** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Sastra Seorang Awam MEMBACA PUISI-PUISI KATHIRINA SUSANNA PENYAIR KOTA KINIBALU, SABAH 9. "Namun kita harus bersyukur Kerana dulu-dulu dan sekarang Mengajar kita Dan Mmimpin kita ke jalan yang benar Namun kita harus bersyukur ke arah cinta sejati" [Kathirina Susanna] Bait ini aku kutip dari puisi Kathirina Susanna yang disiarkan oleh milis-milis "mata-bambu" dan "watan_sabah" 20 Nopember 2005. Lengkapnya puisi tersebut adalah sebagai berikut: INDAHNYA BUDAYA KITA Pejamkan matamu. Buka mindamu Dengar Dengar Dan hayatilah Merdu sungguh irama mendayu-dayu Mengamit rindu yang panjang Irama rindu seorang kekasih Rindu pada kehijauan sawah terbentang Pada kekunaingan padi Bak hamparan permaidani emas Pada keaslian desa dengan kicauan burung pagi Pada irama asli menawan kalbu Pada lembutnya lengok tari si anak desa Pejamkan matamu Dengar Dan hayatilah Indahnya jiwa irama ini Terasa ada ketenangan disini Ada harmoni membaluti jiwa Indahnya simponi lagu dalam budaya kita Menyatukan silatulrahim Membibitkan benih benih perpaduan Inilah warisan tingallan nenek moyang. Malukah kamu dengan keaslian budaya ini? Dengan kesucian dan lembutnya bahasa kita ini? Kita di sini Biar berbagai etnik, berbagai kaum, tetap bersatu Memelihara kesucian dan keaslian budaya kita. Atau Berbanggakah kamu dengan budaya asing itu? Terlalak terlolong dengan irama membinggungkan Meloncat menari dengan langkah-langkah sumbang! Bukan! Bukan itu budaya kita Bukan itu ajaran nenek moyang kita Bukan itu kebangaaan kita! Pejamkan matamu Hayatilah. Dengarilah. Asli dan sucinya budaya kita Biar berbagai bangsa, berbagai kaum, berbagai bahasa Tetap bersatu mencipta keamanan Dan mereka itu Biar serumpun sebangsa Namun berpecah, saling benci membenci! Mencipta peperangan. Dan Bukalah matamu sekarang Bangunlah dari mimpi siangmu Dengari dan hayatilah Tidakkah kamu rindu. Pada sentuhan keaslian budaya kita Pada murninya adat resam kita Pada keasyiknya tari warisan kita. Irama lagu rindu seruling bambu Pada keunikan bunyi perpaduan Kulintagan Pada rancaknya paluan Gong Warisan Pada megahnya rentak Gendang bila di palu Pada asyiknya petikan irama Gambus. Tidakkah kamu rindu Pada keaslian irama lagu warisan kita ini Yang bersama bersatu menuju satu jalan Yang tidak bersimpang-siur Bersatu berpadu Hormat menghormati Kearah perpaduan kaum Mencipta keamanan dunia! Tidakkah kamu rindu semua ini. Bangun dan melangkahlah Jangan biarkan budaya dan adat kita Lesap ditelan zaman Dihapus dek budaya asing Berbanggalah dengan warisan budaya kita. Jangan biarkan warisan mati tanpa dibela. Dalam puisi ini, Kathirina kembali memperkokoh keunikannya dengan membicarakan masalah masalah masa silam, hari ini dan esok di mana ia memperlihatkan sikap sejarah yang tandas dalam melihat permasalahan Sabah. Berdasarkan teks-teks yang aku miliki, tidak ada seorang pun penulis Sabah yang melihat masalah dengan sikap sejarah yang tegas begini. Bagaimana sikap sejarah Kathirina yang kumaksudkan? Hal ini antara lain bisa kita lihat dari puisi di atas, terutama pada bait berikut: "Namun kita harus bersyukur Kerana dulu-dulu dan sekarang Mengajar kita Dan Mmimpin kita ke jalan yang benar Namun kita harus bersyukur ke arah cinta sejati" Dari bait ini, aku melihat bahwa Kathirina, seperti halnya dengan kelompok sejarawan Annales Paris, memandang masa silam, hari ini dan haridepan atau esok, mempunyai saling hubungan pengaruh-mempengaruhi. Hari ini tidak akan ada tanpa masa silam, dan hari esok dibangun atas dasar hari ini. Dengan pandangan ini, Kathirina mengajak orang Sabah untuk tidak melupakan sejarah dan merenungkan makna tradisi serta modernitas. "dulu dan sekarang/mengajar kita/dan/ memimpin kita ke jalan yang benar", tulisnya. Apakah jalan benar itu? Jalan benar ini menurut Kathirina bahwa Sabah milik semua rakyat Sabah, Sabah yang : "Biar berbagai bangsa, berbagai kaum, berbagai bahasa Tetap bersatu mencipta keamanan" Dengan sikap sejarah ini kemudian Kathirina mengambil sikap budaya dan sikap sastra membumi yaitu agar membangun budaya dan sastra atas dasar keadaan budaya dan sastra lokal yang sungguh-sungguh nyata. Dalam hal ini agaknya Kathirina bertemu dengan pandangan dan sikap filosof Perancis yang meninggal Mei 2005 lalu, Paul Ricoeur atau Prof. Dr. Sajogyo dari Insitut Pertanian Bogor [IPB]. Paul Ricoeur melihat bahwa "kebudayaan lokal memungkinkan orang bisa berdialog dengan kebudayaan lain", dan Paul menegaskan bahwa "kebudayaan itu majemuk sedangkan kemanusiaan itu tunggal". Kemajemukan adalah berbagai jalan mencapai tujuan yaitu kemanusiaan, memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat, sesuai juga dengan konsep budaya Dayak, "rengan tingang nyanak jata" [anak enggang, putera-puteri naga] . Pandangan dan sikap begini dirumuskan oleh Prof.Dr. Sajogyo sebagai "Jalan Kalimantan" dalam perberdayaan diri [Lihat: Sahewan Panarung, Palangka Raya , 2000]. Dengan sikap sejarah, sikap budaya dan sikap sastra ini , Kathirina sekaligus menunjukkan bahwa menjadi epigon negeri asing mana pun akan membuat Sabah menjadi rakyat embel-embel sekali pun mulut berbusa menyebut nama Tuhan dan Nabi dari negeri antah-berantah dan ratusan kali menangkupkan tangan memanjat doa. Dari sikap sejarah, sikap budaya dan sikap sastra begini, lagi-lagi aku melihat keunikan posisi Kathirina dalam dunia budaya dan sastra Sabah. Barangkali sikap sejarah, sikap budaya dan sikap sastra Kathirina ini bisa jadi acuan bagi penulis-penulis di negeri jiran. Barangkali! Jika negeri-negeri jiran ingin memiliki kebudayaan dan sastra yang bukan epigonis yang berhakekat rendah diri, tak mampu menghargai diri sendiri, lebih-lebih dalam syarat "globalisasi" seperti sekarang di mana terdapat kecenderungan nilai Barat dijadikan patokan baik-buruk. Berbicara sastra dan budaya pun akan dirasakan kurang mantap jika tidak mengacu pada Barat. Cendekiawan lokal lebih kenal Ba rat daripada negeri dan kampunghalaman sendiri. Kampunghalaman sendiri dilecehkan sebagai ketinggalan zaman dan tidak moderen padahal yang dilecehkan dan dianggap ketinggalan zaman itu tidak juga dikenal secara mendasar. Berada di luar arus utama [main stream] pikiran di negerinya, kulihat merupakan kebesaran dan keberanian Kathirina sebagai penyair. Tidak semua orang berani mengambil tempat di luar main stream. Barangkali Kathirina tidak mendapat apresiasi di hari ini, apalagi jika sikap intoleransi dari penganut nilai dominan merabunkan pandang, tapi seperti ruang mana pun, demikian juga Sabah tidak akan luput dari landaan riam waktu, maka kelak suatu hari, orang-orang jujur akan mencari dan menilai ulang nama penyair perempuan Dayak otodidak ini dan karya-karyanya. Kesusasteraan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, akan tidak hirau pada dominasi , jika ilmu setia pada dirinya yang bercirikan keilmiahan. Nilai dominan yang campur-baur dengan masalah perebutan kekuasaan politik,sering bersilang arah dengan obyektifitas dan kemanusiaan. Tidak jarang bahwa kemanusiaan jadi bedak muka yang bopeng.Dunia kita hari ini, kuikira, memang adalah wajah yang bopeng penuh puru. Secara tersirat, melalui karya-karyanya,Katihirina menunjukkan bopeng ini. Aku pasti bahwa daya analisa Kathirina akan makin tajam jika ia menaruh perhatian pada politik, karena politik merupakan cerminan terpusat segala kepentingan , terutama kepentingan ekonomi. Dengan memahami politik tanpa mesti menjadi partisan, mata pandang dan mata pisau analisa Kathirina, kukira, akan makin tajam. Ucapan bahwa politik itu kotor,kukira hanya adalah usaha mencegah orang memahami hakekat permasalahan masyarakat. Malangnya pandangan "politik itu kotor", sudah cukup dominan di kalangan masyarakat luas, termasuk di dunia sastra seni, sehingga tidak tidak sedikit para sastrawan-seniman yang ogah memahami politik sekalipun naiknya BBM yang menyengsarakan dan menambah besar barisan pengangguran langsung menyentuh kehidupan mereka -- entah sastrawan-seniman atau pun bukan. Orang-orang akan lebih asyik ngomong tentang seks dan gaya sanggama daripada berusaha memahami apa itu politik dan dampak politik pada kehidupan mereka. Tidakkah ini hasil dari politik pembodohan dan eskapisme? Sekalipun dilingkungi oleh syarat-syarat yang tidak menguntungkan, tapi Kathirina masih mencoba secara meningkar membicarakan keadaan masyarakatnya, berkelit dari tekanan nilai-nilai dominan dan mencoba mendesakkan keinginan tanpa hirau masalah kemajemukan yang obyektif. Sikap beginilah yang kusebut sikap sastrawan sebagai free thinker , sebagai warga republik berdaulat sastra-seni. Kathirina mampu bertahan pada dirinya, dan tidak larut oleh "main-stream". Masyarakat di bagian mana pun di planet ini memerlukan free thinker dan sastrawan.**** Paris, Nopember 2005. ---------------------------- JJ. Kusni [Bersambung...] LAMPIRAN. CINTA DULU-DULU DAN SEKARANG Aneh! Cinta sekarang! Kalau dulu dulu cinta mereka ini Romeo dan Juliet, Laila Majnum Sanggup berkorban biar menderita bersama Biar derita di telan bersama Sanggup mati bersama Agar cinta terus bersemi dan berkembang subur. Lihat saja cerita dulu dulu Taj Mahal misalnya Lambang kasih seorang suami Pada isteri tercinta Bukan satu tetapi banyak lagi Menjadi lagenda sehingga sekarang. Namun cinta zaman sekarang Tidak sama dengan dulu dulu Cinta Terri Schindler-Schiavo Cinta zaman sekarang Tergamak melihat satu perpisahan tragis Satu pembunuhan secara halus Tergamak memutuskan untuk melihat satu kematian Yang di rancang oleh manusia bukan Tuhan Menerima ajal yang perit dan terseksa Aneh! Apakah ada persamaan lagi Cinta dulu dulu dan sekarang? Cinta dulu dulu dari Shah Jehan, Qais dan Romeo Dan cinta sekarang dari Michael Schiavo. Aneh! Memang aneh! Dulu dulu dan sekarang Namun kita harus bersyukur Kerana dulu-dulu dan sekarang Mengajar kita Dan Memimpin kita ke jalan yang benar ke arah cinta sejati UNIKNYA CINTA INI Cinta ini terlalu unik Terlalu sakral Andai diri dibaluti namanya cinta Tidak mengira usia Tidak mengira darjat. Cinta membuatkan manusia Hilang perhitungan Sanggup berkorban Biar nyawa tergadai! Membuatkan manusia menjadi buta Tapi cinta itu bukan buta! Cinta terlalu unik dan sakral Sanggup melepaskan mahkota Nekad meninggalkan taktha Mengejar kebahagian atas dasar cinta Kebahagian yang samar Satu perjudian Antara bahagia atau derita! Kathirina Susanna Kota Kinabalu [Sumber:milis mata-bambu dan watan_sabah, 20 Nopember 2005]. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **