[nasional_list] Re: [ppiindia] Re: Kompas : BHP Identik Kapitalisme Kampus?

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 9 Oct 2006 02:14:04 -0700 (PDT)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Jangan samakan yang menolak dgn yang 
mendukung.
Zaman Belanda dulu juga yg namanya antek Belanda sudah
ada.
Sekarang jadi antek AS/WTO/Kapitalis.

Kalau saya insya Allah akan menolak pendidikan
dibisniskan sehingga orang miskin sulit mendapat
pendidikan.

--- aris solikhah <fm_solihah@xxxxxxxxx> wrote:

> Tepat sekali mas. Dalam pertemuan forum antar
> Rektor, 2 tahun silam sebenarnya para rektor
> berusaha mengkritisi tentang privatisasi public
> sevice kesepakatan WTO yang di dalamnya salah
> satunya adalah bidang pendidikan.
> 
>  Selanjutnya bisa jadi rumah sakit dll. Para Rektor
> berusaha menolaknya, sayangnya gaya indah dan
> polesan BHMN, BHP membuat kekritisan ini terlewati.
> Memang harus jeli mengamatinya. CMIIW
> 
> Seperti kita sering mendengungkan menolak
> liberalisasi perdagangan. Ucapan tak seiring tingkah
> laku. Perilaku kita malah menuju liberalisasi
> perdagangan dengan menerima privatisasi Air, Migas,
> berlomba-lomba memantenkan hasil penelitian,
> mencabut subsidi (pendidikan, pertanian, BBM) dll.
> 
> Atau seperti yang pernah ditulis mas Irwan, kita
> menolak produk-produk Amerika tapi kita
> habis-habisan menerima dan memasarkan pemikirannya
> (demokrasi, liberalisme, kapitalisme,
> materialinialisme, sekularisme, polesan HAMnya). 
> 
> Ali Syari'aiti dalam bukunya Ummah dan Imammah
> mengutip kata pengantar Jane paul Sartre dalam buku
> 'Lesdamnes De La Terra karya Francois Nellino,
> menuturkan pada kita tentang sistem dan penyiapan
> kaum terpelajar (tepatnya pseudo-eropa) yang
> dilakukan Barat terhadap orang-orang Timur. Ia
> mengatakan
> 
> " Kita pilih beberapa orang pemuda Afrika dan Asia
> untuk kita kirim beberapa bulan lamanya ke
> Amsterdam, Paris, London dan Brussel (sekarang
> tambah AS dan Ausi ya). Sesudah beberapa waktu
> mereka kita ebri baju dengan model Eropa, kita
> suapkan istilah-istilah Eropa, dan kita kuliti
> mereka dari peradaban mereka.
> 
>  Sesudah itu, kita ubah mereka menjadi bebek-bebek
> dan kerbau-kerbau, dan itulah saatnya bagi mereka
> untuk siap dikirim pulang. Dengan demikian, mereka
> akan menjadi bebek-bebek yang setia menyuarakan
> segala sesuatu yang kita ucapkan tanpa mereka
> sendiri tahu artinya. Segala sesuatu yang kita
> kerjakan akan mereka ikuti, dan mereka bangga
> mengatakan bahwa telah berkata dan berbuat seuatu
> demi dirinya sendiri. mereka itulah yang kita sebut
> dengan assimiles (orang-orang yang menyesuaikan
> diri/ pseudo Eropa)."
> 
> Bagi saya tak masalah bahkan memakai produk AS dan
> mengambil teknologinya (tentu yang halal) atau
> mengambil beasiswa ke sana terutama beasiswa yang
> sifatnya Teknologi seperti mikrobiomolekuler, teknik
> nuklir dll, dan harus ektra hati-hati menerima
> beasiswa yang berisi muatan pemikiran seperti
> teologi, filsafat, politik, hukum dll. Kalau jenis
> beasiswa kedua sebaiknya dihindari.
> 
> salam prihatin,
> aris
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx> wrote: Perusahaan yang
> full business saja seperti BCA,
> Danamon, Salim Group, dsb bisa rugi. Apalagi jika
> para
> dosen dan profesor di PT disuruh cari bisnis untuk
> menghidupi diri sendiri.
> 
> Paling gampang ya menaikan SPP.
> 
> Kalau sudah begitu tidak perlu lagi kita anggaran
> 20%
> buat pendidiksan.
> 
> Tidak perlu ada Public Service. Semuanya
> dibisniskan.
