[nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [36]: ke katingan!

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 3 Nov 2005 08:11:41 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Dari Meja Nusa Dua Dan Café 
Bandar [36]


KE KATINGAN!   
KATINGAN : PANGGILAN PULANG DARI SEORANG  IBU KEPADA ANAKNYA.  

18


Frans Untung, yang ajudan, dengan ramah mempersilahkan aku, Lethus dan Esau 
duduk.

- "Kami bukan yang diundang, lho", ujar Esau. "Kami berdua hanya mengawal", 
tambah Esau kepada Frans yang tidak menjawab apa-apa. Dari ucapan ini kuketahui 
bahwa Esau pun akhirnya merasa "kagok" atau "rikuh" sendiri dengan kehadirannya 
dalam pertemuan itu. 

Mendengar dan mengamati semua ini, aku hanya diam, berpikir dan menilai 
sedangkan dalam hati, aku berkata pada diri, sekali sesuatu sudah kulakukan 
akan kulakukan sampai akhir. Aku tak mau melakukan sesuatu dengan kepalang 
tanggung.Sikap ini jadi dalam tertancap dalam pada diriku sejak aku masih 
berada di SMP Kristen Sampit. 

Waktu itu aku sedang menyapu ruang kelas, tapi pekerjaan kutangguhkan karena 
tiba-tiba aku dipanggil oleh seorang guru.Tapi Hans Dürig, misionaris Swiss 
yang menjabat kepala sekolah kebetulan datang dan menanyakan:

"Siapa yang melakukan pekerjaan ini?"

Hans nampak marah. Begitu selesai dengan guru yang memanggilku, Hans kudatangi 
dan mengatakan:

"Akulah yang mengerjakannya".

Tanpa mau tahu latarbelakangnya, Hans menegurku dengan nada keras:

"Kalau mengerjakan sesutu, harus dikerjakan sampai selesai. Jangan 
setengah-setengah", tegurnya. 

Mendengar teguran keras itu aku hanya diam dan menatap tajam mata Hans dengan 
mata kanakku, merasa ada ketidakadilan dalam teguran Hans.Aku merasa 
diperlakukan tidak adil oleh Hans.Ketidakadilan dan teguran Hans ini membekas 
di hatiku sampai sekarang ketika rambutku sudah berwarna dua.

Ketika aku berada di Freiburg, Jerman, kudengar Hans masih hidup dan tinggal di 
Basel. Timbul rasa rindu padanya yang merangsang hasrat untuk menemuinya. Tapi 
waktu memaksaku membatalkan keinginan ini. Jika bertemu dengan guruku yang 
orang Swiss ini, akan kuucapkan lagi rasa terimakasih kepadanya. Terimakasih 
atas tegurannya dulu, sambil bercanda.

Ah, masa silam! Akhirnya "masa silam betapa pun getirnya akan menjelma menjadi 
buah manis", kata orang Katingan.  

Ingatan akan Hans menyusup kebenakku setelah mendengar ucapan Esau di atas. 
Sedangkan aku merasa, akulah yang bertanggungjawab atas kehadiran mereka 
bersamaku karena aku tidak pernah menyatakan penolakan.Artinya apa pun yang 
terjadi, akulah yang harus memikul tanggungjawab dan resikonya. Sekali 
keputusan diambil patut kulaksanakan sampai tuntas.Karena sikap begini maka 
pernah seorang teman sangat akrabku mengatakan bahwa aku adalah orang yang 
"berkepala batu".

"Tapi kepala batu yang berprinsip dan mencoba adil,bukan",candaku padanya. Ya 
"kepala batu" dan "kepala batu" pun  ada macam-macam.

"Ah, kau mana pula ada orang bisa melawanmu debat", balas teman terdekatku itu 
kesal pada dirinya dan memahamiku.Tertawa.Melihat mulutku mau mengucapkan 
sesuatu, teman terekatku itu cepat berucap:

"Diam, diam, diam! Jangan katakan apa pun lagi.Kau, semangat tarungmu tak 
pernah surut", ujarnya."Suka berkelahi", tambahnya lagi seperti bergumam. 

Aku ketawa melihat tingkahnya. Temanku ini belum tahu bahwa betapa waktu kanak 
dahulu di kampung, jika aku pulang ke rumah menangis karena kalah bertinju 
dengan orang yang lebih besar, ayah malah memukulku. 

"Pulang ke rumah ini tidak ada orang yang boleh menangis kalau kalah. Ayo sana 
keluar, kejar dan cari lawanmu. ajak ia berkelahi lagi", bentak ayah dan aku 
pun terpaksa keluar sambil mengumpulkan segala tekad dan akal, menggerutu 
melepaskan rasa kesal:

"Ayah ini bodoh!Bodoh!". 

Tapi langkah membawaku mencari lawan berkelahiku tadi untuk memulai perkelahian 
baru.Perkelahian habis-habisan.Tanpa bantuan siapa pun karena ditanamkan padaku 
agar tidak boleh main keroyok. 

"Lelaki tidak boleh main keroyok", ujar ayah.Kalau kemudian, aku pulang dengan 
luka-luka atau patah-patah, ayah tidak memarahiku dan dengan lembut membantuku 
membersihkan luka-luka itu tanpa menanyai siapa kalah siapa menang atau 
bagaimana jalannya perkelahian seakan semuanya itu urusanku. Ayah merasa puas 
bahwa aku pulang tanpa menangis dan sudah melawan.

Tapi dalam kehidupan di negeri ini, kemudian kusaksikan betapa orang merasa 
gagah jika main keroyok dan berintrik, pandai saling tipu-menipu dan bangga 
pada khianat, sikap yang kukategorikan sebagai sikap pengecut.Tapi coba 
bayangkan! Bagaimana bisa mengeroyok ombak,arus dan topan sungai yang sering 
kutantang? Tapi kalau kuperhatikan situkang keroyok memang bukanlah anak asuhan 
alam yang garang. Sedangkan kegarangan jika sudah kita hadapi, ia tidak akan 
terasa garang lagi.Boleh jadi aku menangis karena kalah dan tidak bisa selalu 
menang. Tapi tangis ini tidak kubawa pulang. Kusimpan sendiri.Padaku, ada 
semacam rasa pantang membagi tangis ke orang lain. Orang lain hanya patut 
mendapatkan kesenangan.Terasa seakan aku bukan "orang" jika memberi duka pada 
orang lain. Padahal ayah menuntutku agar menjadi "orang".Dan yang disebut 
"orang" itu bagi ayah adalah yang "mamut-meteng mameh-ureh pitar harati", 
ungkapan Dayak Katingan yang berarti:"gagah-berani, urakan dan rajin, pintar 
beradat".

Dengan latarbelakang budaya begini maka aku merasa sangat sedih dan menyesal 
jika terpaksa menangis dan kalah.Tapi mana pula kita bisa selalu menang?.

"Bisa!" ujar seorang kawan Balikpapan-ku."Kalah dan mengalah bisa membawa kita 
ke kemenangan. Mengalah untuk menang", ujarnya.

***


Teras Narang akhirnya keluar dari sebuah ruang dengan mulut masih mengunyah 
sesuatu.Ia nampaknya mencuri waktu untuk makan siang dengan tergesa.Aku paham 
betapa sibuknya kegiatan sebagai orang pertama daerah dan jadi berempati serta 
sangat menghargainya sudah memintaku datang. 

Karena sebelumnya kami memang pernah bertemu, Teras dengan hangat menyambutku, 
menyambut Lethus dan Esau yang kembali berkata bahwa kehadiran mereka berdua 
untuk mengawal "Pak" Kusni.Teras Narang mendengarnya tanpa komentar sepatah pun 
kecuali sekilas memandang Esau. Sedangkan aku sendiri sangat tidak suka dengan 
istilah "mengawal" dan "Pak",  yang ia gunakan.Mengapa aku harus dikawal-kawal 
dan disebut "Pak" padahal aku punya nama sendiri yang jelas?! 

Pada dua istilah ini, lagi-lagi kudapatkan masalah pola pikir dan mentalitas -- 
masalah yang memang jadi obyek pengamatanku antara lain melalui apa yang 
kudapatkan di dunia maya.  Masalah pola pikir dan mentalitas kupandang penting 
guna memahami suatu bangsa atau seseorang.Pola pikir dan mentalitas serta 
bahasa yang digunakan oleh seseorang kukira mempunyai tautan erat.***


Paris,Nopember 2005
------------------
JJ. Kusni


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [36]: ke katingan!