[nasional_list] [ppiindia] sebuah keluarga untuk si kecil

  • From: Nugroho Dewanto <ndewanto@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 03 Oct 2006 14:27:47 +0700

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Sebuah Keluarga untuk Si Kecil

SOS Desa Taruna bersiap menolong anak-anak korban tsunami di Aceh dan 
Sumatera Utara. Pola pengasuhan berbasis keluarga.

-----------

Tawa dan celoteh anak-anak terdengar dari balik dinding. Kegaduhan 
itu tak mengusik 15 perempuan yang sedang berdiskusi di dalam kelas. 
Mereka asyik bertukar pengalaman dan mengasah teori mengenai 
pola-pola pengasuhan anak. Dua pekan silam, 15 wanita itu datang 
jauh-jauh ke Lembang, Jawa Barat, meninggalkan rumahnya di Banda 
Aceh, Meulaboh, dan Medan. Mereka adalah calon ibu asuh yang sedang 
menjalani pelatihan di SOS Kinderdorf, yang lebih dikenal sebagai SOS 
Desa Taruna Lembang.

Motif mereka seragam. Ida Riyani, 25 tahun, perempuan asal Banda Aceh 
itu, bergabung dengan SOS Kinderdorf karena ingin membantu anak-anak 
di kotanya yang kehilangan orang tua akibat bencana tsunami. Ia tahu 
SOS Kinderdorf dari siaran radio. Kendati sempat kaget setelah 
mengetahui ada larangan menikah selama menjadi ibu asuh, Ida tetap 
meneruskan langkahnya. "Menikah juga ujung-ujungnya mempunyai anak. 
Di sini tidak perlu menikah tapi sudah punya anak. Sama saja."

Peserta lain adalah Rosamaeda Purba, 42 tahun. Hati janda beranak dua 
itu terpincut SOS Kinderdorf karena lembaga yang kegiatannya sekilas 
mirip panti asuhan itu melarang anak-anak asuhnya diadopsi. "Saya 
tertarik metode mendidik anak di sini dengan pendekatan sebuah 
keluarga," ujar perempuan yang tadinya berdagang baju di Medan itu.

Mereka semua akan menjalani pendidikan di Lembang selama tiga bulan. 
Sebuah korting besar dari masa pelatihan yang lazimnya selama dua 
tahun--mulai dari proses wawancara, tes, pembekalan teori, dan magang 
menjadi ibu asuh. "Ada pengecualian," kata pimpinan SOS Desa Taruna 
Lembang, Sutrisno Setiawan.

Para peserta pelatihan itu ditempa menjadi ibu asuh di perkampungan 
SOS Desa Taruna, yang sedang dibangun di Banda Aceh, Meulaboh, dan 
Medan. Mereka akan mengasuh anak-anak korban gempa dan tsunami di 
Aceh dan Nias hampir dua tahun lalu.

Setiap pekan, para calon ibu asuh di Desa Taruna itu berpindah rumah. 
Mereka magang dan melakukan pekerjaan yang sama seperti ibu asuh di 
rumah-rumah itu. Sebagai selingan, selama tiga jam setiap hari mereka 
mendapat pembekalan teori mengenai pola pengasuhan anak dari pengelola desa.

*****

Mari kita teropong kegiatan para ibu asuh.
Teriakan seorang perempuan terdengar dari dalam rumah. "Fathur, main 
sepeda di luar, ya." Seorang bocah terlihat segera menghela sepeda 
kecilnya ke halaman. Di sana ia berputar-putar dengan sepedanya 
seperti hendak pamer. Sri Andiani, perempuan yang tadi berteriak, 
cuma memperhatikan sambil tersenyum.

Di dalam rumah, seorang perempuan muda lain sedang menyetrika 
pakaian. Dia Santi, kini sedang menuntut ilmu di Jurusan Psikologi 
Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta. Tak lama kemudian, masuk 
seorang anak berseragam sekolah dasar. "Assalamualaikum," gadis kecil 
itu menguluk salam sambil menghampiri dan mencium tangan Sri Andiani. 
Dia Desy Indah Sari. Seorang anak lain menyusul masuk. Namanya Selmi Fitriani.

Dalam soal anak, perempuan berperawakan sedang dengan rambut pendek 
itu memang terhitung subur. Selain empat anak tadi, dia masih 
memiliki dua anak lain. Simak pula pengakuannya ini, "Saya telah 
mantu 10 kali dan memiliki 15 cucu."

Jadi, wanita 48 tahun ini punya 16 anak? Betul, tapi semuanya bukan 
anak kandungnya. Inilah berkah yang didapat Sri Andiani sebagai ibu 
asuh di perkampungan SOS Desa Taruna, Cibubur, Jakarta Timur. Jumlah 
anak yang ia asuh sejak menjadi "ibu" pada 1984 bahkan lebih dari 
angka tersebut. Mereka adalah anak-anak dari keluarga tak mampu yang 
menjadi asuhan Yayasan SOS Desa Taruna.

Sri berperan layaknya ibu kandung bagi anak-anak tersebut. Dia harus 
mendampingi saat mereka belajar. Mendengarkan pelbagai keluh-kesah. 
Datang ke sekolah untuk mengambil rapor, atau menyelesaikan masalah 
yang mereka dapat di tempat mereka belajar.

Bila anak-anak itu kekurangan uang, duit gajinya yang tak seberapa 
pun ia berikan. Bahkan anak-anak yang sudah tak tinggal di rumah 
kadang-kadang masih menadahkan tangan. Soalnya, "Hanya aku ibu yang 
mereka kenal," ujarnya.

Di rumah lain, ada Supriatni. Perempuan 37 tahun ini mengurus 12 
anak. Ketika Tempo bertandang pekan lalu, anak-anak berusia sekolah 
dasar mondar-mandir di ruang tamu--ruang yang hanya dipisahkan oleh 
lemari rendah dengan meja makan yang sekaligus menjadi meja belajar. 
Untuk tidur, mereka harus berbagi tilam di empat kamar.

Mengurusi anak-anak yang begitu banyak dan dengan latar belakang 
berbeda-beda jelas bukan hal yang mudah. Sri bercerita pernah 
memiliki empat anak bersaudara kandung yang terlibat bermacam 
masalah. Anak pertama mogok sekolah dan meninggalkan rumah. Adiknya, 
yang sempat kuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung, terlibat 
pemakaian narkoba. Seorang adiknya yang lain kabur hanya sebulan 
sebelum mengikuti ujian sekolah menengah kejuruan. Si bungsu lari 
saat pendidikan di balai latihan kerja. Tentu saja Sri stres. 
Biasanya, ia lalu berusaha menenangkan pikiran dengan jalan-jalan 
sendiri keluar rumah. Setelah pikiran tenang, barulah ia kembali ke rumah.

Ada pula cerita mengesankan. Supriatni menuturkan seorang anaknya 
pernah mencuri uang. Uang kertas Rp 500 itu kemudian disobek menjadi 
tiga potongan. Begitu Supriatni pulang, si anak ingin menukar 
potongan uang kertas itu menjadi uang receh untuk jajan.

Saat ditanya kenapa uang kertas itu dipotong, si anak menjawab jujur, 
"Dari nyuri kemudian harus dibagi bertiga." Jawaban itu mau tak mau 
membuat Supriatni tersenyum.

                 * * *

SOS Desa Taruna menerapkan pola pengasuhan anak yang berbasis 
keluarga dan bersifat jangka panjang. Anak-anak diharapkan 
mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan adik-kakak layaknya dalam 
sebuah keluarga. "Anak-anak baru dilepas dari desa setelah mandiri," 
kata Direktur Nasional SOS Desa Taruna, Gregor Hadiyanto Nitihardjo.

Keluarga yang dibentuk adalah keluarga yang seagama. Keluarga Sri, 
misalnya, merupakan keluarga muslim. Sedangkan keluarga Supriatni 
merupakan keluarga Katolik. "Kami membantu tanpa memandang agama 
ataupun suku," kata Hadiyanto.

Di kompleks SOS Desa Taruna Cibubur seluas 3,5 hektare, terdapat 15 
keluarga. Dari jumlah itu, enam di antaranya keluarga muslim, enam 
keluarga Katolik, dan sisanya keluarga Kristen. Begitu pula di 
Lembang. Dari 13 keluarga di sana, lima merupakan keluarga muslim, 
lima Katolik, dan tiga keluarga Kristen.

Proporsi hampir serupa diterapkan di Semarang dan rencananya juga di 
Medan. Namun, untuk Bali, semuanya keluarga Hindu. Di Maumere, 
semuanya keluarga Katolik. Untuk di Banda Aceh dan Meulaboh 
direncanakan semuanya keluarga muslim.

Aturan bagi para ibu asuh untuk tak menikah, menurut wakil pimpinan 
SOS Desa Taruna Lembang, Lukas Formiatho, merupakan upaya agar 
anak-anak bisa menerima kasih sayang ibu sepenuhnya. "Tidak 
terbagi-bagi dengan orang lain," ujarnya. Ibu asuh yang menikah 
terpaksa diberhentikan. Adapun sosok ayah digantikan beberapa bapak 
pembina yang juga tinggal di desa.

*****

Yayasan SOS Desa Taruna didirikan di Indonesia pada 1970 oleh Agus 
Prawoto, yang baru selesai menuntut ilmu di Austria. SOS Desa Taruna 
merupakan waralaba SOS Kinderdorf, yang didirikan oleh Hermann 
Gmeiner pada 1949 di Imst, Austria. Gmeiner mendirikan SOS Kinderdorf 
untuk menolong anak-anak yang telantar akibat perang dunia.

Perkampungan SOS Desa Taruna pertama beroperasi tahun 1972 di 
Lembang, Jawa Barat. Tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan 
menampung 165 anak. Sepuluh tahun kemudian, menyusul pendirian 
perkampungan di Cibubur, Jakarta Timur.

Di kompleks ini 150 anak bisa tertampung. Tak lama kemudian menyusul 
perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali), dan 
Maumere (Nusa Tenggara Timur).

Selain bantuan uang untuk hidup dan sekolah, yayasan memberikan 
keluarga dan komunitas bagi anak-anak. Rumah-rumah SOS Desa Taruna 
selalu berada dalam sebuah kompleks yang biasa disebut village 
(desa). Di desa tersebut anak-anak banyak dibantu.

Bila di rumah, ibu-ibu yang bekerja. Di sekolah, para guru yang 
bekerja mengasuh anak. Setiap sore, yayasan menyediakan berbagai 
program, termasuk pemberian pelajaran tambahan seperti matematika dan 
bahasa Inggris. Ada pula pelatihan keterampilan seperti komputer atau 
menari. Desa juga menyediakan lapangan tempat anak-anak bisa 
berolahraga bersama. Di Cibubur bahkan didatangkan pelatih sepak bola.

Purwani Diyah Prabandari, Ahmad Fikri (Bandung)
(Tempo, 1 Oktober 2006)







[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] sebuah keluarga untuk si kecil