> 
> Inilah kebijakan yang dipaksakan WTO kepada
> Indonesia.
> 
> --- aris solikhah  wrote:
> 
> > Terima kasih mbak. Saya dapet gosipannya dari pak
> > rektor sendiri mbakyu. ^_^ mungkin untuk tambahan
> > justifikasi. Pa Rektor bahkan mengatakan di IPB
> > adalah seperseratus biaya pendidikan mahasiswa di
> > Jepang. Sehingga wajar kualitas pendidikan
> Indonesia
> > agak rendah.
> > 
> > Beberapa kualifikasi yang mbakyu cantumkan tentang
> > BHMN tepat sekali demikian adanya. Teori keluarnya
> > sangat indah dibandingkan kenyataannya.  IKalau PT
> > mikirin juga mencari sumber penghasilan lain
> > misalnya dengan pembuatan mall dll bukankah
> > pendidikan kita akan tersibukkan. Dosen cari
> > objekkan, dll.
> > 
> > Kenyataan lain mau tidak mau, SPP memang naik
> meski
> > dibumbui dengan kata-kata yang cantik.
> > 
> > Sejak dimanapun biaya pendidikan adalah
> > tanggungjawab negara. Kalau sekolah
> dikomersialkan,
> > lalu apa gunanya negara? saya iri dengan India
> yang
> > memurahkan pendidikan. Dunia pendidikan kita
> > mendidik kita untuk jadi buruh professional ahli
> > yang murah dibandingkan diajak berpikir untuk
> > mandiri. 
> > 
> > Kalau mbak adalah salah satu orang yang mengcreate
> > kualifikasi itu, saya jamin mbak sangat paham
> kemana
> > tujuan akhir dari UU BHP ini, bukan?
> > 
> > Saya mohon, bisakah kebijakan RUU BHP ini
> dievaluasi
> > kembali sebelum semuanya terlambat? Saya tak bisa
> > membayangkan mahalnya pendidikan kita,  siapa yang
> > bisa kuliah nantinya, orang miskin makin miskin
> dan
> > bodoh, makin terpuruknya Indonesia, serta makin
> > terbudakkan SDM kita, plis. 
> > 
> > 
> > 
> > salam,
> > aris
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > ndah maldiniwati  wrote:
> > Kemunculan BHMN tidak lepas dr escape strategy
> > pemerintah yg ingin 
> > mengurangi beban APBN.  Seharusnya PT sebagai
> sebuah
> > perusahaan 
> > bukannya memebebankan biaya oprasionalnya kapada
> > konsumennya 
> > (mahasiswa) seharusnya dengan BHMN justru menjadi
> > ajang kompetisi 
> > berebut riset dgn bekerjasama dengan institusi
> luar
> > shg menggenjot 
> > pemasukan.  Kalo PT mensolusikan peningkatan
> > pemasukan dengan 
> > gencar2nya menaikkan tarif kuliah & mendirikan
> mall
> > saya melihatnya 
> > sebagai kebodohan kaum intelektual yg berjiwa
> > kapitalis.
> > 
> > untuk penentuan ranking: wah denger gosip darimana
> > mba?? saat saya 
> > ikut tim untuk merumuskan indikator penilaian
> > kompetensi PT di 
> > Indonesia (bukan untuk meranking PT) yang akn
> > digunakan sekjend DIKTI 
> > & DPPKPM DIKTI kami mengambil acuan antara lain
> > asiaweek dan guardian 
> > uk.  kualitas PT dinilai dr proses input (kualitas
> > mahasiswa yg 
> > diterima)-proses-output(kualitas lulusan), dan
> dalam
> > proses ada banyak 
> > komponen penunjang proses (proses belajar,
> kualitas
> > dosen, performa 
> > keuangan, fasilitas kuliah, performa research). 
> BAN
> > PT juga melakukan 
> > penilaian untuk akreditasi dengan indikator2 yg
> > kurang lebih sama.
> > 
> > Silahkan browsing sendiri kriteria2 yg digunakan
> > untuk meranking PT di 
> > diknasnya canada, amerika or ausy:
> > BAN PT: http://dikti.go.id/ (masuk ke Badan
> > Akreditasi Nasional)
> > sekjend dikti:
> > http://si.dikti.go.id/kinerja_rincipt/dirpt.php
> > guardian:
> >
>
http://education.guardian.co.uk/universityguide2005/0,,
> > 1455246,00.html
> > asiaweek:
> >
>
http://www.asiaweek.com/asiaweek/features/universities2000/
> > schools/multi.overall.html
> > (lihat kriterianya dibawah list PT) 
> > 
> > Semoga bermanfaat
> > 
> > --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, aris solikhah 
> > wrote:
> > >
> > >   Dear All,
> > >  HAri ini saya membaca sekilas Humaniora Kompas,
> > mendebarkan rasanya 
> > membayangkan nasib masa depan Perguruan Tinggi
> (PT)
> > Indonesia. Akankah 
> > pendidikan tinggi makin sulit diraih oleh
> > putra-putri  kita?  
> > >  
> > >  
> > >  Dalih internasionalisasi atau dalih mutu
> > perguruan tinggi Indonesia 
> > yang tidak masuk dalam 100 besar terbaik dunia,
> kita
> > perlu 
> > memprivatisasi? ataukah saya salah menyimpulkan
> apa
> > yang dimaksud 
> > dengan privatisasi PT?  CMIIW
> > >  
> > >  Saya pernah mendengar, salah satu kriteria
> > penilaian 100 PT terbaik 
> > dunia diantaranya adalah jumlah mahasiswa luar
> > negeri yang kuliah di 
> > sebuah PT minimal 30 persen dan kriteria lain
> adalah
> > nominal SPP 
> > (biaya kuliah) yang sangat mahal. Bila ini benar
> > maka, kapan pun sulit 
> > PT Indonesia masuk dalam 100 terbaik dunia. Bukan
> > karena kualitasnya 
> > kurang bermutu, tapi kriterianya yang mungkin
> sulit
> > terjangkau. Apakah 
> > ini disengaja atau tidak?
> > >  
> > >  Adakah kaitannya BHP dengan proyek World Bank-
> > IMHERE-DIKTI?
> > >  
> > >  
> > >  Salam prihatin Masa depan Pendidikan Indonesia,
> > >  
> > >  Dari orang yang Sayang Ama almamaternya.
> > >  ____________________________________
> > >  
> > >  http://www.kompas.com/
> > >  
> > >  Baca: 
> > >              
> > >              BHP Identik Kapitalisme 
> > >    Privatisasi Pendidikan   Cenderung Abaikan
> > Keadilan Sosial
> > >    Jakarta, Kompas - Sama halnya dengan  
> layanan
> > kesehatan, sektor 
> > pendidikan pun hendaknya dianggap sebagai hak
> dasar 
> >  bagi setiap 
> > warga negara di mana pemerintah wajib memenuhinya.
> > Jika model   
> > pelayanan di sektor tersebut sudah terjerumus pada
> > privatisasi, 
> > taruhannya   adalah pada generasi penerus bangsa. 
> > >    "Privatisasi itu   memang berangkat dari
> konsep
> > liberalisme dan 
> > kapitalisme, di mana model   pelayanan sudah
> > membidik segmen tertentu 
> > demi perputaran modal," kata   Eko Prasojo, guru
> > besar administrasi 
> > publik dari Universitas Indonesia,   Kamis (5/10)
> di
> > Jakarta. 
> > >    Oleh karena itu, dia   menyarankan agar model
> > pelayanan publik 
> > untuk hak-hak dasar warga negara   lebih pantas
> > dibenahi dengan 
> > modernisasi ketimbang privatisasi. Ini  
> > dimungkinkan karena 
> > modernisasi lebih mementingkan layanan yang
> efisien
> > tanpa   
> > mengabaikan kondisi sosial ekonomi sebagian besar
> > masyarakat. Adapun   
> > privatisasi lebih berorientasi pada penghasilan
> > tanpa mempertimbangkan 
> >   kondisi sosial ekonomi masyarakat. 
> > >    Ia mengingatkan, jika   pemerintahan Susilo
> > Bambang Yudhoyono-
> > Jusuf Kalla serius menargetkan   perbaikan indeks
> > pembangunan manusia 
> > (human development index/HDI), Rancangan  
> > Undang-Undang Badan Hukum 
> > Pendidikan (RUU BHP) hendaknya jangan sampai  
> > terjerumus ke 
> > liberalisasi dan kapitalisasi. 
> > >    Sebagai alternatif untuk   model BHP, Eko
> > menawarkan konsep badan 
> > layanan umum (BLU), seperti tertera   dalam
> > Undang-Undang Nomor 1 
> > Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal  
> 67
> > UU tersebut 
> > menyebutkan bahwa BLU dibentuk untuk meningkatkan
> > pelayanan   dalam 
> > rangka memajukan kesejahteraan umum dan
> mencerdaskan
> > kehidupan bangsa. 
> > >    Secara terpisah, Direktur   Lembaga Swadaya
> > Masyarakat untuk 
> > Peningkatan Pendidikan Indonesia Ading   Sutisna
> > berpendapat, untuk 
> > menumbuhkan partisipasi masyarakat yang transparan
>  
> > dan akuntabel di 
> > tingkat satuan pendidikan, yang lebih dibutuhkan
> > adalah BHP   berpola 
> > public private partnership (PPP/kemitraan antara
> > pemerintah dan   
> > masyarakat), bukan privatisasi atau penswastaan. 
> > >    "Pola ini lebih   sesuai dengan UU Sistem
> > Pendidikan Nasional. 
> > Pemerintah harus menuangkan dan   menjabarkan apa
> > yang telah 
> > diamanatkan pasal-pasal tersebut dalam RUU   BHP,"
> > katanya. 
> > >    Agar pengelolaan satuan   pendidikan tidak
> > terjerumus praktik 
> > free fight liberalism (semena-mena),   khusus
> untuk
> > satuan pendidikan 
> > yang modal dasarnya berasal dari pemerintah,  
> Ading
> > menyarankan 
> > pemerintah menetapkan biaya pendidikan (unit cost)
>  
> > berdasarkan hasil 
> > akreditasi atau wilayah di mana satuan pendidikan
> > berada. 
> > >    Ading menegaskan,   pemerintah harus
> membangun
> > sistem pembiayaan 
> > pendidikan yang berkeadilan   sosial. Bagi yang
> > mampu harus membayar. 
> > Bagi yang tidak mampu, pemerintah   wajib
> memberinya
> > beasiswa. Jika 
> > keuangan negara memungkinkan, beasiswa bisa   saja
> > diberikan untuk 
> > seluruh peserta didik. 
> > >    "Besarnya   disesuaikan dengan unit cost yang
> > telah dipatok," 
> > tutur Ading. (NAR)
> > >    RUU BHP: Kebijakan   Positif untuk Pacu Daya
> > Saing 
> > >    
> > >    
> > >    BANDUNG,   KOMPAS- Kebijakan otonomi kampus
> > yang diatur dalam 
> > Rancangan   Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan
> > dipandang oleh 
> > kalangan perguruan tinggi   swasta sebagai sebagai
> > kebijakan positif. 
> > Selain meningkatkan efisiensi   dan kinerja
> lembaga,
> > otonomi kampus 
> > yang dikelola secara kolegial di PTS   justru bisa
> > meningkatkan daya 
> > saing PTS dengan PTN.
> > >    "Saya pikir, RUU BHP itu bagus adanya. Dalam
> > rangka otonomi 
> > kampus, sebuah   perguruan tinggi tentunya harus
> > punya pengelolaan dan 
> > manajemen yang efisien.   Melalui otonomis kampus,
> > PT dikondisikan 
> > untuk merubah manajemen pengambilan   keputusannya
> > sehingga bisa lebih 
> > cepat tetapi tetap akurat," ujar Pius   Suratman
> > Kartasamita, mantan 
> > Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Senin  
> > (2/10).
> > >    Diakui Pius, dari kacamata kebijakan
> > universitas, keberadaan 
> > yayasan selaku   pengelola perguruan tinggi swasta
> > selama ini 
> > sangatlah dilematis. Di satu   sisi, yayasan
> menjadi
> > penyokong utama 
> > pendanaan termasuk manajemen sumber   daya
> manusia.
> > Namun, di sisi 
> > lain, keberadaannya secara tidak langsung dirasa  
> > kerap membatasi 
> > ruang lingkup kebijakan kampus.
> > >     "Saya berpendapat, rektor semestinya perlu
> > diberi wewenang lebih 
> >   untuk menjalankan tugas yang diembannya. Jadi,
> > tidak sebatas 
> > akademik. Meski   demikian, wewenangnya bukanlah
> > asal besar. 
> > Melainkan, birokrasinya saja yang   dipermudah.
> > Untuk itu, hubungan 
> > kerja internal baik antara pengurus yayasan,  
> senat
> > dan pimpinan 
> > universitas haruslah dipermudah," ujarnya.
> > >    Dikonfrimasi dalam kesempatan yang sama,
> Rektor
> > Unpar yang baru 
> > Cecilia   Lauw Giok Swan mengatakan, Unpar masih
> > memiliki waktu yang 
> > cukup banyak untuk   mengantisipasi disahkannya
> RUU
> > BHP dengan 
> > melakukan perubahan struktur   organisasi. Namun,
> > perubahan struktur 
> > organisasi itu diharapkannya hanya   terjadi di
> > tubuh senat 
> > universitas dan pengurus yayasan agar tidak
> > mengganggu   kinerja 
> > akademik.
> > >    Diminat pendapatnya mengenai opsi-opsi yang
> > akan dipilih pihak 
> > yayasan   apakah akan meleburkan diri atau
> menunjuk
> > lembaga teknis 
> > baru, Ketua Umum   Pengurus Yayasan Unpar Prof
> > Kusbiantoro menjawab, 
> > "Secara prinsip, kami siap   dan tidak ada masalah
> > dengan opsi 
> > manapun. Itu sudah kami antisipasi dari   awal.
> > Namun, secara 
> > kelembagaan, karena masyarakat kampus ini sifatnya
>  
> > kolegial, putusan 
> > akhir harus dibahas bersama," ujarnya.
> > >    Dorong daya saing
> > >    Terkait persoalan ini, Ketua Asosiasi
> Perguruan
> > Tinggi Swasta 
> > wilayah Jawa   Barat Didi Turmudzi menegaskan,
> > keberadaan RUU BHP 
> > sebetulnya tidak akan   menjadi masalah bagi
> yayasan
> > maupun 
> > eksistensinya. Selama, itu dilandasi   prinsip
> > kolegialitas dan tidak 
> > didasari kepentingan individu pengelola   yayasan.
> > >    "Kalau yayasannya milik indivindu, itu bisa
> > jadi persoalan. Ada 
> > baiknya, opsi-opsi   itu dirundingkan secara
> bersama
> > dengan menurunkan 
> > ego masing-masing. Untuk   memilih opsi, ada
> baiknya
> > jika disesuaikan 
> > dengan AD/RT (statuta)   masing-masing PT. Jadi,
> > dipilih yang paling 
> > relevan dan memungkinkan," ucap   Rektor
> Universitas
> > Pasundan ini.
> > >    Keberadaan RUU BHP, tambahnya, justru bisa
> > memberi keuntungan 
> > bagi PTS.   Dicabutnya subsidi khusus pendidikan
> > bisa mendorong daya 
> > saing PTS terhadap   PT Negeri. Apalagi, PTS,
> > terutama yang besar, 
> > sudah terbiasa mandiri untuk   mencari
> sumber-sumber
> > keuangan.(jon)   
> > >             
> > >         
> > >   
> > >  Baca Juga Proyek IMHERE DIKTI:
> > >  
> > > 
> >
>
http://www.imhere-dikti.net/imhere_files/downloads/BAB-II.
> > pdf#search=%22imhere%20dikti%2
> > > 
> > > The great job makes a great man
> > >   pustaka tani 
> > >   nuraulia
> > > 
> > >    
> > > ---------------------------------
> > > Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. 
> > Check it out. 
> > > 
> > > [Non-text portions of this message have been
> > removed]
> > >
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >
>
***************************************************************************
> > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat
> > Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in
> > Commonality & Shared Destiny.
> > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> >
>
***************************************************************************
> >
>
__________________________________________________________________________
> > Mohon Perhatian:
> > 
> > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA
> > (kecuali sbg otokritik)
> > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg
> > akan dikomentari.
> > 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
> > 4. Satu email perhari:
> > ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 5. No-email/web only:
> > ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 6. kembali menerima email:
> > ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> >  
> > Yahoo! Groups Links
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >  
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > The great job makes a great man
> >   pustaka tani 
> >   nuraulia
> > 
> >    
> > ---------------------------------
> > Do you Yahoo!?
> >  Everyone is raving about the  all-new Yahoo!
> Mail.
> > 
> > [Non-text portions of this message have been
> > removed]
> > 
> > 
> 
> 
> ===
> Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
> Kirim email ke:
> media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
> http://www.media-islam.or.id
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
> protection around 
> http://mail.yahoo.com 
> 
> 
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat
> Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in
> Commonality & Shared Destiny.
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA
> (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg
> akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
> 4. Satu email perhari:
> ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only:
> ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email:
> ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>  
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> The great job makes a great man
>   pustaka tani 
>   nuraulia
> 
>               
> ---------------------------------
> Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make
> PC-to-Phone calls.  Great rates starting at 1¢/min.
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: