[nasional_list] [ppiindia] Re: KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 10 Oct 2006 19:54:09 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Sodara sodara dan sobat sobat, ada 
yang ngarti?

DH


--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, Vincent Liong <vincentliong@...> 
wrote:
>
> Serial tulisan Kitab Masuk Angin
> KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi
> dan Meditasi
> 
> ditulis oleh: Adhi Purwono
> 
> 
> e-link:
> http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549
> http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344
> http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017
> 
> 
> 
> (Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial
> tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan
> antara kompatiologi dengan meditasi)
> 
> Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba
> menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi
> dan kompatiologi.
> 
> Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan
> metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan
> pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya
> tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang
> mengalami pencerahan, karena apa, karena saya
> merasakan
> pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau
> di kehidupan sehari-hari.
> 
> Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk
> bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan
> dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi
> itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA
> mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi
> tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu
> jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan
> meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya
> untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna
> misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi
> bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi
> bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan
> dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan
> bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran
> bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa
> memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi
> persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN
> mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari
> bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya.
> Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat
> terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA
> DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak
> orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya
> hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak
> diperlukan?
> Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik
> dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah
> salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu
> sendiri.
> 
> Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita
> membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat
> mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang
> tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia
> mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan
> sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi
> dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga
> diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak
> diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu
> sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya
> ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN
> DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap
> belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda
> (meditasi) sampai dia menyadari bahwa
> ketidakcerahannya hanyalah
> sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia
> menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya
> dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU.
> Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di
> lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya
> kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka
> berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah
> saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya
> mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll
> untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya.
> 
> Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya
> belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas
> sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain,
> mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati.
> Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami
> (terutama Vincent Liong) menciptakan metoda
> dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain
> kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya
> langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh
> praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau,
> dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku,
> dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya
> tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang
> dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para
> praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi
> adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung
> dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan
> tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang
> lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?)
> tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya
> orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/
> kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan
> kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN
> TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang
> didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah
> terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi
> dari realitas. Bahwa kehidupan ternyata tidak
> semonoton/ semenderita seperti yang diperkirakan
> olehnya sebelumnya. Ternyata kehidupan dapat dinikmati
> SEPENUHNYA tanpa rasa khawatir dan dengan perasaan
> bebas BAHWA MENGALAMI KEHIDUPAN APA-ADANYA JAUH LEBIH
> MENGASYIKKAN DARIPADA MENYANGKAL REALITAS DEMI CITRA/
> JATI DIRI. Jati/citra diri orang tersebut tentu
> harus dilepaskan dahulu sebelum dia dapat bermain
> tebakan dengan baik. Jika dia masih jaim, tentu dia
> akan merasakan rasa bersalah, rasa menipu ketika
> mencoba menebak sesuatu. Ketika menebak itulah
> dia dihadapkan pada pilihan-pilihan, berbohong?/
> menipu?/ tebak apa-adanya?/ asal bapak senang?/
> melogikakan?, dsb, yang tentu saja kita dorong sampai
> dia bisa menebak/mendapatkan informasi dari MEMORI/
> MEME/ INFORMASI NON VERBAL/ SUASANA sehingga dia
> belajar untuk menjadi TERHUBUNG dengan realitas. Nah
> ketika dirinya dapat terhubung dengan realitas itulah
> berarti dia mulai bisa berempati setidaknya dengan
> dirinya, artinya dapat mengalirkan
> perasaan-perasaannya saat informasi non verbal mulai
> dapat masuk dan mengalir ke dalam dirinya. Saat itu
> perasaan yang masih dipendam/ ditahan akhirnya
> dimengerti tidak perlu dipendam lagi akibat bingung/
> takut/ sedang dicari solusinya melainkan menyadari
> bahwa perasaan negatif itu dapat
> dicuci/dialirkan/diharmoniskan dengan realitas alam
> sehingga diharapkan mendapatkan sudut pandang yang
> lebih luas dikarenakan hal-hal/informasi yang positif
> dari alam dapat diserap oleh dirinya. Sehingga dalam
> prosesnya, akhirnya dia menyadari bahwa perasaan dalam
> dirinya adalah berasal dari cara dia
> memfilter informasi nonverbal/ perasaan/ suasana dari
> realitas, dan pada akhirnya dia malah menghubungkan
> total perasaannya dengan realitas sehingga apapun
> perasaan yang dia alami bisa terus dialirkan sehingga
> tidak ada tumpukan perasaan negatif yang tidak perlu.
