[nasional_list] [ppiindia] surat jembatan sembilan [4--selesai]: ketika hening hanya memperdengarkan satu suara

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 7 Aug 2006 09:41:55 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Jembatan Sembilan:


KETIKA HENING HANYA MEMPERDENGARKAN  SATU SUARA

[ Mengenang Pierre Vidal-Naquet, Sejarawan dan Cendekiawan Engagé ]




Ilmiah dan engagement menyatu di diri Pierre Vidal-Naquet.  Barangkali ini pun 
merupakan satu ciri dari l'EHESS,  universitas di Paris yang paling produktif 
memproduksikan karya-karya ilmiah tapi tidak mensterilkan ilmu karena itu 
disebut "l'école pratique". Sekolah praktis yang menyatu dengan kehidupan.


Dalam mewujudkan sikap ilmiah yang engagé ini,  Pierre berteladan kepada 
Jean-Jaures, pemimpin gerakan kiri Perancis pada tahun 1930an.  Jean-Jaures 
sebagai pemikir dan pemimpin yang konsekwen dengan engagement kerakyatannya, 
hidupnya  diakhiri oleh suatu pembunuhan di tengah Paris. Berdasarkan kenyataan 
demi kenyataan, riwayat demi riwayat, aku sampai pada kesimpulan bahwa 
mencintai, termasuk dan lebih-lebih mencintai kemanusiaan dan tanahair, 
bukanlah hal sederhana. Para pencinta yang sungguh, ditagih kesanggupan untuk 
menanggung resiko cintanya, termasuk hilangnya kepala. Keadaan begini bukan 
hanya dialami oleh Jean-Jaures, tapi juga oleh Mahatma Gandhi, oleh Martin 
Luther King Jr yang kata-kata tersohornya :"I have a dream" masih menggaung 
menggema hingga sekarang. Juga dialami oleh Cak Durasim, Yang Kaihwei, dan 
masih banyak nama-nama lagi. Cinta dan atau mimpi beginilah yang oleh penyair 
HR. Bandaharo sebagai "cacat yang tak bisa hilang, luka yang tak bisa sembuh", 
tapi  darinya "tak seorang berniat pulang, walau mati menanti".  Sampai akhir 
hayatnya, Pierre Vidal-Naquet pun tak "berniat pulang" dari samudera  
engagement kemanusiaannya sebagai seorang sejarawan.  Dari posisi sebagai 
seorang sejarawan, Pierre  sampai detik penghabisan hidupnya melibatkan diri 
dalam soal-soal besar kemasyarakatan dengan menulis petisi-petisi, surat-surat 
untuk pers, dalam debat-debat, aktif dalam komite-komite solidaritas kepada 
rakyat berbagai negeri di dunia. Beberapa hari sebelum meninggal, Pierre masih 
turut menandatangani kutukan terhadap perang baru Israel atas Libanon.


"L'Affaire Audin" adalah buku pertamanya yang menggugat pemerintah kolonial 
Perancis dan kaum militeris Perancis pada masa Perang Pembebasan Nasional 
Aljazair, diterbitkan oleh  Editions de Minuit,  Paris.  Audin adalah seorang 
matematisien muda, kebetulan anggota Partai Komunis. Audin ditangkap dan 
disiksa habis oleh serdadu kolonial Perancis. Pierre lalu menerbitkan bukunya 
"L'Affaire Audin" yang menggegerkan Perancis yang oleh Perang Aljazair terbelah 
dua. Mengutuk penyiksaan "merupakan tugas besar pertama dalam hidupku", ujar 
Pierre yang sejak remaja sangat dipengaruhi oleh kata-kata Chateaubriand 
tentang fungsi sejarawan. Tapi justru karena penerbitan dan kutukannya pada  
penjajahan dan penyiksaan, Pierre Vidal-Naquet, selama Perang Aljazair 
dikenakan larangan mengajar oleh pemerintah Perancis. 


Sesuai dengan engagement manusiawi ini pula,  Pierre jugalah termasuk yang 
pertama-tama membelejedi bahayanya tesis-tesis negasionis Neo-Nazi yang 
menganggap bahwa "kamar gas Nazi  hanyalah rincian sejarah".  Pembelejedan ini 
dilakukan Pierre berdasarkan prinsip yang ia pegang teguh: 


"Saya tidak pernah percaya pada kebenaran mutlak, tapi saya banyak mempercayai 
keniscayaan menelanjangi penipuan".  


"Penelanjangan" atas tesis-tesis negasionis ini dilakukan oleh Pierre 
Vidal-Naquet melalui karya-karyanya: "Assasins de la Mémoire" [Para Pembunuh 
Ingatan",  1987] dan  "Réflection sur génocide [Renungan Atas Genosit, 1995]. 
Dengan prinsip yang sama, Pierre tampil paling depan membela Jean-Moulin 
pemimpin utama  Résistance [Perlawanan] Perancis terhadap pendudukan Nazi pada 
masa Perang Dunia II, dari macam-macam tuduhan.  "Walau pun kebenaran akan 
menyatakan dirinya sendiri", kata  Agatha Christie atau "loyang tetaplah loyang 
walau berada di mulut anjing sekalipun", ujar tetua kita. 


Selain di buku-buku di atas , engagement manusiawi Pierre  sebagai sejarawan 
selalu  menjelujuri karya-karya lainnnya seperti "Clisthène l'Athénien" [1964], 
"La Torture dans la République" [1972, "Mythe et Tragédie" [1972 dan 1986], "La 
Chasseur noir" [1981], "Les Juifs, la mémoire et la présent" [1981],  "Face à 
la raison d'Etat" [1989], "Le Monde d'Homère" [2002], "L'Atlantide, petite 
histoire d'un mythe platonicien" [2005].   


Pekerjaan Pierre, ayah dari tiga orang anak, sebagai sejarawan sangat ditopang 
oleh Geneviève, istrinya yang juga seorang sejarawan.


Kehidupan intelektual dan engagement manusiawi Pierre Vidal-Naquet mengingatkan 
aku akan kata-kata Ramadhan KH alm. dalam puisinya "Pembakaran 7" [in: 
"Priangan Si Jelita"]:


Dan untuk kebebasan jiwa
kuserahkan hidup...
...................................
Penyair paling setia
mengajak sekali waktu untuk bersikap"


Kalau pepatah Tiongkok mengatakan bahwa "daya tahan seekor kuda diuji dalam 
perjalanan jauh",  sampai detik penghabisan hayatnya, Pierre telah menunjukkan 
kadar kesetiaannya pada mimpi dan engagement manusiawinya, baik sebagai 
cendekiawan mau pun sebagai sejarawan.


Memandang Indonesia dari tebing-tebing sungai Seine dan Jembatan Sembilan, 
sejuta kenang dan bayang serta sekian nama, melintas di kepalaku bersama 
hembusan angin musim panas yang menghambur dari menara katedral Notre Dame.  
Plage de Paris menghampar di sisi sungai. Sambil mengucapkan selamat jalan 
kepada Pierre, aku mencari kelebat bayang cendekiawan dengan kesetiaan pada  
mimpi dan engagement manusiawi seperti Pierre. Menelusuri ulang lika-liku dunia 
sastra negeri kita, mencari yang dikatakan oleh Ramadhan KH "penyair paling 
setia".   


Di tenggelam matahari, kudapatkan diri tidak lain dari  hanyalah seorang 
Ahaserus.***


Paris, Agustus 2006
---------------------------
JJ. Kusni


[Selesai].

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat jembatan sembilan [4--selesai]: ketika hening hanya memperdengarkan satu suara