[nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [37]: ke katingan!

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 3 Nov 2005 19:54:57 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Dari Meja Nusa Dua Dan Café 
Bandar [37]


KE KATINGAN!   
KATINGAN : PANGGILAN PULANG DARI SEORANG  IBU KEPADA ANAKNYA.  

19


"Bagaimana?", tanya Teras Narang. Sadar bahwa yang kuhadapi sekarang adalah 
orang pertama propinsi, tapi menjaga keenggananku menggunakan istilah "bapak", 
maka aku mencoba menggunakan istilah kompromi yaitu "gubernur" yang 
kadang-kadang kusingkat dengan "Gub".

Menjawab pertanyaan gubernur dan aku melihat bahwa ia menungguku mengajukan 
persoalan dan agar mengembangkan diskusi, tanda bahwa ia sudah lelah,  maka 
kukatakan:

"Baik! Tapi sebelumnya aku mau jelas juga dalam bahasa apa kita diskusi? Apakah 
menggunakan bahasa Dayak atau bahasa Indonesia? Hanya kuanggap akan lebih layak 
jika kita menggunakan bahasa Indonesia, karena kukira ini adalah pertemuan 
resmi". Teras-Narang menyetujuiku. Maka kulanjutkan:

"Seperti yang telah kita diskusikan melalui sms, terus-terang pertanyaan 
utamaku: Apakah gubernur bisa membantuku pulang ke kampunghalaman? Soal 
berikutnya: Apakah gubernur mau menggunakan tenagaku untuk pemberdayaan dan 
pembangunan Kalteng -- yang adalah propinsi lahirku terhadap mana aku merasa 
mempunyai "hutang moral".

"Ya permasalahannya jelas.Tapi saya ingin tahu, apa keistimewaan dan kehebatan 
Anda maka mengharapkan tenaga Anda digunakan?".Gubernur bertanya. Mendengar 
kata "keistimewaan" dan "kehebatan", aku sedikit bingung karena tidak mengerti 
akan isi pertanyaan.Sebelum pertanyaan itu kukejar, Teras Narang memberikan 
penjelasan:

"Yang kumaksudkan dengan keistimewaan dan kehebatan", misalnya saya. 
Keistimewaan dan kehebatan saya adalah mempunyai S1 ilmu hukum".

"Aku mengerti sekarang" jawabku."Tapi bagiku S1 ilmu hukum dan lain-lain 
bukanlah keistimewaan atau kehebatan.Tapi adalah petunjuk jenjang pendidikan 
yang sudah dicapai atau dilalui oleh seseorang. Ia sama sekali bukan jaminan 
keistimewaan atau pun kehebatan.Jenjang pendidikan mungkin bisa membantu orang 
untuk bisa istimewa dan hebat tapi, "mungkin" bukanlah jaminan."Mungkin" adalah 
 tempat bersarang bagi macam-macam kata sifat [ajektif] dan keadaan 
[situasi].Yang ideal, kukira, jika "mungkin" ini tempat bertumpu kata kerja 
[verb].  

Kembali pada apa yang Gubernur sebut sebagai "keistimewaan" dan "kehebatan", 
yang aku punya hanyalah beberapa S1 dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai 
universitas di dunia, S2 antropologi-sosiologi dan S3 sejarah.Tapi keinginanku 
agar Kalteng mau dan bisa menggunakan tenagaku terutama berangkat dari hasrat 
membayar hutang moral pada kampunghalaman bukan karena merasa diri istimwa dan 
hebat.

Sampai sekarang, aku masih melihat bahwa pemberdayaan dan pembangunan daerah, 
pertama-tama bersandar pada putera-puteri daerah.Apa yang kita capai sampai 
sekarang, lebih merupakan hasil jerih-payah dan perjuangan mandi darah dan 
airmata putera-puteri daerah ini sendiri, bukan karena putera-puteri dari luar 
daerah.Karena itu sangat ideal jika putera-puteri daerah yang ada di rantau 
setelah usai pendidikan, mereka segera pulang dan tidak keenakan di rantau 
orang.Dari segi ini pula, aku akan sangat berterimakasih jika Gubernur mau 
membantuku membayar hutang moralku dengan menghadirkan diriku secara fisik di 
Kalimantan Tengah ini.Kalimantan Tengah dalam penglihatanku adalah gugusan 
gunung pekerjaan yang menunggu uluran tangan.Dan dalam soal ini aku melihat 
bahwa masalah sumber daya manusia [sdm] merupakan kunci.SDM tentu bukan 
sebarang sdm tapi sdm yang berwawasan manusiawi dan berketerampilan tinggi, dan 
yang kusebut sebagai "Dayak bermutu".Rincian program tentu tidak bisa kuajukan 
dalam waktu beberapa menit seperti sekarang, tapi segalanya ada dibenakku dan 
pernah kucoba lakukan saat di Kalteng dua tiga tahun lalu.Aku kekurangan waktu 
untuk mewujudkan mimpiku. Karena itu aku minta dan menagih, bukan berharap,  
kepada Gubernur bisa memberiku waktu melanjutkan pekerjaan yang 
terpotong.Menjadi Indonesia dan Dayak adalah hak alamiku tapi dirampas dan 
direnggut dari tanganku tidak dari hatiku, oleh Orba.Aku minta hak alamiku 
dikembalikan tanpa syarat, jika kita sama-sama benar Dayak dan Indonesia.

Agar sama-sama jelas,maka perlu Gubernur ketahui bahwa saat hak alamiku 
direnggut, aku terpaksa mengambil kertas formalitas Perancis".  

Gubernur memandangku, berucap:

"Tidakkah dengan langkah itu, Anda telah mengkhianati Indonesia?"  

"Aku  kira kata "berkhianat" atau tidak, termasuk jenis kata sensitif yang 
punya latarbelakang sejarah dan politik tertentu, samahalnya dengan kata 
"reformasi", "rekonsiliasi nasional" dan bahkan "Kalteng" serta "Indonesia" itu 
sendiri.Terhadap kata-kata peka yang membuka ruang diskusi, barangkali 
diperlukan kecermatan. Lebih-lebih jika kita seorang pemegang kekuasaan penentu 
kebijakan. Apalagi bagi seorang pemegang gelar S1 ilmu hukum yang terkenal akan 
ketelitiannya dalam berbahasa serta menggunakan istilah. 

"Wah, saya suka dengan diskusi terus-terang begini.Lebih suka lagi karena 
menyentuh soal-soal mendasar", Gubernur menjawabku.

"Bukan kebiasaanku menyembunyikan pandangan dan sikap. Politik dan sikap 
politik, kukira selayaknya dan secara hakiki bukan wilayah bagi dusta dan 
lupa.Tidak bisakah Kalteng berbuat seperti ini?", ujarku.

"Ya, saya tahu dan  saya ingat memang masalah pencabutan hak dasar di negeri 
ini" lanjut gubernur, suatu cara diplomatis mengkoreksi "slip-tongue" sekali 
pun "slip-tongue", "lelucon" dan "senda gurau" pun bisa mempunyai fungsi 
diplomatik dan politik juga.

"Lupa sekarang masih dominan di negeri ini", tanggapku.

"Saya akan bangga jika Anda bisa jadi staf ahli yang membantu pelaksaan tugas 
saya sebagai gubernur pertama tepilih langsung. Hanya saja saya tidak bisa 
memberi imbalan yang luks untuk pekerjaan Anda nanti", tambah Gubernur.

"Hasrat kembali ke kampung, bagiku bukanlah untuk mencari kemewahan dan 
ketenangan.Jika ini yang kucari aku tidak memikirkan pulang dan lebih baik aku 
tetap di luar negeri.Tentu saja aku perlu makan, rumah dan keperluan seadanya 
untuk layak hidup dan bekerja tapi bukan memburu kemewahan --suatu gaya hidup 
hampa haridepan manusiawi dan nilai. Hutang moral bagiku tidak lain dari 
serangkaian makna dasar. Hutang moral inilah yang membuatku bosan sudah di luar 
negeri. Mengenai gubernur pertama yang terpilih langsung masih kurang 
membanggakan dibandingkan dengan prestasi manusiawi yang dicapai.Menjadi  
gubernur pertama terpilih langsung bisa merosot jadi egoisme yang amis, 
sedangkan prestasi manusiawi adalah suatu kadar anak manusia yang tak 
terlunturkan waktu".

"Baik,kalau begitu, saya berikan teks "visi,misi dan program" saya sebagai 
gubernur. Anda rincikan dengan usul-usul dan dari situ saya tahu di mana Anda 
akan saya tempatkan selama masa tugas saya". Dengan kalimat ini nampak bahwa 
Gubernur telah menyimpulkan diskusi kami. Kemudian, ia segera meminta Franz 
Untung memfotokopie teks yang dimaksudkannya dan memberikannya kepadaku. 
Bersamaan dengan itu Gubernur memberiku kartunamanya dan alamat surat listrik 
[e-mail] pribadinya. Sebelum ini, di buku alamatku masih tersimpan kartu 
alamatnya sebelum menjadi gubernur.

"Lupakan alamat lama itu",ujar Teras.

Sebelum minta diri, Lethus Kitie Uda menggunakan detik-detik terakhir untuk 
menyampaikan kepada Gubernur, progam dan usulan-usulan untuk Kalteng 
menyongsong Pertemuan Penulis se Borneo-Kalimantan di Brunei sesudah Pertemuan 
Sandakan tahun ini. Kalteng sangat ingin diberi kesempatan untuk menjadi 
pertemuan ini sesudah Brunei!

Dibatasi oleh waktu yang ditetapkan oleh visa berada di tanahair dan 
kampunghalaman sendiri, soal Brunei dan soal-soal lain betapa pun pentingnya,  
tidak sempat lagi kubicarakan dengan Teras.Aku sudah memberikan waktu khusus 
yang cukup istimewa untuk Kaltim dan Kalteng hanya dapat remah-remah waktu 
tersisa.Kusesalkan Kaltim tidak mengetahui bahwa aku sudah mengistimewakan 
dirinya, kecuali Nusa Dua dan Café Bandar yang selalu mengundang rindu dan 
janji lagu "Teluk Bayur" yang dinyanyikan oleh si romantis Jamal.Aku harap, 
Lethus, Esau, Valerie dan grupnya bisa menindaklanjut soal Brunei dan soal-soal 
lain yang sudah dibicarakan dengan semangat strategis ofensif dan bukan dfensif 
reaktif.Sekali kata diucapkan, maka kata menjadi janji yang menagih tunai.Ini 
jika kata ingin diberi nilai.Kalau tidak, maka kita akan menjadi "seberat 
sehelai bulu belibis jatuh dari sayap, mengapung di angkasa dan bukan seberat 
Gunung Taishan", jika menggunakan ungkapan seorang penyair Tiongkok lama.  

Kantor gubernur kutinggalkan tanpa terlalu berharap. Karena di Indonesia aku 
biasa didustai.Indonesia adalah negeri ketidakpastian dan di mana dusta 
berdominasi. 

Pimpinan utama Universitas Negeri Palangka Raya dan Sekolah Tinggi Teologi 
Gereja Kalimantan Evangelis Banjarmasin pernah menjanjikan ini itu kepadaku, 
tapi sampai mereka turun jabatan sebagai rektor atau wakil rektor, kata-kata 
tidak lain suatu dusta.Pendeta pun bisa berdusta dan merasa jutaan tangkupan 
tangan bisa mengampuni dusta dan ketakutan itu. 

Apakah benar  di negeri ini dusta menjadi suatu kebanggaan dan janji adalah 
kata baru bagi dusta? Yang jelas aku tetap menganggap bahwa jalan dusta hanya 
makin memerosotkan manusia dan bukan jalan harapan serta mimpi manusiawi.

Aku tetap meyakini bahwa dalam iklim dusta yang apak, suatu generasi anak 
manusia yang manusawi masih mungkin lahir dan tumbuh mendewasa walau pun ia 
terwujud pada angkatan cucu dan cicitku.Saat itu omongkosong dan sport otak 
para pembual yang lepas dari bumi tidak lagi dominan dan menjadi seekor tikus 
terbakar kalap mencari selokan. Aku sudah tidak ada tentu, kecuali cinta dan 
rinduku yang berbaur dengan angin laut,angin teluk, atau  angin hutan yang 
tidak pernah mengucapkan selamat jalan kepada kau dan kalian yang kusayang. 

Meldiwa anakku! Aku ingin kau tumbuh mendewasa tidak jadi pendusta. Boleh jadi 
tubuhmu sudah seperti menjadi anjing, tetapi cobalah selalu agar jiwamu, agar 
jiwamu mencoba selalu menulis sajak sebagai seorang manusia.Sanggupkah?! 

Singkat hidup kita sebatas hulu dan muara,  tapi jadikanlah ia sebagai 
"senjakala menyala" seperti yang ditulis oleh Rendra:

"O, senjakala yang menyala!
Singkat tapi menggetarkan hati!
Lalu sebentar lagi orang akan mencari bulan dan bintang-bintang!"

Buatlah hidup yang singkat tapi seperti senjakala yang menyala yang 
menggetarkan hati! Jangan biarkan "nurani dibius tipu daya" dan 
"gambaran-gambaran fana"! Inilah Meldiwa, pesanku sebagai ayah, ayahmu yang 
pengembara tanpa ujung, pinisi tanpa dermaga!Sunyi memang jalan pemimpi, sunyi 
seluas galaksi... ia tetap kupilih seperti aku menyetiai cintaku.


Paris,Nopember 2005
------------------
JJ. Kusni


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [37]: ke katingan!