** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Jangan samakan yang menolak dgn yang mendukung. Zaman Belanda dulu juga yg namanya antek Belanda sudah ada. Sekarang jadi antek AS/WTO/Kapitalis. Kalau saya insya Allah akan menolak pendidikan dibisniskan sehingga orang miskin sulit mendapat pendidikan. --- aris solikhah <fm_solihah@xxxxxxxxx> wrote: > Tepat sekali mas. Dalam pertemuan forum antar > Rektor, 2 tahun silam sebenarnya para rektor > berusaha mengkritisi tentang privatisasi public > sevice kesepakatan WTO yang di dalamnya salah > satunya adalah bidang pendidikan. > > Selanjutnya bisa jadi rumah sakit dll. Para Rektor > berusaha menolaknya, sayangnya gaya indah dan > polesan BHMN, BHP membuat kekritisan ini terlewati. > Memang harus jeli mengamatinya. CMIIW > > Seperti kita sering mendengungkan menolak > liberalisasi perdagangan. Ucapan tak seiring tingkah > laku. Perilaku kita malah menuju liberalisasi > perdagangan dengan menerima privatisasi Air, Migas, > berlomba-lomba memantenkan hasil penelitian, > mencabut subsidi (pendidikan, pertanian, BBM) dll. > > Atau seperti yang pernah ditulis mas Irwan, kita > menolak produk-produk Amerika tapi kita > habis-habisan menerima dan memasarkan pemikirannya > (demokrasi, liberalisme, kapitalisme, > materialinialisme, sekularisme, polesan HAMnya). > > Ali Syari'aiti dalam bukunya Ummah dan Imammah > mengutip kata pengantar Jane paul Sartre dalam buku > 'Lesdamnes De La Terra karya Francois Nellino, > menuturkan pada kita tentang sistem dan penyiapan > kaum terpelajar (tepatnya pseudo-eropa) yang > dilakukan Barat terhadap orang-orang Timur. Ia > mengatakan > > " Kita pilih beberapa orang pemuda Afrika dan Asia > untuk kita kirim beberapa bulan lamanya ke > Amsterdam, Paris, London dan Brussel (sekarang > tambah AS dan Ausi ya). Sesudah beberapa waktu > mereka kita ebri baju dengan model Eropa, kita > suapkan istilah-istilah Eropa, dan kita kuliti > mereka dari peradaban mereka. > > Sesudah itu, kita ubah mereka menjadi bebek-bebek > dan kerbau-kerbau, dan itulah saatnya bagi mereka > untuk siap dikirim pulang. Dengan demikian, mereka > akan menjadi bebek-bebek yang setia menyuarakan > segala sesuatu yang kita ucapkan tanpa mereka > sendiri tahu artinya. Segala sesuatu yang kita > kerjakan akan mereka ikuti, dan mereka bangga > mengatakan bahwa telah berkata dan berbuat seuatu > demi dirinya sendiri. mereka itulah yang kita sebut > dengan assimiles (orang-orang yang menyesuaikan > diri/ pseudo Eropa)." > > Bagi saya tak masalah bahkan memakai produk AS dan > mengambil teknologinya (tentu yang halal) atau > mengambil beasiswa ke sana terutama beasiswa yang > sifatnya Teknologi seperti mikrobiomolekuler, teknik > nuklir dll, dan harus ektra hati-hati menerima > beasiswa yang berisi muatan pemikiran seperti > teologi, filsafat, politik, hukum dll. Kalau jenis > beasiswa kedua sebaiknya dihindari. > > salam prihatin, > aris > > > > > > > A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx> wrote: Perusahaan yang > full business saja seperti BCA, > Danamon, Salim Group, dsb bisa rugi. Apalagi jika > para > dosen dan profesor di PT disuruh cari bisnis untuk > menghidupi diri sendiri. > > Paling gampang ya menaikan SPP. > > Kalau sudah begitu tidak perlu lagi kita anggaran > 20% > buat pendidiksan. > > Tidak perlu ada Public Service. Semuanya > dibisniskan. > > Inilah kebijakan yang dipaksakan WTO kepada > Indonesia. > > --- aris solikhah wrote: > > > Terima kasih mbak. Saya dapet gosipannya dari pak > > rektor sendiri mbakyu. ^_^ mungkin untuk tambahan > > justifikasi. Pa Rektor bahkan mengatakan di IPB > > adalah seperseratus biaya pendidikan mahasiswa di > > Jepang. Sehingga wajar kualitas pendidikan > Indonesia > > agak rendah. > > > > Beberapa kualifikasi yang mbakyu cantumkan tentang > > BHMN tepat sekali demikian adanya. Teori keluarnya > > sangat indah dibandingkan kenyataannya. IKalau PT > > mikirin juga mencari sumber penghasilan lain > > misalnya dengan pembuatan mall dll bukankah > > pendidikan kita akan tersibukkan. Dosen cari > > objekkan, dll. > > > > Kenyataan lain mau tidak mau, SPP memang naik > meski > > dibumbui dengan kata-kata yang cantik. > > > > Sejak dimanapun biaya pendidikan adalah > > tanggungjawab negara. Kalau sekolah > dikomersialkan, > > lalu apa gunanya negara? saya iri dengan India > yang > > memurahkan pendidikan. Dunia pendidikan kita > > mendidik kita untuk jadi buruh professional ahli > > yang murah dibandingkan diajak berpikir untuk > > mandiri. > > > > Kalau mbak adalah salah satu orang yang mengcreate > > kualifikasi itu, saya jamin mbak sangat paham > kemana > > tujuan akhir dari UU BHP ini, bukan? > > > > Saya mohon, bisakah kebijakan RUU BHP ini > dievaluasi > > kembali sebelum semuanya terlambat? Saya tak bisa > > membayangkan mahalnya pendidikan kita, siapa yang > > bisa kuliah nantinya, orang miskin makin miskin > dan > > bodoh, makin terpuruknya Indonesia, serta makin > > terbudakkan SDM kita, plis. > > > > > > > > salam, > > aris > > > > > > > > > > > > ndah maldiniwati wrote: > > Kemunculan BHMN tidak lepas dr escape strategy > > pemerintah yg ingin > > mengurangi beban APBN. Seharusnya PT sebagai > sebuah > > perusahaan > > bukannya memebebankan biaya oprasionalnya kapada > > konsumennya > > (mahasiswa) seharusnya dengan BHMN justru menjadi > > ajang kompetisi > > berebut riset dgn bekerjasama dengan institusi > luar > > shg menggenjot > > pemasukan. Kalo PT mensolusikan peningkatan > > pemasukan dengan > > gencar2nya menaikkan tarif kuliah & mendirikan > mall > > saya melihatnya > > sebagai kebodohan kaum intelektual yg berjiwa > > kapitalis. > > > > untuk penentuan ranking: wah denger gosip darimana > > mba?? saat saya > > ikut tim untuk merumuskan indikator penilaian > > kompetensi PT di > > Indonesia (bukan untuk meranking PT) yang akn > > digunakan sekjend DIKTI > > & DPPKPM DIKTI kami mengambil acuan antara lain > > asiaweek dan guardian > > uk. kualitas PT dinilai dr proses input (kualitas > > mahasiswa yg > > diterima)-proses-output(kualitas lulusan), dan > dalam > > proses ada banyak > > komponen penunjang proses (proses belajar, > kualitas > > dosen, performa > > keuangan, fasilitas kuliah, performa research). > BAN > > PT juga melakukan > > penilaian untuk akreditasi dengan indikator2 yg > > kurang lebih sama. > > > > Silahkan browsing sendiri kriteria2 yg digunakan > > untuk meranking PT di > > diknasnya canada, amerika or ausy: > > BAN PT: http://dikti.go.id/ (masuk ke Badan > > Akreditasi Nasional) > > sekjend dikti: > > http://si.dikti.go.id/kinerja_rincipt/dirpt.php > > guardian: > > > http://education.guardian.co.uk/universityguide2005/0,, > > 1455246,00.html > > asiaweek: > > > http://www.asiaweek.com/asiaweek/features/universities2000/ > > schools/multi.overall.html > > (lihat kriterianya dibawah list PT) > > > > Semoga bermanfaat > > > > --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, aris solikhah > > wrote: > > > > > > Dear All, > > > HAri ini saya membaca sekilas Humaniora Kompas, > > mendebarkan rasanya > > membayangkan nasib masa depan Perguruan Tinggi > (PT) > > Indonesia. Akankah > > pendidikan tinggi makin sulit diraih oleh > > putra-putri kita? > > > > > > > > > Dalih internasionalisasi atau dalih mutu > > perguruan tinggi Indonesia > > yang tidak masuk dalam 100 besar terbaik dunia, > kita > > perlu > > memprivatisasi? ataukah saya salah menyimpulkan > apa > > yang dimaksud > > dengan privatisasi PT? CMIIW > > > > > > Saya pernah mendengar, salah satu kriteria > > penilaian 100 PT terbaik > > dunia diantaranya adalah jumlah mahasiswa luar > > negeri yang kuliah di > > sebuah PT minimal 30 persen dan kriteria lain > adalah > > nominal SPP > > (biaya kuliah) yang sangat mahal. Bila ini benar > > maka, kapan pun sulit > > PT Indonesia masuk dalam 100 terbaik dunia. Bukan > > karena kualitasnya > > kurang bermutu, tapi kriterianya yang mungkin > sulit > > terjangkau. Apakah > > ini disengaja atau tidak? > > > > > > Adakah kaitannya BHP dengan proyek World Bank- > > IMHERE-DIKTI? > > > > > > > > > Salam prihatin Masa depan Pendidikan Indonesia, > > > > > > Dari orang yang Sayang Ama almamaternya. > > > ____________________________________ > > > > > > http://www.kompas.com/ > > > > > > Baca: > > > > > > BHP Identik Kapitalisme > > > Privatisasi Pendidikan Cenderung Abaikan > > Keadilan Sosial > > > Jakarta, Kompas - Sama halnya dengan > layanan > > kesehatan, sektor > > pendidikan pun hendaknya dianggap sebagai hak > dasar > > bagi setiap > > warga negara di mana pemerintah wajib memenuhinya. > > Jika model > > pelayanan di sektor tersebut sudah terjerumus pada > > privatisasi, > > taruhannya adalah pada generasi penerus bangsa. > > > "Privatisasi itu memang berangkat dari > konsep > > liberalisme dan > > kapitalisme, di mana model pelayanan sudah > > membidik segmen tertentu > > demi perputaran modal," kata Eko Prasojo, guru > > besar administrasi > > publik dari Universitas Indonesia, Kamis (5/10) > di > > Jakarta. > > > Oleh karena itu, dia menyarankan agar model > > pelayanan publik > > untuk hak-hak dasar warga negara lebih pantas > > dibenahi dengan > > modernisasi ketimbang privatisasi. Ini > > dimungkinkan karena > > modernisasi lebih mementingkan layanan yang > efisien > > tanpa > > mengabaikan kondisi sosial ekonomi sebagian besar > > masyarakat. Adapun > > privatisasi lebih berorientasi pada penghasilan > > tanpa mempertimbangkan > > kondisi sosial ekonomi masyarakat. > > > Ia mengingatkan, jika pemerintahan Susilo > > Bambang Yudhoyono- > > Jusuf Kalla serius menargetkan perbaikan indeks > > pembangunan manusia > > (human development index/HDI), Rancangan > > Undang-Undang Badan Hukum > > Pendidikan (RUU BHP) hendaknya jangan sampai > > terjerumus ke > > liberalisasi dan kapitalisasi. > > > Sebagai alternatif untuk model BHP, Eko > > menawarkan konsep badan > > layanan umum (BLU), seperti tertera dalam > > Undang-Undang Nomor 1 > > Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal > 67 > > UU tersebut > > menyebutkan bahwa BLU dibentuk untuk meningkatkan > > pelayanan dalam > > rangka memajukan kesejahteraan umum dan > mencerdaskan > > kehidupan bangsa. > > > Secara terpisah, Direktur Lembaga Swadaya > > Masyarakat untuk > > Peningkatan Pendidikan Indonesia Ading Sutisna > > berpendapat, untuk > > menumbuhkan partisipasi masyarakat yang transparan > > > dan akuntabel di > > tingkat satuan pendidikan, yang lebih dibutuhkan > > adalah BHP berpola > > public private partnership (PPP/kemitraan antara > > pemerintah dan > > masyarakat), bukan privatisasi atau penswastaan. > > > "Pola ini lebih sesuai dengan UU Sistem > > Pendidikan Nasional. > > Pemerintah harus menuangkan dan menjabarkan apa > > yang telah > > diamanatkan pasal-pasal tersebut dalam RUU BHP," > > katanya. > > > Agar pengelolaan satuan pendidikan tidak > > terjerumus praktik > > free fight liberalism (semena-mena), khusus > untuk > > satuan pendidikan > > yang modal dasarnya berasal dari pemerintah, > Ading > > menyarankan > > pemerintah menetapkan biaya pendidikan (unit cost) > > > berdasarkan hasil > > akreditasi atau wilayah di mana satuan pendidikan > > berada. > > > Ading menegaskan, pemerintah harus > membangun > > sistem pembiayaan > > pendidikan yang berkeadilan sosial. Bagi yang > > mampu harus membayar. > > Bagi yang tidak mampu, pemerintah wajib > memberinya > > beasiswa. Jika > > keuangan negara memungkinkan, beasiswa bisa saja > > diberikan untuk > > seluruh peserta didik. > > > "Besarnya disesuaikan dengan unit cost yang > > telah dipatok," > > tutur Ading. (NAR) > > > RUU BHP: Kebijakan Positif untuk Pacu Daya > > Saing > > > > > > > > > BANDUNG, KOMPAS- Kebijakan otonomi kampus > > yang diatur dalam > > Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan > > dipandang oleh > > kalangan perguruan tinggi swasta sebagai sebagai > > kebijakan positif. > > Selain meningkatkan efisiensi dan kinerja > lembaga, > > otonomi kampus > > yang dikelola secara kolegial di PTS justru bisa > > meningkatkan daya > > saing PTS dengan PTN. > > > "Saya pikir, RUU BHP itu bagus adanya. Dalam > > rangka otonomi > > kampus, sebuah perguruan tinggi tentunya harus > > punya pengelolaan dan > > manajemen yang efisien. Melalui otonomis kampus, > > PT dikondisikan > > untuk merubah manajemen pengambilan keputusannya > > sehingga bisa lebih > > cepat tetapi tetap akurat," ujar Pius Suratman > > Kartasamita, mantan > > Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Senin > > (2/10). > > > Diakui Pius, dari kacamata kebijakan > > universitas, keberadaan > > yayasan selaku pengelola perguruan tinggi swasta > > selama ini > > sangatlah dilematis. Di satu sisi, yayasan > menjadi > > penyokong utama > > pendanaan termasuk manajemen sumber daya > manusia. > > Namun, di sisi > > lain, keberadaannya secara tidak langsung dirasa > > kerap membatasi > > ruang lingkup kebijakan kampus. > > > "Saya berpendapat, rektor semestinya perlu > > diberi wewenang lebih > > untuk menjalankan tugas yang diembannya. Jadi, > > tidak sebatas > > akademik. Meski demikian, wewenangnya bukanlah > > asal besar. > > Melainkan, birokrasinya saja yang dipermudah. > > Untuk itu, hubungan > > kerja internal baik antara pengurus yayasan, > senat > > dan pimpinan > > universitas haruslah dipermudah," ujarnya. > > > Dikonfrimasi dalam kesempatan yang sama, > Rektor > > Unpar yang baru > > Cecilia Lauw Giok Swan mengatakan, Unpar masih > > memiliki waktu yang > > cukup banyak untuk mengantisipasi disahkannya > RUU > > BHP dengan > > melakukan perubahan struktur organisasi. Namun, > > perubahan struktur > > organisasi itu diharapkannya hanya terjadi di > > tubuh senat > > universitas dan pengurus yayasan agar tidak > > mengganggu kinerja > > akademik. > > > Diminat pendapatnya mengenai opsi-opsi yang > > akan dipilih pihak > > yayasan apakah akan meleburkan diri atau > menunjuk > > lembaga teknis > > baru, Ketua Umum Pengurus Yayasan Unpar Prof > > Kusbiantoro menjawab, > > "Secara prinsip, kami siap dan tidak ada masalah > > dengan opsi > > manapun. Itu sudah kami antisipasi dari awal. > > Namun, secara > > kelembagaan, karena masyarakat kampus ini sifatnya > > > kolegial, putusan > > akhir harus dibahas bersama," ujarnya. > > > Dorong daya saing > > > Terkait persoalan ini, Ketua Asosiasi > Perguruan > > Tinggi Swasta > > wilayah Jawa Barat Didi Turmudzi menegaskan, > > keberadaan RUU BHP > > sebetulnya tidak akan menjadi masalah bagi > yayasan > > maupun > > eksistensinya. Selama, itu dilandasi prinsip > > kolegialitas dan tidak > > didasari kepentingan individu pengelola yayasan. > > > "Kalau yayasannya milik indivindu, itu bisa > > jadi persoalan. Ada > > baiknya, opsi-opsi itu dirundingkan secara > bersama > > dengan menurunkan > > ego masing-masing. Untuk memilih opsi, ada > baiknya > > jika disesuaikan > > dengan AD/RT (statuta) masing-masing PT. Jadi, > > dipilih yang paling > > relevan dan memungkinkan," ucap Rektor > Universitas > > Pasundan ini. > > > Keberadaan RUU BHP, tambahnya, justru bisa > > memberi keuntungan > > bagi PTS. Dicabutnya subsidi khusus pendidikan > > bisa mendorong daya > > saing PTS terhadap PT Negeri. Apalagi, PTS, > > terutama yang besar, > > sudah terbiasa mandiri untuk mencari > sumber-sumber > > keuangan.(jon) > > > > > > > > > > > > Baca Juga Proyek IMHERE DIKTI: > > > > > > > > > http://www.imhere-dikti.net/imhere_files/downloads/BAB-II. > > pdf#search=%22imhere%20dikti%2 > > > > > > The great job makes a great man > > > pustaka tani > > > nuraulia > > > > > > > > > --------------------------------- > > > Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. > > Check it out. > > > > > > [Non-text portions of this message have been > > removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > *************************************************************************** > > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat > > Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in > > Commonality & Shared Destiny. > > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > > > *************************************************************************** > > > __________________________________________________________________________ > > Mohon Perhatian: > > > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA > > (kecuali sbg otokritik) > > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg > > akan dikomentari. > > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > > 4. Satu email perhari: > > ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx > > 5. No-email/web only: > > ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx > > 6. kembali menerima email: > > ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx > > > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > The great job makes a great man > > pustaka tani > > nuraulia > > > > > > --------------------------------- > > Do you Yahoo!? > > Everyone is raving about the all-new Yahoo! > Mail. > > > > [Non-text portions of this message have been > > removed] > > > > > > > === > Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? > Kirim email ke: > media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx > http://www.media-islam.or.id > > __________________________________________________ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam > protection around > http://mail.yahoo.com > > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat > Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in > Commonality & Shared Destiny. > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA > (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg > akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: > ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx > 5. No-email/web only: > ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx > 6. kembali menerima email: > ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > The great job makes a great man > pustaka tani > nuraulia > > > --------------------------------- > Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make > PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1¢/min. > > [Non-text portions of this message have been > removed] > > === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx http://www.media-islam.or.id __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **