** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/23/Utama/ut05.htm SUARA PEMBARUAN DAILY Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Tiga Anak Coba Bunuh Diri Hidup sudah tak berarti lagi. Racun serangga itu pasti mematikan, pikir Rubiyem (32). Ibu berusia 32 tahun itu berniat bunuh diri bersama 3 anaknya. Namun takdir manusia, Tuhan jua yang menentukan. Rencana tinggal rencana. Tuhan berkehendak lain. Nyawa Rubiyem dan tiga anaknya berhasil diselamatkan tetangga dan para medis. Kini status Rubiyem, warga Kampung Kanutan, Pugeran, Pathok, Gunungkidul, Yogyakarta menjadi tersangka percobaan pembunuhan. Rubiyem boleh jadi potret manusia frustasi. Dia menganggap hidupnya sudah tak berharga lagi. Bunuh diri lalu dijadikan solusi. Di kesenyapan hutan, Rubiyem melaksanakan niat keji itu. Tiga anaknya diajak pula menenggak racun serangga. Antara kondisi depresi berat bercampur frustrasi, perempuan yang mulai pulih itu tampak emosional. Perangainya telah berubah total. Rubiyem yang dulu pendiam, kini bak singa betina. Semua orang dimakinya dengan teriakan keras. Perempuan itu seakan meluapkan emosi kepada semua orang. Tak jelas motif Rubiyem melakukan bunuh diri. Sepintas terdengar dugaan sang suami Eko Mujiono (50), berselingkuh. Namun, sebagai seorang sopir bus antardesa, praduga itu langsung ditepis langsung Mujiono. "Dari mana saya dapat uang untuk berbuat itu? Untuk makan saja susah," katanya, ketika ditemui di rumahnya. Menurut penuturan Mujiono, sebelum kejadian, Jumat (14/1) lalu, Rubiyem sempat meminta uang belanja. Namun saat itu, dia hanya mengantongi uang Rp 10.000. Meskipun kondisi itu nyaris terjadi setiap hari, Mujiono tetap saja kebingungan memenuhi permintaan sang istri. Dugaan lain boleh jadi akibat tekanan ekonomi. Pasangan Mujiono dan Rubiyem tinggal di rumah berdinding gedek ukuran 6x 8 meter. Di rumah itu, tak satu pun perabot yang layak. Sepotong kasur bekas pemberian tetangga harus dibagi bersama tiga anak mereka, Vitasari Astuti (11), Dwiki Agung wahyu (5), dan Saisa Melawati (2,5). Sehari-hari, Rubiyem hanya dapat menanak nasi dengan tungku tanah liatnya. Ya, hanya nasi. Itu pun dari pemberian tetangga. Lauk? Mereka hanya bisa merasakannya jika ada tetangga yang bermurah hati. Suharno (38) yang masih famili Rubiyem, menduga percobaan bunuh diri itu dilakukan karena Rubiyem tidak kuasa menanggung beban kemiskinan. Pendapatan Mujiono dari mengemudi bus Yogyakarta-Dlinggo tak pernah pasti. Bahkan tak jarang, Mujiono pulang tanpa uang satu sen pun. "Selama empat hari saya nombok. Kalau lagi untung sehari paling bisa membawa pulang uang Rp 10.000 sampai Rp 15.000," kata Mujiono. Status Tersangka Tumirah yang menjadi tetangganya juga bersaksi demikian. Keluarga Rubiyem dan Mujiono memang hidup serba kekurangan. Mujiono yang bekerja sebagai sopir jarang pulang. Sementara Rubiyem sama sekali tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sementara itu, Kapolres Gunungkidul AKBP Heri Purwanto menegaskan Rubiyem sudah berstatus tersangka. Saat ini, polisi masih melakukan pemeriksaan saksi. Rubiyem masih diberi waktu hingga depresinya berkurang. Namun Rubiyem akan tetap dikenakan pasal percobaan pembunuhan dan Undang-Undang Perlindungan Anak (PA). Menurut pakar hukum anak Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Prof Dr Endang Sumiarni, kasus Rubiyem tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kasus itu sudah merupakan pelanggaran UU PA, khususnya pada pasal 13 yang mengacu pada tindak penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan anak. "Memang, tersangka tidak menyadari ini karena sedang mengalami depresi berat. Oleh karena itu, ketiga anaknya harus mendapat perlindungan khusus dan harus dipisahkan sementara dari sang ibu. UU PA itu berbunyi demikian," katanya. Sanksi Pidana Endang mengatakan UU PA menetapkan sanksi pidana yakni maksimal lima tahun atau denda lima juta. Tetapi dalam kasus Rubiyem, hakim tentunya juga harus mengedepankan faktor kondisi keluarga. Dengan kategori depresi karena miskin itu, pemerintah dan masyarakat, harus mengambil peran. Di sisi lain, psikolog Universitas Gajah Mada Yayi Suryo Prabandari MSi menduga Rubiyem mengidap gangguan jiwa ringan neurosis, yang bisa jadi diderita seumur hidup. Gejalanya bisa merendah atau meninggi. Penderita neurosis sulit untuk pulih. Bila didiamkan, penyakit ini bisa mengakibatkan depresi berat, dan bunuh diri itu adalah akibat dari gejala gangguan jiwa itu. Banyak Kasus Menurut Yayi, neurosis cukup banyak terjadi di masyarakat. Prevalensinya akan meningkat jika terjadi krisis di masyarakat misalnya sulitnya perekonomian, kelaparan, dan bencana alam. Gunungkidul, termasuk daerah yang rentan. Dari data yang diperoleh, angka bunuh diri tiap tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999, kasus bunuh diri mencapai 39 orang. Lalu tahun 2000 turun menjadi 26 orang, dan turun lagi tahun berikutnya menjadi 25 orang. Tetapi tahun 2002, kasus kembali meningkat menjadi 29 orang. Tahun 2003, kasus tercatat menjadi 26 orang dan tahun 2004 angka bunuh diri naik lagi hingga 31 orang. Sementara hingga awal 2005, ada dua kasus bunuh diri yang tercatat. Yayi menambahkan, fenomena serupa juga terjadi di berbagai tempat. Untuk menghentikan kasus seperti bunuh diri dengan motif seperti Rubiyem, solusinya hanya dengan perbaikan ekonomi rakyat. Kini Rubiyem telah didampingi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik Yogyakarta. Konsulat LBH Apik Yustina mengatakan depresi berat tidak hanya dialami Rubiyem. Tiga anaknya juga mengalami trauma. "Kalau tidak dilakukan pemulihan psikologis, maka efeknya akan berlanjut ke masa depan anak," ucapnya. Pembaruan/Fuska Sani Evani Last modified: 23/1/06 [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **