[nasional_list] [ppiindia] catatan sastra seorang awam [12]: membaca puisi-puisi kathirina susanna penyair kota kinibalu, sabah

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 25 Nov 2005 09:37:24 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
Catatan Sastra Seorang Awam



MEMBACA PUISI-PUISI KATHIRINA SUSANNA 
PENYAIR KOTA KINIBALU, SABAH

12.



Sejauh ini, aku masih berbicara tentang masalah pandangan dan sikap Kathirina 
sebagai anak manusia dan penyair, dua hal yang kukira tidak terpisahkan. 
Apalagi setelah mencermati "puisi-puisi November"nya, barangkali, berangkat 
dari pengalaman pribadinya yang pahit-getir Kathirina banyak merenungi masalah 
manusia dan kemanusiaan , berusaha memahami arti hidup dan manusia secara umum. 

Biasanya dalam keadaan begini  tidak sedikit  orang yang dengan semena-mena 
memanfaatkan kepahit-geritan orang lain untuk kepentingan diri sendiri dan yang 
bersangkutan bisa dieksploatasi saat yang terkait menempuh jalan eskapisme atau 
jalan pintas. 

Membandingkan puisi-puisi Kathirina sebelum "sanjak-sanjak November" dan 
sanjak-"sanjak November"-nya, ada kudapatkan usaha penyair sekali pun 
tertatih-tatih untuk menyimpulkan pengalamannya. Keadaan ini memberikan 
kepadaku tambahan bukti bahwa melakukan kesalahan adalah suatu hak asal ketika 
menyadari adanya kekeliruan, yang bersangkutan sanggup mengkoreksinya.

Pengalaman-pengalaman hidup baik yang manis dan getir jika bisa bisa 
disimpulkan akan membuat seorang anak manusia dewasa dan menemukan jalan baru 
yang mantap atau lebih mantap. Inilah yang kunamakan sebagai proses perjalanan 
pencarian nilai seorang penyair dan langsung mempengaruhi karya-karyanya.

Dalam perjalanan pencarian nilai ini seorang penyair akan sangat banyak 
terbantu oleh jenis karya-karya sastrawan lain yang juga jatuh-bangun menemukan 
dirinya.Karya-karya para sastrawan lain adalah proses  penncarian diri dan 
nilai. Dari karya-karya tersebut, pembaca selain menemukan peliknya suatu 
perjalanan nilai, pembaca juga akan mendapatkan acuan nilai sehingga hidup 
tidak sebatas "for bread only", atau hidup asal hidup. Di samping itu, pembaca  
akan mendapatkan pelajaran secara langsung tentang tekhnik pengungkapan diri. 
Membaca adalah membanding. Dengan membanding penulis bisa meningkatkan dirinya. 
 Jika kita berbicara tentang kepenyairan maka di sini kita memasuki tekhnik 
kepenyairan.

Tekhnik pengungkapan diri, jika dilihat dari segi ilmu komunikasi, maka ia 
tidak lain bagaimana pengungkapan diri itu bisa komunikatif. Dan karena ia 
seorang penyair, maka masalah yang muncul adalah bagaimana tekhnik pengungkapan 
diri itu bisa puitis, yang jika menggunakan istilah pelukis Amrus Natalsja, 
memperhatikan unsur-unsur keindahan -- ciri dari kesenian!. Kuantitas dan 
kualitas bacaan tanpa batas, dalam hal ini akan banyak membantu sang penyair 
baik dari segi pemikiran maupun dari segi tekhnis. Apalagi aku tidak percaya 
penyair bisa lahir dan berkembang secara instingtif dengan mengabaikan belajar 
di mana membanding merupakan bagian dari pemelajaran. Aku tentu saja bukan 
penganut pandangan bahwa bakat menentukan kelangsungan berkembangnya seseorang 
sebagai penyair. Yang banyak menentukan adalah bagaimana penyair  menjawab 
apa-siapakah menjadi  penyair itu.

Di Indonesia, juga di dunia kepenyairan  Eropa Barat, ada sejenis puisi yang 
disebut "puisi gelap" artinya makin ia tidak dipahami pembaca, makin puisi itu 
dipandang sebagai bermutu tinggi. Tidak komunikatif pun dipandang tidak menjadi 
soal sekali pun sejarah hubungan  puisi dengan  kehidupan manusia, sejak awal 
lahirnya puisi tidak memperkuat alasan ini. Puisi gelap dan tidak komunikatif 
begini oleh penyair terkemuka Perancis abad ke-20, Paul Elouard, dinamakan 
sebagai "puisi para pangeran" atau "puisi anak raja", yang merasa diri mereka 
sebagai lapisan istimewa masyarakat [nomenklatura], lapisan yang merasa  tidak  
perlu mengerti mayoritas masyarakat tapi menuntut untuk dipahami. Lapisan "anak 
raja" atau "para pangeran" ini,  umumnya tidak mengenal kehidupan nyata serta 
permasalahan-permasalahannya karena mereka hidup di dunia tersendiri yang 
disebut "menara gading" [ivory tower].

Kathirinia yang berasal dari lapisan masyarakat bawah dan tidak lupa pada 
asalnya, bukanlah penyair "anak raja" atau yang merasa diri sebagai para 
"pangeran",   hal ini  terbukti  dari cara pengungkapan diri penyair yang 
langsung dan gampang dimengerti. Kathirina bukanlah pengikut aliran puisi-puisi 
gelap. 

Jika mencermati puisi-puisinya Kathirina baik yang terdapat di website 
"kathytati.tripod.com/bungakasih dan puisicintaku serta "puisi-puisi 
November"nya, ia bukanlah termasuk pengikut aliran "puisi-gelap" .Kathirina 
berbicara langsung dan sederhana seperti apa yang ada di hatinya sehingga 
sangat komunikatif. Misal,  dalam puisinya berikut:


 BERAPA BANYAK LAGI.
   
  Aku benci peperangan!
  Aku sudah tidak tahan melihat darah bertumpahan
  Tubuh jatuh bergelimpangan angkara peluru kejam
  Aku sudah puas melihat kemusnahan
  Aku benci kekejaman ini!
   
  Aku sudah tidak tega lagi.
  Melihat anak anak muda keperbatasan
  Kekasih kekasih hatiku ini
  Harus di hantar ke barisan hadapan
  Bertarung hidup bergadai nyawa
  Antara pulang sebagai pahlawan tanpa nyawa
  Atau pulang bersama duka dan penderitaan.
   
  Aku benci peperangan ini!
  Berapa banyak lagi harus terkorban
  Berapa banyak lagi air mata harus mengalir
  Berapa banyak lagi jiwa jiwa harus terus menderita
  Kosovo! Afghanistan! Iraq!
  Pasti peperangan akan terus berkembang
  Apakah demokrasi harus diperolehi dari peperangan!
   
  Aku benci peperangan!
  Aku simpati pada mereka yang mengiringi perpisahan
  Melihat kekasih hati mereka berangkat ke perbatasan
  Kekasih hati yang bersumpah untuk berbakti
  Biar berputih tulang
  Jangan pulang berputih mata
  Harus berjuang hingga keakhir nyawa
  Demi negaranya yang dikasihi.
   
  Namun kekasih kekasih  hati ini
  Bukan mati memperjuangkan hak negara sendiri
  Tetapi harus gugur di tanah orang
  Mempertahankan sesuaatu yang tidak pasti
  Satu visi yang samar!
   
  Berapa banyak lagi yang harus gugur
  Seperti mereka mereka ini?
  Kekasih kekasih hati.. 
  Yang perlu melihat sinar mentari terus bercahaya
  Memberi keceriaan dalam bahagia mereka
  Berapa banyak yang harus pergi lagi
  Bergadai nyawa.
  Antara pulang sebagai pahlawan yang terkorban
  Atau pulang bersama duka berjuta penderitaan.
   
  Aku benci peperangan!
  Aku benci pada ketamakan kuasa!
  Aku benci pada mereka yang membuatkan kekasih kekasih hatiku terkorban!
  Aku benci pada mereka yang membuat ibu bapa kehilangan anak
  Anak kehilangan ibu bapa!
  Isteri kehilangan suami!
  Atau mungkin suami kehilangan isteri...
  Yang harus tumpas di tanah air orang!
  Aku benci pada keegoan kuasa besar!
  Yang tidak memperdulikan hak hak kekasih kekasih hatiku!
   
   
  Kathirina Susanna
  November 2005

[Sumber:milis matabambu & watan-sabah, 25 November 2005]

Dari masalah memperhitungkan komunikatif tidaknya sebuah puisi, aku kira dalam 
soal ini terdapat masalah pendirian yaitu "untuk siapa dan untuk apa seorang 
penyair menulis". Untuk orang banyak atau untuk diri sendiri, untuk sekedar 
mengungkapkan diri? Jika untuk diri sendiri saja , memang penyair tidak perlu 
memperhitungkan masalah komunikatif tidaknya karya yang lahir dari penanya. 
Dengan pendirian begini, si penyair tidak usah risau dengan masalah 
tanggungjawab dan bisa berasyik-asyik dengan diri sendiri dan hanya 
berindah-indah [sekali pun masalah indah dan tidak indah bisa  merupakan tema 
diskusi/debat tersendiri!].

Berindah-indah, barangkali berbeda dari usaha pembinaan bahasa yang dari para 
penyair  bisa diharapkan sumbangan-sumbangan berarti. Tapi tentu saja pembinaan 
bahasa tidak sama dengan kesukaan berindah-indah dalam berpuisi  apalagi 
merusak kadiah-kaidah umum suatu bahasa. Bahwa bahasa itu berkembang, tidak 
juga aku sangkal. Tapi perkembangan dan perkembangan ada macam-macam. Ada 
perkembangan liar dan ada perkembangan sehat. Barangkali sumbangan yang 
diharapkan dari para sastrawan , termasuk penyair adalah bagaimana 
menumbuhkembangkan bahasa secara sehat dan bukan menumbuhkan atau mencoba 
memasukkan eksentrisisme ke dalam bahasa. Eksentrisisme, kukira bukan sesuatu 
yang sehat bagi pengembangan bahasa.

Kata-kata ini bersifat umum dan tidak aku tujukan pada Kathirina. Kata-kata ini 
kutulis karena teringat akan ada gejala-gejala yang kulihat di Indonesia bahwa 
bahasa nasional seperti kurang diindahkan termasuk oleh yang mengaku dan 
memproklamirkan diri sastrawan.

Dengan kata-kata ini yang terutama ingin kukatakan bahwa sesungguhnya para 
sastrawan, termasuk penyair, kukira mempunyai tanggungjawab sastra, termasuk 
tanggungjawab bahasa. Apalagi jika kita sepakat bahwa alat utama  yang 
digunakan oleh sastrawan, termasuk penyair adalah bahasa. Apabila sastrawan 
menggunakan bahasa yang tidak komunikatif, maka sama artinya ia menggunakan 
jargon [l'argot], bahasa yang  hanya dimengerti oleh sekelompok sangat kecil. 
Hal begini pun menyangkut soal pendirian dan sikap: menulis untuk apa dan untuk 
siapa?

Jargonisme, kukira bisa berdampak kian mengucilkan sastra di pulau asing , 
berbeda dengan keadaan lahirnya sastra di berbagai pulau Indonesia dan daerah 
di dunia. Jargonisme membuat sastra jadi elitis dan tidak dijadikan bagian dari 
kehidupan.

Dengan mengungkapkan hal ini , aku sedang berbicara tentang sastra sebagai alat 
komunikasi, alat ekspresi dan komunikasi. Patutkah sastra dijadikan alat 
ekpresi komunikatif? Kalau tidak mengapa tidak? Karena kita berbicara tentang 
sastra tentu saja unsur-unsur sastra tidak luput dan tidak bisa dilepaskan 
kalau masih mau disebut sebagai karya sastra.

Memperhatikan puisi-puisi Kathirina sebagai teks, agaknya penyair 
memperhitungkan benar soal komunikatif tidaknya karya-karyanya. Malang, aku 
belum membaca cerpen-cerpen Kathirina seperti "Menanti Mau Mengamit Pulang" 
yang pernah mendapat hadiah dari Ikatan Penulis Sabah [?], padahal menurut 
keterangan Ony Basalin, seorang sastrawan Sabah, teman dekat Hasyuda Abadi , 
orang pertama IPS sekarang, kekuatan utama Kathirina justru terdapat  pada 
cerpen. Dengan memperdulikan soal komunikatif tidaknya suatu karya, kukira,  
penulis mengindahkan masalah yang disebut oleh pelukis  Indonesia dari Sanggar 
Bumi Tarung,  , Amrus Natalsja tentang "keberpihakan", sebagai salah satu unsur 
dari tiga unsur kesenian: ilmiah, indah dan keberpihakan.

Keterkucilan sastra, seperti yang sering diributkan di Indonesia, kukira tidak 
lepas dari masalah pendirian dan sikap menulis untuk apa dan untuk siapa? 
Agaknya jika ada soal keterkucilan sastra, maka pertama-tama yang dipertanyakan 
bukan kepada para pembaca tapi kepada para sastrawan sendiri.  Mengapa pembaca 
yang disalahkan?!

Dalam hal ini nampaknya Kathirina, sang penyair Kinibalu ini, sidah pasti 
dengan pendirian dan sikapnya. Adakah pendirian dan sikap ini mempunyai 
hubungan dengan tradisi sastra lisan Dayak Kadasan dari mana penyair berasal?

Dengan ini kita sampai pada pengaruh dan peran sastra lisan pada 
Kathirina.Satra lisan yang sering dipandang sebelah mata oleh tidak sedikit 
orang yang mabuk berorientasi ke Barat seakan-akan Barat adalah 
segala-galanya.***

Paris,Nopember 2005.
----------------
JJ. Kusni

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan sastra seorang awam [12]: membaca puisi-puisi kathirina susanna penyair kota kinibalu, sabah