[milis-salafy] Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (3)

  • From: Informasi Daurah Masyayikh Ulama Ahlussunnah <daurah@xxxxxxxxxxxx>
  • To: salafy <salafy@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 25 Jun 2009 09:32:10 +0700

����"�Z�&�i���X�zm������򢸝PERTAMA :

Para Ikhwah (Asatidzah) Ahlus Sunnah As-Salafiyyin
Panitia Daurah Ilmiah dan Pengampu Dakwah Salafiyyah
di Negeri Indonesia

Sungguh kami telah berjumpa – sesampainya kami di negeri Islam ini
(negeri Indonesia)- dengan saudara-saudara kami, Ahlus Sunnah
As-Salafiyyin. Kami saksikan kebenaran dalam berpegang kepada
As-Sunnah kejujuran dalam beragama, istiqamah di atas manhaj salafi,
serta semangat dalam thalabul ilmi dan berdakwah di jalan Allah, kami
menilainya demikian – dan kami tidak bermaksud memberikan tazkiyyah di
hadapan Allah untuk seorang pun - .

Sebagian di antara mereka ada yang pernah belajar di hadapan para
masyaikh dan para 'ulama kita, seperti Asy-Syakh Muqbil bin Hadi
Al-Wadi'i, Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahumallah, atau
seperti Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi
Al-Madkhali hafizhahumallah. Sebagian yang lain adalah para alumnus
Al-Jami'ah Al-Islamiyyah (Universitas Islam) Madinah, dan sebagian
yang lain, yang masih belum mendapat kesempatan seperti ini, tetap
bersemangat untuk menseriusi kitab-kitab dan kaset-kaset para masyaikh
tersebut, baik para 'ulama maupun para penuntut ilmu dari kalangan
Ahlus Sunnah.

Lebih dari sekadar berguru, aku telah mengetahui pada mereka seringnya
mereka berziarah dan bermusyawarah dengan para 'ulama. Paling
seringnya adalah bermusyawarah dengan Asy-Syaikh Rabi' Al-Madkhali –
hafizhahullah – yang beliau ini memiliki peran besar dalam menyatukan
kalimat dan barisan mereka.

Sungguh itu merupakan di antara bukti-bukti dalam mengetahui jalan
beragama seseorang, apakah dia berjalan di atas sunnah atau di atas
sesuatu yang menyelisihinya. Ruh-ruh itu adalah tentara yang berbaris,
ruh-ruh yang saling cocok akan bisa bersatu, dan ruh-ruh yang saling
bertentangan akan berselisih. Para 'ulama salaf dahulu memandang bahwa
bergaulnya seseorang dengan ahlus sunnah, mencintainya, dan
bersemangat dalam mengambil ilmu darinya serta bermusyawarah dengannya
sebagai tanda bagi manhaj seseorang.

Lebih dari itu, mereka (para 'ulama salaf) memiliki pengetahuan
tentang manhaj-manhaj baru, kelompok-kelompok hizbiyyah, waspada
darinya, dan mentahdzirnya.

Ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi seorang muslim,
terutama bagi kalangan penuntut ilmu atau para da'i di jalan Allah,
yaitu hendaknya ia mengetahui kejelekan dan para pengusungnya agar ia
waspada darinya. Sungguh Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallah 'anhuma
berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُ عَنِ
الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

"Dahulu orang-orang bertanya tentang kebaikan, namun aku bertanya
tentang kejelekan karena khawatir (kejelekan tersebut) akan
menimpaku."

Sungguh benar ucapan sang penyair:

عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ لّكِـْن لِتَوَقِّــّّيهِ

وَمَنْ لاَ يَعْرِفِ الشَّرَّ مِنَ الْخَيْرِ يَقَعْ فِيهِ

Aku mempelajari kejelekan bukan untuk melakukannya, akan tetapi untuk
aku menghindarinya

Barangsiapa yang tidak bisa membedakan kejelekan dari kebaikan maka ia
akan terjatuh ke dalamnya

Demikianlah yang aku saksikan pada diri mereka. Itu merupakan di
antara hasil tarbiyah para 'ulama rabbani. Sesungguhnya 'ulama rabbani
adalah 'ulama yang mentarbiyah murid-muridnya dengan tarbiyah
salafiyyah, yang dengannya terbedakan dengan seluruh manusia. Maka
'ulama rabbani tersebut mengumpulkan antara penanaman prinsip syari'at
dan aqidah, dengan peringatan terhadap kejelekan dan bid'ah serta para
pelakunya.

