[breaktime-corner] Menikmati Sunyi di Candi Sambisari

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sun, 8 Jan 2012 01:14:14 +0700

Menikmati Sunyi di Candi Sambisari


 


Description: Description: 1325832196266772701

Komplek Candi Sambisari

Ini masih merupakan catatan hasil liburan Saya sekeluarga kemarin, kalau tak
salah tanggal 30 Desember 2011.Saat menginap di kediaman salah seorang kakak
yang tinggal di Yogyakarta, yaitu pasangan Pakde Dus dan Budhe Yanti, begitu
kami memanggilnya.

Pagi-pagi sekali kami sudah terjaga, sepertinya rugi kalau bangun kesiangan
saat liburan. Karena hari itu tampak cerah, setelah malam sebelumnya hujan
deras mengguyur. Sebenarnya saya ingin begitu bangun pagi kopi sudah
tersedia, tapi sayangnya si tuan rumah sendiri masih bermalas-malasan di
tempat tidurnya. Padahal, Mbak Ela, anak semata wayang mereka yang berumur
lima tahunan juga sudah bangun.

Akhirnya kuputuskan untuk mengajak istri, kedua anak balita saya, dan juga
Mbak Ela-keponakan kami untuk berjalan-jalani. Menikmati segarnya udara dan
pagi yang cerah di Desa Sambisari yang hijau ini. Awalnya kita hanya
berkeliling di sekitar pemukiman, membeli gorengan dan nasi bungkus untuk
sarapan. Setelah selesai dengan apa yang kami beli itu, ternyata keponakan
Saya yang lucu dan gembul ini menawarkan sesuatu yang menarik sekali. Yaitu
mengajak jalan-jalan ke Candi Sambisari, yang memang lokasinya tidak jauh
dari sini. Cukup berjalan kaki.

Lokasi candi ini memang dekat dari tempat kami berada. Cukup berjalan kaki
sekitar 50 meter kami sudah tiba di bangunan batu bersejarah ini. Dari
ukurannya memang tidak dapat dibandingkan dengan candi-candi lain yang sudah
terkenal, seperti Borobudur atau Prambanan. Karena candi ini dapat
digolongkan dalam candi kecil. Namun untuk keindahan wujudnya, tetap saja
membuat Saya terkagum-kagum dan terpesona. Sedangkan pada dasarnya, Saya
memang menyukai apa saja yang namanya bangunan kuno dan bersejarah. Apalagi
sebuah candi.

Sebuah nilai lebih menurut Saya adalah kesunyian yang menyelimuti candi ini.
Mungkin sebagai kebetulan, karena waktu kami berkunjung terhitung masih
pagi. Tapi sepertinya memang candi ini selalu sunyi, karena sebelumnya Saya
pernah juga melewati kawasan ini pada siang hari, namun tetap saja terlihat
sepi. Saya yakin karena selain kecil, lokasi candi ini cukup "terpencil",
ditambah lagi tidak pernah terlihat adanya "promosi" yang serius agar cagar
budaya ini banyak dikunjungi. Tapi tak apalah, mungkin candi ini pun lebih
suka dirinya tetap dalam kesunyian. Karena candi, yang selayaknya sebagai
tempat pemujaan sudah selayaknya sunyi, bukan riuh ramai oleh pengunjung
yang seringkali malah merusak keindahan candi.

Saat tiba di sana, kawasan ini terkesan "bebas". Padahal seperti yang
terlihat di bangunan loket yang masih tutup, ada tertulis bahwa tarif masuk
untuk dewasa sebesar Rp.2000,- dan untuk anak-anak Rp.1000,-. Cukup murah
sebenarnya. Ketika kami ke sana, pintu gerbang sudah dibuka, hanya disambut
oleh seorang satpam yang mempersilahkan kami masuk, tanpa perlu membayar.
GRATIS. Entah karena masih pagi, atau mungkin tarif yang terpampang itu
hanya formalitas. 

Bangunan kantor yang berfungsi sebagai ruang informasi pun masih tutup,
padahal Saya berharap mendapatkan sedikit "contekan" agar saat mengamati
setiap detail candi lebih mudah memahami sejarah bangunan kuno ini. Saya
maklumi, karena memang kami datang terlalu pagi. Sekalian Saya ingin menguji
sisa-sisa ingatan tentang pelajaran sejarah yang sangat Saya sukai waktu SMA
dulu. Dari dulu Saya suka sejarah, apalagi guru sejarah Saya waktu itu
lumayan cantik dan dia sepertinya "menyukai" Saya serta memberi perhatian
lebih, karena bukannya nyombong nih, nilai-nilai ulangan sejarah Saya tak
pernah kurang dari sembilan. Cieeeh. Itu karena Suka guru yang
cantik..eh..suka sejarah ding..he..he.

Kami sangat menikmati kunjungan ke candi ini karena terkesan bangunan ini
sangat menyambut, belum ada orang lain yang berkunjung. Serasa bercengkerama
di "rumah" sendiri, kami berkeliling sambil menikmati sarapan nasi bungkus
dan gorengan yang tadi sempat dibeli. Dan untung saja ponsel Saya yang
batereinya tinggal separuh masih mampu digunakan untuk mengambil
gambar-gambar detail candi yang eksotis ini.

Meski daya ingat Saya ternyata mulai tumpul, paling tidak beberapa hal yang
terlintas saat mengamati tiap sisi candi ini Saya yakini benar. Di antaranya
adalah candi ini merupakan candi Hindu (karena bentuknya ramping), merupakan
peninggalan kerajaan Mataram kuno. Demikian juga patung (arca) yang ada di
sana, dapat Saya beritahukan dengan tepat kepada istri dan anak-anak,
misalnya arca Durga dan Ganesha (untuk arca Ganesha ini, kebangetan kalau
nggak tahu ya?). Baru setelah ruang informasi itu dibuka, saya dapat
mencocokkan dengan membaca referensi/keterangan yang berhubungan dengan
candi ini, meski tidak terlalu lengkap, tapi lumayan membantu.

Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, Kelurahan Purwomartani,
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Posisi Candi Sambisari berada lebih
rendah dari kontur tanah sekitarnya, lebih tepatnya berada di lembah, namun
untuk menuju ke bangunan candi telah disediakan tangga-tangga batu yang ada
di tiap sisi bukit yang mengelilingi kawasan berbentuk berbentuk persegi
ini.

Description: Description: 13258328002128642342

Tangga untuk untuk menuju lokasi candi.

Hal ini sepertinya karena awal mula ditemukannya candi ini memang berada di
bawah tanah/terpendam. Yakni ketika seorang petani yang tak sengaja
mencangkul sebuah batu berukir. Ternyata temuan tanpa sengaja tersebut
merupakan bagian kecil dari sebuah gugusan candi yang terpendam hingga
kedalaman 6,5 meter di dalam tanah, yang merupakan endapan lahar vulkanis
dari gunung Merapi. Penelitian hingga pemugaran dilaksanakan antara tahun
1966 sampai dengan tahun 1986 ketika akhirnya bentuk candi secara utuh dapat
ditampilkan.

Description: Description: 1325832398645597214

Candi Induk dan Perwaranya

Candi Sambisari merupakan candi Hindu yang dibangun sekitar abad 9 Masehi.
Yang tampak sekarang adalah terdiri dari satu buah bangunan induk dan tiga
buah candi perwara (semacam pendamping/tambahan-menurut Saya). Candi induk
menghadap ke barat dengan denah berbentuk bujursangkar berukuran 13,65 x
13,65 m dengan tinggi 7,5 m. Di depannya terdapat 3 buah candi perwara yang
berukuran 4,8 x 4,8 m (sisi utara dan selatan) dan 4,9 x 4,8 m (tengah).
Dikelilingi dengan pagar batu setinggi kurang lebih dua meter berukuran 50 x
48 m. Sejauh yang Saya lihat, batu-batu penyusun bangunan candi berbeda
dengan yang digunakan untuk pagar. Untuk bangunan candi berwarna hitam,
sedangkan untuk pagar lebih menyerupai batu padas berwarna agak
keputih-putihan.

Description: Description: 1325832949649690844

Pagar yang mengelilingi terbuat dari batu sejenis padas, berwarna
keputih-putihan.

Pada candi induk banyak dijumpai batu-batu pipih seperti kotak (sering
disebut umpak) di sepanjang selasarnya. Batu-batu tersebut mempunyai
tonjolan berbentuk bulan dan persegi. Batu seperti ini juga dapat di temui
di sekeliling luar/halaman candi.

Description: Description: 1325833335767455072

Batu berbentuk seperti ini sering tampak di dalam dan luar candi.

Sebelum mencapai pintu masuk candi induk kita akan disambut oleh dua buah
arca yang ada di depan tangga. Tapi bentuknya bukan Dwarapala yang sering
kita temui. Saya belum mendapatkan info nama arcanya. Yang jelas bentuknya
seperti perpaduan bentuk ular dan ikan.

