[nasional_list] [ppiindia] Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Tiga Anak Coba Bunuh Diri

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 23 Jan 2006 23:57:03 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/23/Utama/ut05.htm


SUARA PEMBARUAN DAILY 
Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Tiga Anak Coba Bunuh Diri

Hidup sudah tak berarti lagi. Racun serangga itu pasti mematikan, pikir Rubiyem 
(32). Ibu berusia 32 tahun itu berniat bunuh diri bersama 3 anaknya. Namun 
takdir manusia, Tuhan jua yang menentukan. 

Rencana tinggal rencana. Tuhan berkehendak lain. Nyawa Rubiyem dan tiga anaknya 
berhasil diselamatkan tetangga dan para medis. Kini status Rubiyem, warga 
Kampung Kanutan, Pugeran, Pathok, Gunungkidul, Yogyakarta menjadi tersangka 
percobaan pembunuhan. 

Rubiyem boleh jadi potret manusia frustasi. Dia menganggap hidupnya sudah tak 
berharga lagi. Bunuh diri lalu dijadikan solusi. Di kesenyapan hutan, Rubiyem 
melaksanakan niat keji itu. Tiga anaknya diajak pula menenggak racun serangga. 

Antara kondisi depresi berat bercampur frustrasi, perempuan yang mulai pulih 
itu tampak emosional. Perangainya telah berubah total. Rubiyem yang dulu 
pendiam, kini bak singa betina. Semua orang dimakinya dengan teriakan keras. 
Perempuan itu seakan meluapkan emosi kepada semua orang. 

Tak jelas motif Rubiyem melakukan bunuh diri. Sepintas terdengar dugaan sang 
suami Eko Mujiono (50), berselingkuh. Namun, sebagai seorang sopir bus 
antardesa, praduga itu langsung ditepis langsung Mujiono. "Dari mana saya dapat 
uang untuk berbuat itu? Untuk makan saja susah," katanya, ketika ditemui di 
rumahnya. 

Menurut penuturan Mujiono, sebelum kejadian, Jumat (14/1) lalu, Rubiyem sempat 
meminta uang belanja. Namun saat itu, dia hanya mengantongi uang Rp 10.000. 
Meskipun kondisi itu nyaris terjadi setiap hari, Mujiono tetap saja kebingungan 
memenuhi permintaan sang istri. 

Dugaan lain boleh jadi akibat tekanan ekonomi. Pasangan Mujiono dan Rubiyem 
tinggal di rumah berdinding gedek ukuran 6x 8 meter. Di rumah itu, tak satu pun 
perabot yang layak. Sepotong kasur bekas pemberian tetangga harus dibagi 
bersama tiga anak mereka, Vitasari Astuti (11), Dwiki Agung wahyu (5), dan 
Saisa Melawati (2,5). 

Sehari-hari, Rubiyem hanya dapat menanak nasi dengan tungku tanah liatnya. Ya, 
hanya nasi. Itu pun dari pemberian tetangga. Lauk? Mereka hanya bisa 
merasakannya jika ada tetangga yang bermurah hati. 

Suharno (38) yang masih famili Rubiyem, menduga percobaan bunuh diri itu 
dilakukan karena Rubiyem tidak kuasa menanggung beban kemiskinan. Pendapatan 
Mujiono dari mengemudi bus Yogyakarta-Dlinggo tak pernah pasti. Bahkan tak 
jarang, Mujiono pulang tanpa uang satu sen pun. 


"Selama empat hari saya nombok. Kalau lagi untung sehari paling bisa membawa 
pulang uang Rp 10.000 sampai Rp 15.000," kata Mujiono. 


Status Tersangka 

Tumirah yang menjadi tetangganya juga bersaksi demikian. Keluarga Rubiyem dan 
Mujiono memang hidup serba kekurangan. Mujiono yang bekerja sebagai sopir 
jarang pulang. Sementara Rubiyem sama sekali tidak memiliki pekerjaan 
sampingan. 

Sementara itu, Kapolres Gunungkidul AKBP Heri Purwanto menegaskan Rubiyem sudah 
berstatus tersangka. Saat ini, polisi masih melakukan pemeriksaan saksi. 
Rubiyem masih diberi waktu hingga depresinya berkurang. Namun Rubiyem akan 
tetap dikenakan pasal percobaan pembunuhan dan Undang-Undang Perlindungan Anak 
(PA). 

Menurut pakar hukum anak Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Prof Dr Endang 
Sumiarni, kasus Rubiyem tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kasus itu sudah 
merupakan pelanggaran UU PA, khususnya pada pasal 13 yang mengacu pada tindak 
penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan anak. 

"Memang, tersangka tidak menyadari ini karena sedang mengalami depresi berat. 
Oleh karena itu, ketiga anaknya harus mendapat perlindungan khusus dan harus 
dipisahkan sementara dari sang ibu. UU PA itu berbunyi demikian," katanya. 


Sanksi Pidana 

Endang mengatakan UU PA menetapkan sanksi pidana yakni maksimal lima tahun atau 
denda lima juta. Tetapi dalam kasus Rubiyem, hakim tentunya juga harus 
mengedepankan faktor kondisi keluarga. Dengan kategori depresi karena miskin 
itu, pemerintah dan masyarakat, harus mengambil peran. 

Di sisi lain, psikolog Universitas Gajah Mada Yayi Suryo Prabandari MSi menduga 
Rubiyem mengidap gangguan jiwa ringan neurosis, yang bisa jadi diderita seumur 
hidup. 

Gejalanya bisa merendah atau meninggi. Penderita neurosis sulit untuk pulih. 
Bila didiamkan, penyakit ini bisa mengakibatkan depresi berat, dan bunuh diri 
itu adalah akibat dari gejala gangguan jiwa itu. 


Banyak Kasus 

Menurut Yayi, neurosis cukup banyak terjadi di masyarakat. Prevalensinya akan 
meningkat jika terjadi krisis di masyarakat misalnya sulitnya perekonomian, 
kelaparan, dan bencana alam. Gunungkidul, termasuk daerah yang rentan. 

Dari data yang diperoleh, angka bunuh diri tiap tahun mengalami fluktuasi. Pada 
tahun 1999, kasus bunuh diri mencapai 39 orang. Lalu tahun 2000 turun menjadi 
26 orang, dan turun lagi tahun berikutnya menjadi 25 orang. 

Tetapi tahun 2002, kasus kembali meningkat menjadi 29 orang. Tahun 2003, kasus 
tercatat menjadi 26 orang dan tahun 2004 angka bunuh diri naik lagi hingga 31 
orang. Sementara hingga awal 2005, ada dua kasus bunuh diri yang tercatat. 

Yayi menambahkan, fenomena serupa juga terjadi di berbagai tempat. Untuk 
menghentikan kasus seperti bunuh diri dengan motif seperti Rubiyem, solusinya 
hanya dengan perbaikan ekonomi rakyat. 

Kini Rubiyem telah didampingi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik Yogyakarta. 
Konsulat LBH Apik Yustina mengatakan depresi berat tidak hanya dialami Rubiyem. 
Tiga anaknya juga mengalami trauma. 

"Kalau tidak dilakukan pemulihan psikologis, maka efeknya akan berlanjut ke 
masa depan anak," ucapnya. 


Pembaruan/Fuska Sani Evani 


Last modified: 23/1/06 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Tiga Anak Coba Bunuh Diri