baharu SPRB Astross II itu nanti dijangka ditempatkan di Sabah. Difahamkan, pembelian aset terbaharu itu telah dipersetujui Tentera Darat (TD) menerusi belanjawan pertahanan dalam Rancangan Malaysia Ke-10. Sumber memberitahu, kontrak perolehan akan dimeterai antara Kementerian Pertahanan dengan pembekalnya pada Pameran Perkhidmatan Pertahanan Asia 2012 di sini pada April ini. "Pembelian ini adalah sebahagian daripada rancangan jangka panjang TD bagi memperkukuhkan kuasa tempur khasnya, Briged Roket. "Ia juga merupakan strategi bagi memperkasakan sistem pertahanan darat dengan adanya dua rejimen roket di Semenanjung dan di Sabah atau Sarawak," ujar sumber tersebut di sini semalam. PT DI Serahkan Pesawat CN-235 Keempat Pesanan Korsel <http://beritahankam.blogspot.com/2012/03/pt-di-serahkan-pesawat-cn-235- keempat.html> <http://4.bp.blogspot.com/-ZsbvcsMHzns/T1ixeQcMJlI/AAAAAAAAY9w/6j_fRrEzt 1w/s1600/CN-235_ZKorea_001.jpg> 8 Maret 2012, Bandung: PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan menyerahkan pesawat CN-235 Maritime Patrol Aircraft (MPA) keempat pesanan Korea Selatan. Serah terima dilakukan di hanggar PTDI Jalan Pajajaran Kota Bandung, Jumat (9/3). "Pesawat yang akan diserahkan besok adalah pesawat keempat pesanan Korea Selatan atau Korean Coast Guard, serah terimanya besok di hanggar CN-235," kata Kepala Bidang Humas PT Dirgantara Indonesia, Rokhendi di Bandung, Kamis (8/3). Penyerahan pesawat versi militer tercanggih buatan PT Dirgantara Indonesia itu akan dilakukan oleh Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsudin kepada pihak Korea Selatan. Pesawat itu akan langsung diterbangkan ke pangkalan Korean Coast Guard di Gimpo Korea Selatan oleh pilot PTDI Kapten Pilot Adi Budi Atmoko dan Co-Pilot wanita Esther G serta awak pesawat. Pada 2011, PTDI juga telah menyerahkan pesawat kedua dan ketiga pesanan Korea Selatan itu yang dilakukan pada Mei dan Deember 2011. Sebelumnya Korea Selatan memesan empat pesawat intai maritim menengah itu pada 2008, dan yang akan diserahkan Jumat besok merupakan pesawat pesanan terakhir. Korea Selatan sejak 1994 tercatat telah menggunakan dua skuadron pesawat CN-235 untuk memperkuat angkatan udaranya. Korea Selatan merupakan negara yang paling banyak membeli pesawat CN-235 buatan PTDI. Selain pesawat CN-235/MPA juga sebelumnya membeli pesawat angkut militer, sipil bahkan versi VIP dan VVIP. Sementara itu spesifikasi khusus CN-235 MPA antara lain dilengkapi instrumen radar khusus, forward looking infra red (FLIR-penjejak berbasis infra merah tinjauan bawah), ESM, instrumen identification friend or foe (IFF-pengenal wahana kawan atau musuh), navigasi taktik, sistem komputer taktis, kamera pengintai udara, dan beberapa yang lain. Dua mesin CT7-9C yang masing-masing berkekuatan 1.750 daya kuda dipasang di kedua pilon mesin di bentang sayapnya. Secara fisik, CN-235 MPA ini berukuran lebih panjang dan memiliki struktur lebih kuat ketimbang seri sipil CN-235. Di bagian hidung di bawah jendela kokpit, terdapat tonjolan berisikan berbagai instrumen khusus itu. Struktur pesawat terbang juga diperkuat karena operasionalisasi CN-235 MPA lebih dominan di wilayah maritim yang berpotensi korosif terhadap metal penyusun pesawat terbang itu. Kasad: Tawaran Jerman Cukup Menjanjikan Soal Leopard <http://beritahankam.blogspot.com/2012/03/kasad-tawaran-jerman-cukup-men janjikan.html> <http://3.bp.blogspot.com/-mMhJjKqRio8/T1hzpUtvUoI/AAAAAAAAY9Y/9eaX0wSFU H0/s1600/KMW_LEOPARD2A4MCAN_01.jpg> Leopard 2A4CAN. (Foto: KMW) 8 Maret 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menilai tawaran dari Jerman lebih menjanjikan dibandingkan Belanda mengenai rencana pembelian tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) Leopard 2A6. "Tawaran Jerman cukup menjanjikan untuk mengisi kekosangan. Apalagi Belanda masih ada permasalahan dari parlemen," kata Pramono di Mabes AD, Jakarta, Kamis. Selain dapat melakukan "transfer of technology" (TOT), Jerman juga menawarkan "joint production" untuk pembuatan beberapa bagian tank seberat 60 ton tersebut, dengan menggandeng PT Pindad. Bahkan, lanjut dia, Jerman menantang kesiapan industri pertahanan dalam negeri. Prinsipnya dalam merawat teknologi tinggi itu perlu persiapan matang, dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mempelajarinya. "Ini tak bisa dalam tiga tahun kita memproduksinya. Tidak sederhana teknologinya," ucapnya seraya mengaku pihaknya berencana membeli Tank Leoprad dari Jerman. Menurut Pramono, belum satu suaranya pemerintah Belanda dengan parlemen membuatnya harus bersikap tegas, terlebih tidak adanya perbedaan harga dengan yang ditawarkan Belanda. Oleh karena itu, pihaknya mengusahakan agar anggaran 280 juta dolar AS mampu mendapat 100 Tank Leopard. Namun, kalau pihaknya sudah "deal" dengan Jerman, dan pemerintah Belanda setuju menjual Leopard, maka TNI AD akan membeli dari keduanya. "Adapun mekanisme pembelian dilakukan langsung antarpemerintah (goverment to goverment)," ujarnya. Pramono tidak menyangkal Tank Leopard 2A6 adalah hasil "retrofit 2A4" alias pengembangan teknologi terbaru karena cetak baru teknologi Leopard serupa sudah tidak diproduksi lagi. Ia pun yakin Tank Leopard dari negara Eropa tidak membawa konsekuensi apapun, terlebih hingga terancam bakal terkena embargo. "Tidak ada alasan untuk mengembargo kalau kondisi Indonesia seperti sekarang," tutur Pramono. 64 Pesawat Terbang akan Meriahkan HUT ke-66 TNI-AU <http://2.bp.blogspot.com/-rSkgG_LGxyo/T1hvUcqaXaI/AAAAAAAAY80/PmQxctkd6 cM/s1600/Sukhoi-Hnd.jpg> (Foto: Dispenau) 8 Maret 2012, Jakarta: Peringatan hari ulang tahun ke-66 TNI-AU pada 9 April nanti akan lebih meriah ketimbang biasanya. Demonstrasi statik, dinamis, terbang formasi, hingga aerobatik akan dilakukan 64 pesawat terbang dari berbagai skuadron udara mereka. "Ke-66 pesawat terbang berbagai tipe itu akan berpartisipasi. Selain pesawat terbang, 2.500 personel terdiri dari dua brigade dan tujuh batalion upacara akan berparade serta defile. Masyarakat umum bisa menyaksikan semua hal itu dari dekat," kata Kepala Dinas Penerangan TNI-AU, Marsekal Pertama TNI Yunus Azman, di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis. Perencanaan ketat sudah dilakukan sejak sebulan lalu. Unsur udara dan darat telah disiapkan sedemikian rupa sehingga bisa saling menguatkan makna peringatan hari jadi TNI-AU kali ini. Sejak 1 April, katanya, pesawat-pesawat terbang yang terlibat telah hadir di apron Terminal Haji, sisi lain Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma itu. Terminal inilah yang akan dipergunakan menjadi lokasi persiapan utama unsur-unsur pesawat terbang, di sini pula akan dilakukan peragaan statis pesawat-pesawat terbang yang tidak mengudara. Direncanakan, yang menjadi inspektur upacara adalah Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat. Jenis dan tipe pesawat terbang yang ada dalam daftar arsenal TNI-AU akan dilibatkan semua. Terdiri dari F-5E/F Tiger (tiga unit), Hawk 100/200 (10), F-16 A/B Blok 15 Fighting Falcon (enam), Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker (enam), 11 C-130 Hercules (sembilan untuk terjun statik, satu latihan terjun bebas, dan 1 tanker udara), dan B-737 200/400 Surveillance. Masih ditambah CN-235/235 MPA (dua), C-212 Aviocar (dua), KT-1B Wong Bee (delapan, akan menjadi Jupiter Aerobatic Team), helikopter NAS-332/330 Super Puma dan Puma (empat), helikopter EC-120 Colibri, helikopter Bolkow-Blohm, dan Cessna dari Akademi TNI-AU (dua). "Manuver-manuver yang akan diperagarakan semuanya manuver yang biasa dilakukan pesawat militer. Itu sebabnya tidak ada kalangan sipil yang bisa ikut dalam pesawat-pesawat terbang itu," kata Azman. Kementerian Pertahanan Tak Harus Laporkan Pembelian Alutsista ke Publik Tak adanya transparansi pembelian alutsista menimbulkan saling tuding antara Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan Komisi 1 DPR dan ICW, soal isu keganjilan pengadaan pesawat tempur Sukhoi. Hampir mustahil pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di berbagai negara dilakukan murni antarpemerintah atau G to G (government to government). Alasan utamanya karena sebagian besar negara tidak lagi menjadi pemilik dari produsen senjata. Demikian yang diungkapkan pengamat militer dan kebijakan luar negeri dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, kepada VOA, Rabu sore. Penunjukan pihak ketiga, menurut Andi, adalah langkah wajar, seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan Rosoboronexport; agen penjualan resmi yang ditunjuk pemerintah Rusia untuk pembelian enam pesawat Sukhoi. "Tidak ada pemahaman bersama tentang proses pengadaan alutsista, tidak ada transparansi data tentang nilai kontrak, dan tentang komponen-komponen yang diatur dalam kontrak tersebut sehingga interpretasinya relatif sederhana," ujar Andi Widjajanto. Mengenai tudingan Indonesian Corruption Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak transparan, Andi mengatakan berdasarkan UU proses pembelian senjata termasuk hal yang dikecualikan. Andi menambahkan, "Dalam UU Kebebasan Informasi Publik proses pengadaan senjata memang termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak wajib mempublikasikan, bahkan harus menerapkan prinsip kehati-hatian." Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah telah melakukan penggelembungan anggaran dalam pembelian enam pesawat Sukhoi. Soal perbedaan harga pesawat yang jauh berbeda, Purnomo mengatakan itu akibat inflasi di Rusia. "Yang akan kita lakukan adalah membangun skuadron kekuatan tempur kita, yaitu skuadron Sukhoi jumlahnya 16. Kita punya 10 sekarang, jadi masih kurang 6. Enam itulah yang kita beli. Dulu pembelian pertama tahun 2007, lalu sekarang ada kontrak tahun 2012 tentu harganya berbeda. Beli makanan pun tahun 2007 dan 2012 berbeda. Tapi perbedaannya tidak banyak, karena perbedaan itu hanya untuk meng-cover inflasi. Jadi tidak ada perbedaan signifikan yang mengesankan mark-up (penggelembungan angka)," jelas Purnomo. Sedangkan mengenai perbedaan harga kontrak antara Indonesia dengan Vietnam, Purnomo menegaskan itu karena perbedaan kebutuhan dan spesifikasi pesawat. "Hati-hati kalau melihat nilai kontrak, karena nilai kontrak kita dengan Vietnam mungkin berbeda. Kalau di kita kontraknya selain beli Sukhoi juga beli peralatan lain. Mesin yang kita dapatkan itu tidak enam sesuai jumlah pesawat, tetapi 12. Jadi tolong jangan dibandingkan apple to apple (persis sama) karena yang dibeli Vietnam mungkin lain dengan yang kita beli. Beli mobilpun kadang-kadang peralatannya beda, velg-nya racing yang satu bukan velg racing, jadi harganya beda," ungkap Purnomo. Sebelumnya, Wakil Koordinator ICW Adnan Topan Husodo menuding Kementerian Pertahanan lebih memilih menggunakan skema kredit komersial atau kredit ekspor, yang jangka pengembaliannya cepat, dikenakan biaya-biaya bank, dan bunganya lebih tinggi berdasarkan rate pasar. Padahal pemerintah Rusia telah menyediakan fasilitas kredit untuk pembelian alutsista Indonesia senilai 1 milliar dolar Amerika. Adnan menilai ada indikasi ketidakwajaran, di mana Indonesia membeli satu Sukhoi dengan harga 83 juta dolar Amerika. Sementara jika dibandingkan dengan harga resmi yang dipublikasikan Rosoboronexport, per Agustus 2011, harga Sukhoi 30 MK sebesar 60-70 juta dolar Amerika per unit. China Siap Ekspor Besar-besaran JF-17 Wikimedia Commons Pesawat tempur buatan China dan Pakistan JF-17 Thunder. Dalam lima tahun mendatang, China berniat menjual hingga 300 unit pesawat tempur JF-17 Thunder ke beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah. Pesawat itu diminati karena harganya murah, dengan teknologi yang tak jauh beda dengan pesawat buatan Barat atau Rusia. Demikian ditegaskan Presiden China National Aero-Technology Import and Export Corporation (CATIC) Ma Zhiping, seperti dikutip majalah pertahanan Jane's Defence Weekly edisi 22 Februari 2012. JF-17 Thunder (atau disebut juga FC-1 Xiaolong) dibuat bersama oleh Chengdu Aerospace Corporation (CAC) dari China dan Pakisan Aeronautical Complex (PAC) dari Pakistan. Ma mengatakan, kemampuan JF-17 setara dengan F-16 Fighting Falcon buatan Lockheed Martin dari AS, tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Beberapa pengamat memperkirakan harga JF-17 hanya sepertiga dari harga F-16. Hingga saat ini China belum memasukkan pesawat bermesin tunggal itu dalam kompetisi kontrak pembelian pesawat tempur di negara lain. Besar kemungkinan penjualan pesawat akan dilakukan dalam bentuk penjualan militer langsung (direct military sale) antarnegara. Beberapa negara yang sudah menyatakan minat untuk membeli pesawat tempur ini, antara lain, adalah Sudan, Azerbaijan, Zimbabwe, dan Serbia. Sementara Banglades, Iran, dan Nigeria disebut-sebut sebagai calon pembeli potensial. Pihak PAC dan AU Pakistan saat ini sedang mengembangkan desain JF-17 Block 2, yang akan dilengkapi kemampuan mengisi bahan bakar di udara dan mengembangkan versi dua tempat duduk. Indonesia Pasar Potensial F-35 jsf.mil Pesawat tempur generasi kelima F-35 Kontraktor utama pembuat pesawat F-35 Lightning II, Lockheed Martin, melirik Indonesia sebagai salah satu negara pasar potensial untuk penjualan pesawat generasi kelima berteknologi stealth tersebut. Demikian diungkapkan majalah pertahanan Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 22 Februari 2012. Direktur pencarian pelanggan internasional Lockheed Martin, Dave Scott, mengatakan, kepercayaan komunitas internasional terhadap pesawat yang dibuat dalam program Joint Strike Fighter (JSF) itu makin tumbuh setelah Jepang memutuskan membeli F-35 akhir tahun lalu. Selain Jepang, negara yang dipandang sebagai calon pelanggan potensial pesawat berkemampuan mengelak dari deteksi radar itu adalah Korea Selatan, yang sudah mengajukan permohonan proposal penawaran, dan Singapura, yang menjadi salah satu partisipan kerja sama keamanan JSF. Di luar kedua negara itu, Lockheed Martin melihat Indonesia dan Thailand juga menjadi pasar potensial. Kedua negara tersebut saat ini tengah mencari calon pengganti armada pesawat F-16 Fighting Falcon mereka yang sudah mulai tua. "F-35 adalah pesawat pengganti untuk pesawat F-16, F-18, A-10, Mirage, dan pesawat jet tempur generasi keempat lainnya. Jadi, logis jika melihat ke semua basis pelanggan kami yang saat ini mengoperasikan pesawat (generasi) itu dan mengatakan mereka akan menjadi pelanggan potensial F-35," tutur Scott. Program JSF saat ini masih menghadapi berbagai masalah teknis, penundaan produksi, dan pembengkakan biaya pengembangan, serta sudah mencatat rekor sebagai program pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon. Dalam kesepakatan dengan Jepang, satu unit pesawat ini dihargai tak kurang dari 120 juta dollar AS (Rp 1,1 triliun).