[nasional_list] [ppiindia] catatan sastra seorang awam [11]: membaca puisi-puisi kathirina susanna penyair kota kinibalu, sabah

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 23 Nov 2005 06:28:38 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Catatan Sastra Seorang Awam



MEMBACA PUISI-PUISI KATHIRINA SUSANNA 
PENYAIR KOTA KINIBALU, SABAH

11.


Milis mata-bambu dan watan_sabah, 22 Nopember kembali menyiarkan sebuah puisi 
Kathirina yang paling akhir. Dalam puisi terbaru ini, penyair berbicara 
tentgang masalah alam lingkungan. Lengkapnya puisi tersebut sebagai berikut:

AKU SAYANG PADA MEREKA
 
 
 
Seperti hari-hari berlalu kususuri lagi jalan ini
Ada kesedihan bertapak di hati
Ada sesal tertakhta di jiwa
Ada kekecewaan bermain di perasaan


 Aku bukan benci pembangunan
Apa lagi untuk kemajuan
Ini rezeki kotaku
Mewarnai darjat negariku.
Mengangkat martabat  negaraku.
 
Aku bukan anti kemajuan
Bangunan pencakar langit itu
Jalan jalan lelangit itu
Adalah kebanggaan kita
Maruah Negara kita..
 
Namun aku sayang padanya
Mereka di sana subur sebelum aku dilahirkan
Mungkin ditanam oleh generasi selepas perang
Atau mungkin sudah berada di situ sebelum perang
Tapi mereka membesar bersamaku
Masihku ingat di atas tubuhnya yang berkulit keras.
Aku mengukir janji cinta pertamaku.
 
Aku bukan benci pembangunan
Jauh sekali menjadi anti kemajuaan
Namun aku sayang padanya
Pepohon hijau dan rendang memayungi setiap mahluk bernyawa
Berkorban saban hari demi kita semua
Mempastikan pencemaran bukan santapan kita.
 
Hancur luluh jiwaku
Melihat satu demi satu mereka dibunuh
Rebah menyembah bumi
Aku nampak tangisan mereka
Aku terasa rintihan mereka
Aku  dengar keluhan  mereka
Ketika jatuh rebah menyembah bumi
Pembangunan memutuskan mereka harus pergi dari bumi ini.
 
Aku bukan benci pembangunan
Bukan juga anti kemajuan
Tapi cuma melepaskan kekecewaan
Kerana kita telah  korbankan keindahan alam 
Kita musnahkan struktur alam  sekitar
Bila taufan datang mengamuk
Bila banjir kilat datang melanda
Apa pun bentuk mala petaka datang mendadak
Dia tidak berada disana lagi
Menjadi penyelamat kita
Dan...
Aku takut Bandaraya Hutan tropika impian kita
Bertukar menjadi Bandaraya Hutan Batu Belantara
Yang bahangnya panas membakar
Membunuh penghuninya secara diam diam.
 
Aku bukan benci pembangunan
Apa lagi untuk kemajuan
Tapi pemusnahan alam sekitar
Harus kita bendung bersama.
Kerana mereka juga punya nyawa
Punya rasa, punya simpati
Seperti kita yang bergelar manusia.
 
 
Kathirina Susanna Tati 
Kota Kinibalu, November 2005



Dalam puisi ini kudapatkan protes, sinisme atau sindiran tajam tetapi juga 
harapan yang tidak hilang pada diri penyair. 

Protes atas kerusakan alam lingkungan ini, antara lain  nampak dari baris-baris 
:

Aku bukan benci pembangunan
Apa lagi untuk kemajuan
Tapi pemusnahan alam sekitar
Harus kita bendung bersama.

Sedangkan sinisme atau sindiran tajamnya, kurasakan pada pernyataan:

  
Kerana mereka juga punya nyawa
Punya rasa, punya simpati
Seperti kita yang bergelar manusia.

Entah, aku yang terlalu perasa sehingga memahami kata-kata "Seperti kita yang 
bergelar manusia"  sebagai sinisme atau sindirian tajam, ataukah juga pada 
kenyataannya penyair Kota Kinibalu ini pun berpandangan serupa. Yang jelas, 
berdasarkan materi yang kukumpulkan dari berbagai sumber, tidak banyak 
sastra-seniman yang hirau akan masalah lingkungan yang rusak, sekalipun 
kerusakan  lingkungan, sebenarnya langsung menyentuh diri pribadi siaapapun. 
Orang lebih asyik meratapi cinta yang patah dan kepatuhan pada dewa dan dewi di 
langit ketujuh  dan di  antah berantah dengan melupakan persoalan kongkret 
dunia nyata. 

Tidakkah pola pikir dan mentalitas begini lebih banyak merupakan ujud nyata 
dari eskapisme ketika kehidupan makin menekan dan menghimpit?! Dalam menghadapi 
kesulitan, sikap orang memang bisa bermacam-macam. Menghadapinya dengan gagah 
atau lari. Bentuk pelarian sangat beragam. Hanya saja pelarian tidak pernah 
memecahkan masalah.

Sejauh bahan yang kumiliki, sastrawan Sabah yang banyak membicarakan soal 
kenyataan kongkret dan tidak memasang rambu-rambu di jalan kesastrawanannya 
yang pasti adalah Kathirina, Ismaily Bungsu, Sitti Azizah, Rem, Hasyuda Abadi 
dan mungkin ada nama-nama lain tapi luput dari amatan dan data-dataku. 

Yang menarik dari sanjak Kathirina di atas bahwa penyair ini memperhatikan dan 
mengungkapkan antara lain tentang kerusakan lingkungan yang menandai keadaan 
pulau Kalimantan/Borneo sekarang.Tidak banyak sastrawan yang mengindahkannya 
karena mungkin dianggap tidak jadi urusan sastrawan-seniman. Perhatian yang 
menunjukkan bahwa penyair tidak lupa asalnya, tidak lupa pulaunya, dekat pada 
masalah riil kehidupan sehingga karya-karya penyair mencerminkan kehidupan 
masyarakat dan bukan hanya melolong-lolong tentang kehilangan atau putusnya 
cinta. Hal ini nampak dari luasnya lingkup perhatian penyair.

Dengan varian tema yang diolahnya, aku melihat bahwa  bagi penyair Kota 
Kinibalu yang disebut "kota di bawah bayu", tidak mentabukan apa pun. Tidak 
juga mentabukan politik [masalah lingkungan adalah masalah politik], sementara 
sastrawan lain membatasi masalah kebudayaan, sastra-seni hanya hanya pada soal 
sastra-seni seakan-akan sastra-seni itu tidak punya hubungan dengan masalah 
sosial dan politik, akibatnya bertolak dari pandangan dan sikap ini, lahir 
karya-karya steril dan narchistik, larut dalam usaha perdagangan manusia, 
lebih-lebih perempuan bahkan anak-anak . Aku tidak jelas apa lalu yang 
dimaksudkan oleh para penulis "populer" "cepat naik daun" dengan kerja 
sastra-seni.  Tap ini adalah hak mereka, dan selayaknya di sini kritik bisa 
berperan.

Dengan lingkup olahan tema bervarian begini,  dan tidak menyempitkan lingkup 
kerja budaya, sastra dan seni, penyair nampak berusaha mencemplungkan diri ke 
dalam kehidupan yang utuh. 

Barangkali atau bahkan tentu saja, penilaian ini berkelebihan, karena 
barangkali bersastra bagi penyair masih bertaraf kesukaan bukan sebagai profesi 
utama, tapi sekali pun sebagai hobby, ia mengawali hobby amatirnya di jalan 
lapang penuh tantangan dan janji. 

Negeri dan daerah mana pun, aku percaya, penuh dengan orang-orang potensial, 
hanya saja sering potensi ini terjegal  oleh pilihan dan gertakan hidup sebagai 
sastrawan profesional yang  tidak sederhana. Pahit bahkan! Karena itu Lu Sin, 
pengarang Tiongkok tahun 30-an berpesan kepada anak tunggalnya agar jangan jadi 
sastrawan jika tidak mau gila, apalagi di dalam masyarakat di mana manusia 
dengan lahap  makan manusia. Di dalam masyarakat begini, sastrawan-seniman 
sangat diperlukan, tapi berapa banyak yang sanggup dan bisa bertahan di hadapan 
kegarangan tak bertaranya?! Menjadi sastrawan-seniman adalah suatu pilihan 
hidup dan pilihan tentu saja berbeda dengan amatirisme yang sering tidak 
mengindahkan prinsip. Adakah sastrawan-seniman tanpa prinsip?***


Paris,Nopember 2005.
----------------
JJ. Kusni

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan sastra seorang awam [11]: membaca puisi-puisi kathirina susanna penyair kota kinibalu, sabah