Inilah keistimewaan para 'ulama yang telah disebutkan di atas. Dan hal
ini demi Allah merupakan bentuk nasehat bagi seluruh kaum muslimin dan
para penuntut ilmu. Adapun sikap mengambil satu sisi dan mengabaikan
sisi lainnya, maka cara yang demikian ini yang akan membuat si murid
berbuat yang berlebihan pada satu kesempatan, atau berbuat
menyepelekan pada kesempatan yang lain, dan akan menjadikannya tidak
berjalan dia pondasi ilmiah manhajiyyah. Cara demikian membuat banyak
kalangan muda berada dalam alam pikiran yang kacau. Tidak mampu
membedakan mana yang Ahlus Sunnah dan mana yang Ahlul Bid'ah, di
samping berada dalam aqidah yang lemah. Ia bingung dalam memberikan
loyalitasnya, sehingga tidak mengetahui siapa yang layak diberi
loyalitas dan siapa yang harus dimusuhi. Tidak mengetahui siapa yang
harus ia cintai dan siapa yang harus ia benci. Bahkan ada di antara
mereka yang menjadi berseberangan dengan kewajiban-kewajiban
imaniyyah, yaitu mencintai ahlus sunnah dan membenci ahlul bid'ah.
Yang demikian kami saksikan pada sebagian murid-murid para masyaikh
yang tidak mau memperhatikan sikap waspada terhadap kebid'ahan dan
para pengusungnya, hizbiyyah dan berbagai simbolnya. Mereka tidak
memberikan perhatian sama sekali, yang menyebabkan timbulnya di
tengah-tengah mereka orang-orang yang seperti itu. Bahkan durhaka dan
meninggalkan jalan para masyaikh (guru) mereka.

Aku katakan :
Sungguh aku telah menyaksikan pada para ikhwah tersebut (yakni para
asatidzah penyelenggara/panitia Daurah Ilmiyyah Nasional) adanya
adab-adab yang tinggi, akhlak-akhlak yang mulia, jiwa-jiwa yang baik,
kepeduliaan yang tinggi, ta'awun yang kuat sesama mereka dalam rangka
menyebarkan sunnah dan tauhid, serta manhaj salafi di tengah-tengah
negeri tersebut yang telah banyak didominasi oleh kalangan Asy'ariyyah
dan Shufiyyah, bahkan kelompok-kelompok hizbiyyah.

Sungguh tidak berlebihan bila aku katakan, bahwa apa yang aku saksikan
adalah sesuatu yang tidak ada bandingannya. Aku belum pernah melihat
yang seperti itu. Belum pernah aku menyaksikan jumlah yang begitu
besar, mendatangi Daurah Umum yang diterjemahkan, jumlah mereka lebih
dari 10.000 orang. Atau jumlah besar mereka yang hadir pada pelajaran
Daurah Khusus (khusus untuk para asatidzah dan para duat) yang
mendekati 500 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru dan kepulauan
negeri Indonesia dengan membawa semangat untuk menyebarkan sunnah dan
mencari ilmu. Bahkan aku diberi tahu bahwa di sana masih ada lagi
sejumlah para penuntut ilmu yang juga berkeinginan menghadiri Daurah
Khusus, namun karena tempat yang tidak mencukupi untuk menampung
jumlah mereka yang besar, maka panitia membatasi dengan sebagiannya
saja.

Mereka (para asatidzah penyelenggara/panitia) telah mengadakan
daurah-daurah tersebut dengan swadaya mereka sendiri, di tengah-tengah
segala kekurangan. Namun mereka tidak mau menerima sumbangan dana
bersyarat dari sebagian organisasi/yayasan yang memiliki tujuan yang
samar dan tanzhim hizbi, yang tidaklah tanzhim tersebut hadir pada
suatu negeri atau suatu dakwah kecuali pasti akan memecah belah dakwah
tersebut dan menimbulkan permusuhan dan saling benci sesama pelaku
dakwah. Walahaula wala Quwwata illa billah.

Upaya saling bekerjasama dan bantu membantu yang membuahkan hasil ini,
dan cara yang sukses ini, tidak lain merupakan buah dari tarbiyah para
ulama dan senantiasa berhubungan dengan mereka. Hal itu membuahkan
dalam diri mereka kesinambungan dalam berusaha di atas sikap
pertengahan dan lapang, serta hanifiyyah (kelurusan) yang jelas.

Sungguh orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang berhak
mendapatkan bantuan, pertolongan, dan kerjasama dalam menjalankan
dakwah mereka untuk menyebarkan tauhid dan Sunnah serta manhaj salafi
di tengah-tengah negeri yang penduduknya telah didominasi oleh aqidah
Asy'ariyyah dan tarekat Shufiyyah, bahkan kelompok-kelompok hizbiyyah
dan takfiry, serta aliran-aliran dan agama-agama yang bermacam-macam.

Semoga Allah memberikan sebaik-baik balasan kepada para ikhwah
pengampu dakwah dan Daurah Ilmiah ini. Dan semoga Allah memperbesar
pahala atas perkara yang mereka jalankan, berupa pelaksanaan amanat
ini dan menyebarkan risalah ini.

Di antara para ikhwah (asatidzah) tersebut yang aku jumpai adalah
Al-Ustadz Luqman Ba'abduh, Al-Ustadz 'Askari, Al-Ustadz Hannan
Bahannan, Al-Ustadz Qamar Su'aidi, Al-Ustadz Usamah Faishal Mahri,
Al-Ustadz 'Abdush Shamad Bawazir, Al-Ustadz Ahmad Khadim, Al-Ustadz
Ruwaifi', Al-Ustadz 'Abdul Mu'thi, Al-Ustadz 'Abdul Bar, Al-Ustadz
Ja'far Shalih, dan selain mereka yang tidak aku ingat nama-namanya.
Sebagaiman pula aku tidak lupa dengan salah seorang pemuda bernama
Muhammad Fuad yang telah melakukan penerjemahan banyak kitab-kitab
salafiyyah dari bahasa 'Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Sebagai tambahan keterangan, bahwasanya ia (Muhammad Fuad) dulunya
adalah Cina kafir, kemudian masuk Islam dan benarlah Islamnya.
Kemudian Allah memberikan karunia kepadanya berupa mengenal manhaj
salafi dan aqidah sunni. Allah memberikan manfaat melalui dirinya
kepada Islam dan kaum muslimin. Maha Suci Allah yang telah
mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Mengeluarkan dari kegelapan
kepada cahaya. Ia memberikan hidayah ke ash-shirath al-mustaqim bagi
siapa yang ia kehendaki. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.

Di antara perkara yang membuatku terkejut adalah ketika aku melihatnya
sebagai penerjemah – dan aku bersyukur kepada Allah atas hal ini-
kitabku Sallu As-Suyuf wa Al-Asinnah 'ala Ahli Al-Ahwa' wa Ad'iyyah
As-Sunnah yang mendapatkan pendahuluan dari Syaikh kami, Doktor Rabi'
bin Hadi Al-Madkhali, seorang 'ulama yang memiliki perjuangan yang
penuh berkah dalam membela rekan-rekan dan murid-muridnya, serta
anak-anak didiknya dari kalangan Ahlus Sunnah di setiap tempat. Segala
puji bagi Allah yang dengan-Nya sempurnalah setiap amal shalih. Dan
aku memohon kepada-Nya agar memberikan rizqi kepada kita berupa
keikhlasan dalam berucap dan beramal, menjadikan kita beramal dalam
ketaatan-Nya dan membela agama dan sunnah Nabi-Nya, dan agar Dia
menjadikan hal ini semua termasuk dalam timbangan amal-amal kebaikan,
baik yang berupa kitab-kitab, pengantar, penerjemahan, maupun
penerbitan, pada hari yang sudah tidak lagi bermanfaat lagi harta dan
anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.

Transkrip Arab :
أولا ً: الحديث عن إخواننا أهل السنة السلفيين القائمين على الدورة
العلمية والدعوة السلفية في بلاد أندونيسيا

لقد التقينا بعد وصولنا إلى هذه البلاد الإسلامية بإخواننا أهل السنة
السلفيين، والذين رأينا فيهم صحة الالتزام بالسنة، وصدق التدين،
والاستقامة على المنهج السلفي، والحرص على العلم والـدعـوة إلى الله
عزوجل. نحسبهم كـذلك - ولا نزكي على الله أحدًا - .
والبعض منهم ممن درس على يد مشايخنا وعلمائنا، أمثال الشيخ مقبل بن هادي
الوادعي، والشيخ أحمد بن يحيى النجمي، رحمهما الله تعالى، أو أمثال الشيخ
صالح بن فوزان الفوزان والشيخ ربيع بن هادي المدخلي حفظهما الله تعالى،
والبعض من خريجي الجامعة الإسلامية، والبعض ممن فاته ذلك حريص على اقتناء
كتب وأشرطة هؤلاء المشايخ وأمثالهم من العلماء وطلبة العلم أهل السنة.
وفضلاً عن التلمذة، فلقد علمت فيهم كثرةً في زيارة العلماء وأخذ المشورة
منهم، وكان أكثره للشيخ ربيع المدخلي حفظه الله تعالى، والذي كان له
الدور الكبير في جمع كلمتهم واتحاد صفوفهم.
وإن هذا من دلائل معرفة سبيل المرء، إن كان على سنة أو خلافها، فالأرواح
جنود مجندة، ما تعارف منها ائتلف، وما تناكر منها اختلف. والسلف كانوا
يرون مجالسة الرجل لأهل السنة، ومحبته لهم، والحرص على التتلمذ على
أيديهم، ومشورتهم من علامات ذلك.
وهم، فضلا ً عن ذلك، فإن لديهم معرفة بالمناهج المستحدثة، والجماعات
الحزبية، والحذر منها، والتحذير منها.
وهذا من المهم لدى المسلم أن يعرف الشر وأهله للحذر منه، فضلا ً عن طلاب
العلم أو الدعاة إلى الله عزوجل. ولقد كان حذيفة  يقول: كان الناس
يسألون عن الخير، وكنت أسأل عن الشر مخافة أن يدركني. وصدق القائل :
عرفت الشر لا للشر لكـن لتوقــّّيه
ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
وهذا الذي رأيته فيهم هو من ثمرة التربية على أيدي العلماء الربانيين،
فإن العالم الرباني هو الذي يربي طلابه تربية سنية سلفية، يتميز بها عن
سائر الناس. فيجمع بين التأصيل الشرعي العقدي وبين التحذير من الشر
والبدع وأهلها.
وهذا ما تميز به أولئك العلماء المذكورون، وهذا والله هو النصح للمسلمين،
والطلاب، أما أن يؤخذ جانب ويهمل آخر، فهذا الذي يجعل الطالب بين الإفراط
حينـًا أو التفريط حينـًا آخر، ويجعله دون ركيزة علمية منهجية. وهذا الذي
جعل كثيرًا من الشباب في تخبطٍ فكري، لا يفرق بين من هو سنيٌّ ومن هو
بدعيٌّ ، وفي تميع عقدي، يتخبط في ولاءاته، فلا يعرف من يوالي ممن يعادي،
ولا يعرف من يحب ممن يبغض، بل أنتج فيهم خلاف الواجب الإيماني، الذي هو
محبة أهل السنة وبغض أهل البدع. وهذا قد رأيناه عند تلاميذ المشايخ الذين
لا يولون جانب التحذير من البدع وأهلها، والحزبيات وانتماءاتها، أيَّ
اهتمام، مما أنتج فيهم ذلك، بل العقوق لمشايخهم، والميل عن سبيلهم.
أقول لقد رأيت في أولئك الإخوة الآداب الرفيعة، والأخلاق السامية،
والنفوس الطيبة، والكرم العالي، والتعاون البناء فيما بينهم لنشر السنة
والتوحيد والمنهج السلفي في وسط تلك البلاد، التي يغلب فيها التمشعر
والتصوف، فضلاً عن الجماعات الحزبية.
وقد لا أبالغ إن قلت أن ما رأيته أمر لا نظير له، ولم أشاهد مثله، ويشهد
على ذلك هذه الأعداد الغفيرة التي حضرت المحاضرات العامة المترجمة، والتي
تجاوزت العشرة آلاف، أو تلك التي حضرت الدروس والتي قاربت الخمسمائة،
جاءوا من أنحاء أندونيسيا وجزرها، مع حرص على السنة، وحرص على العلم. بل
أخبرت بأن هناك المزيد من طلاب العلم كان يريد الحضور لكن المكان لم يكن
يتسع هذا العدد الكبير فاكتفوا ببعضهم.
وهم قد أقاموا هذه الدورات على جهودهم الذاتية، مع قلة ذات اليد، وعدم
قبولهم للمساعدات المشروطة من بعض الجمعيات ذات التوجهات المشبوهة،
والتنظير الحزبي، والتي ما حلت في بلد أو دعوة إلا فرقت شملها، وأوجدت
بين أصحابها العداوة والبغضاء، ولا حول ولا قوة إلا بالله.
وهذا التفاعل والتعاون المثمر، والمسلك الناجح، إنما هو من ثمرة التربية
على العلماء، والاستمرار في الارتباط بهم، والذي أًثمر فيهم استمرارًا في
جهودهم، على وسطية سمحة، وحنيفية واضحة.
وإن مثل هؤلاء هم الذين يستحقون المؤازرة والمناصرة والتعاون معهم في
دعوتهم في نشر التوحيد والسنة والمنهج السلفي في وسط تلك البلاد التي غلب
على أهلها عقيدة الأشاعرة والطرق الصوفية، فضلاًً عن الجماعات الحزبية،
والفرق التكفيرية، والملل والأديان المتنوعة.
فجزى الله الإخوة القائمين على هذه الدعوة، وهذه الدورات العلمية، خير
الجزاء، وأعظم لهم المثوبة على ما يقومون به من أداء لهذه الأمانة، ونشر
لهذه الرسالة.
وإن من هؤلاء الإخوة الذين قابلتهم، الأستاذ لقمان باعبده، والأستاذ أبا
المنذر، والأستاذ عسكرى، والأستاذ حنان باحنان، والأستاذ قمر سعيدي،
والأستاذ أسامة بن فيصل مهري، والأستاذ عبدالصمد باوزير، والأستاذ أحمد
خادم، والأستاذ رويفع، والأستاذ عبدالمعطي، والأستاذ عبدالبر، والأستاذ
جعفر صالح، وغير هؤلاء ممن لا يحضرني اسمه. كما لا أنسى ذاك الشاب الأخ
محمد فؤاد الذي يقوم بترجمة كثير من الكتب السلفية من العربية إلى
الإندونيسية.
علمًا أنه كان صينيًا كافرًا فأسلم وصح إسلامه، ومَنَّ الله عليه بالمنهج
السلفي والعقيدة السنية، ونفع الله به الإسلام والمسلمين، فسبحان من يخرج
الحي من الميت، ويخرج من الظلمات إلى النور، ويهدي من يشاء إلى صراط
مستقيم. والحمدلله رب العالمين.
وإن مما تفاجأت برؤيته مترجمًا وحمدت الله عزوجل على ذلك كثيرًا كتابي
(سل السيوف والأسنة على أهل الهوى وأدعياء السنة) ، والذي هو من تقديم
شيخنا الدكتور ربيع بن هادي المدخلي والذي له الجهود المباركة في نصرة
إخوانه وتلاميذه وأبنائه من أهل السنة في كل مكان. والحمد لله الذي
بنعمته تتم الصالحات، وأسأله عزوجل أن يرزقنا الإخلاص في القول والعمل،
وأن يستعملنا في طاعته والدفاع عن دينه وسنة نبيه  ، وأن يجعل ذلك في
ميزان حسنات من كتب وقدم وترجم ونشر يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى
الله بقلب سليم.

(bersambung, insya Allah)

(Sumber : http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=360996 &
diarsipkan di http://www.rabee.net/almadani/andonisia.zip. Dikirimkan
oleh al akh Abu Amr melalui email)

Artikel terkait :
1. Biografi Asy Syaikh Ali bin Yahya Al Haddadi
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1462

2. Biografi Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari hafidhahullah
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1463

3. Faidah dan Manfaat Daurah Nasional bersama Ulama
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1465

4. Daurah Khusus Asatidzah Bersama Masyayikh
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1466

5. Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1467

6. Sambutan dan Pujian Asy Syaikh 'Abdullah atas Daurah Nasional 1429 H/2008
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1468

7. Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (2)
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1470

8. Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (3)
http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1471

Other related posts:

  • » [milis-salafy] Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (3) - Informasi Daurah Masyayikh Ulama Ahlussunnah