Description: Description: 13258335341574301091

Arca penyambut yang ada di depan tangga pintu masuk candi induk.

Pada sisi luar tubuh candi induk terdapat relung-relung yang ditempati oleh
beberapa arca, yakni arca Durga (sisi utara), arca Ganesha (sisi timur) dan
arca Argastya (sisi selatan). Sebenarnya ada dua buah arca lagi di pintu
masuk, yaitu Mahakala dan Nandiswara yang hilang dicuri pada tahun 1971. Tak
heran dua buah relung di kanan dan kiri pintu masuk itu tampak kosong.

Description: Description: 13258336912129891834

Arca Durga di sisi utara candi induk.

Description: Description: 1325833819504130532

Arca Ganesha di sisi timur candi induk.

Description: Description: 13258339182041372804

Arca Argastya di sisi selatan candi induk.

Description: Description: 13258340351320529046

Relung kosong di sisi depan candi induk, yang seharusnya berisi arca
Mahakala dan Nandiswara.

Saya sempat juga "bludusan" ke dalam ruang candi induk ini. Di sana terdapat
batu pipih dengan tonjolan, serupa yang tersebut di atas dengan ukuran lebih
besar. Disangga oleh arca berbentuk seperti ular dan ikan. Saya yakin ini
ruang utama untuk pemujaan.

Description: Description: 1325834234500679722

Batu yang terdapat di ruang dalam candi induk.

Description: Description: 1325834339606696403

Batu di ruang dalam ini disangga oleh arca berbentuk ular/ikan.

Selain itu, disebutkan juga bahwa banyak penemuan bersejarah pada candi ini,
diantaranya : prasasti emas berukuran 2 x 1 cm yang bertuliskan om
siwasthana yang artinya "hormat, rumah bagi dewa Siwa", arca perunggu
berukuran tinggi 29 cm dan lebar 12 cm yang disebut arca Vajrapani, sejumlah
talam, cawan perunggu, sejumlah gerabah, arca Jalwadwara (binatang laut yang
mirip ikan), arca seorang dewi cantik yang saya lupa mencatat namanya
(posisinya duduk bersila seperti Budha), dan arca yang sepertinya belum
selesai dibuat, karena itu disebut arca unfinish. 

Di halaman kawasan ini, di dekat ruang informasi juga terhampar banyak
sekali batu/arca yang mungkin terpaksa hanya diletakkan saja karena belum
ditemukan tempat yang tepat di mana posisinya dalam komplek candi ini.
Mudah-mudahan saja tidak ada yang mengambil kesempatan untuk mencuri
benda-benda berharga ini. 

Yang lumayan menarik perhatian saya adalah batu berbentuk bulat dan panjang
menyerupai alat kelamin laki-laki (maaf), mungkin istilah arcanya ini
disebut lingga. Yang jelas, detailnya sangat mirip "punya kita" yang merasa
laki-laki. Tapi yang membuat Saya "minder" adalah ukurannya yang jumbo,
membuat "apa yang Saya banggakan" terkesan mungil jika dibandingkan dengan
batu ini..he..he.

Description: Description: 13258345041186967283

Batu/arca yang terhampar di luar komplek candi.

Description: Description: 13258346381562704235

Batu yang di belakang itu detailnya sangat mirip dengan alat kelamin lelaki.
Menarik.

Sebenarnya saat itu Saya masih ingin berlama-lama di candi ini, karena
berada di dalamnya saat sunyi serasa kembali ke masa lampau, pada era
kerajaan Mataram kuno (itu juga kalau tak salah kira). Apalagi ada
kesempatan sedikit berkhayal bahwa Saya adalah titisan Rakai Pikatan
(padahal belum tentu tepat perkiraan Saya akan sejarahnya). Tapi karena
istri sudah terlihat lelah dan anak-anak mulai tak terkontrol polahnya
(jag-jagan naik turun tangga candi), maka setelah memberikan selembar
sepuluhribuan pada pak satpam buat sekedar beli rokok (diterima dengan
senang), Saya putuskan untuk segera pulang ke rumah Budhe Yanti. Saya yakin
kali ini sudah tersedia kopi. 

Hm. Terima kasih Candi Sambisari. Keindahanmu menyejukkan hati. Rakai
Pikatan pulang dulu ya, lain kali kita bertemu lagi.

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] Menikmati Sunyi di Candi Sambisari - gunawan prakoso