> Sebagai contoh, saya MARAH/SEBAL dengan pak Hudoyo,
> yah saya ungkapkan saja di milis ini sehingga saya
> menjadi puas. Saya tidak masalah dengan citra/jati
> diri saya di milis, karena saya sudah mengalami
> KETERHUBUNGAN dengan realitas jauh lebih menyenangkan/
> mendamaikan dibandingkan dengan menjaga citra/ jati
> diri saya dihadapan anda semua. Jikapun misalnya saya
> tidak bisa
> menyalurkan melalui milis, maka saya tetap tidak lari
> dari perasaan marah saya. Saya tetap akan membiarkan
> diri saya mengalami marah/ kesal sampai benar-benar
> puas kalau perlu dicari-cari apakah masih ada
> kemarahan yang tersisa untuk dikeluarkan/dialirkan
> (bisa saja tidak perlu sampai berwujud fisik, tidak
> perlu seperti yang saya lakukan di milis
> psikologi_transformatif@xxxxxxxxxxxxxxx dengan pak
> Hudoyo). Mengapa saya bisa mengalirkan
> perasaan-perasaan saya? Itulah, karena saya sudah
> terbiasa menebak/ terhubung dengan diri/ realitas,
> yang saat ini saya bisa merasakan LANGSUNG suasana/
> meme/ memori apapun dimanapun begitu saja karena dan
> ketika saya tidak sedang menyangkal.
> 
> Jika anda dan yang lainnya ingin mengetahui lebih jauh
> dengan mengalami sendiri praktik dekons, maka silahkan
> menghubungi saya di CDMA : 021-6881 2660. Jika masih
> ada pertanyaan saya tunggu komentar/pertanyaan dari
> anda dan yang lainnya. Terimakasih.
> 
> Salam,
> Adhi Purwono
> 
> 
> 
> 
> ::::Praktik Dekons::::
> * hubungi Adhi Purwono (CDMA : 021-6881 2660) 
> e-mail/YM : adhi_p@...
> * hubungi Vincent Liong (CDMA : 021-70006775)
> e-mail/YM : vincentliong@...
> (Note: untuk praktik di-dekons)
> 
> ::::Undangan Maillist::::
> Maillist Komunikasi_Empati@...
> > http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati
> Maillist Komunikasi_Empati@xxxxxxxxxxxxxxxx
> > http://groups.google.com/group/komunikasi_empati
> Maillist VincentLiong@...
> > http://groups.yahoo.com/group/vincentliong
> Maillist Psikologi_Transformatif@...
> >
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
> Maillist R-Mania@xxxxxxxxxxxxxxx
> > http://groups.yahoo.com/group/r-mania
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> L A M P I R A N  0 1
> Subject: Meditasi - oh nasibmu meditasi...
> Ditulis oleh: "isf" <isf@...> / iman_s_fattah 
> at:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11358
> 
> "isf" <isf@...> wrote:
> 
> Begitu banyak meditasi dibicarakan dalam banyak
> perspektif maupun berdasarkan subyektif.
> Dalam pemahaman saya, meditasi adalah suatu kondisi
> individu dalam kesadaran yang "cukup", sesuai kondisi
> lahir-bathin pada saat tersebut.
> "Cukup" disini berarti kondisi yang pas komposisinya,
> sesuai dengan kondisi biologis/ragawi-spiritual pada
> saat tersebut, karena setiap manusia tidak pernah
> mengalmi kondisi yang persis sama secara detil,
> dikarenakan lingkungan, pemikiran, olah pemahaman,
> serta kompleksitas spiritual yg dialami, maupun garis
> ketetapan yang telah tergurat baginya.
> Meditasi bisa banyak ragam, tetapi diketegorikan
> sebagai meditasi apabila output / hasil olahan
> tersebut msuk dalam kategori proses meditasi.
> Meditasi sendiri mengalami peningkatan/ perubahan
> dalam setiap waktu karena adanya pemahaman akibat
> terjadinya kontak dualitas jasad-spiritual secara
> berkesinambungan, yang mengintervensi dimensi lain
> (alam-ketuhanan) dalam perjalanannya.
> Meditasi memang dapat dilakukan dengan banyak cara,
> ada dengan diam/ tafakkur, ada dengan melakukan
> kegiatan sehari2. Intinya adalah mencapai suatu
> tingkat kesadaran yang "cukup" (apakah itu
> beta-alfa-theta-delta, sangat2 subjective nilainya),
> mengetuk kesadaran ragawi untuk mempertimbangkan sisi
> spiritual dalam mengambil suatu keputusan. Sehingga
> perilaku, keseharian, yg berujung pada terbentuknya
> sifat akan mencerminkan moralitas yang baik secara
> kaidah nilai.
> Salah satu model meditasi adalah ibadah yang dilakukan
> dalam agama2, dimana dalam ibadah adalah suatu bentuk
> mencapai kesadaran akan realitas diluar hanya ragawi
> saja, hanya saja kalau merujuk tingkatan secara
> spiritual sangat bergantung pada 'pemahaman' (secara
> luas) individu akan agama itu sendiri.
>  
> Dalam realitanya, meditasi tidak mesti dilakukan
> secara berurutan; beta-alfa-theta-delta, karena hal
> ini menyangkut suatu pemahaman spiritual yg tidak bisa
> distandarisasi dari sisi analogi dasar, sehingga yang
> terjadi pendekatan secara 'mendekati', tetapi tidak
> tepat benar.
> Banyak individu yang melakukan lompatan meditasi
> secara fluktuatif tanpa urutan.
>  
> Untuk lebih menarik, kita bisa menjadikan individu2 yg
> melakukan perdebatan meditasi di milis ini, di explore
> sesuai pemahaman sampai dimana mereka ber'main':
> (bahasa yg disampaikan secara umum by isf, tidak
> mengacu pada teori yg ada);
>  
> Hudoyo Hapudio (HH):
> Seorang meditator sampai pada pemahaman hening,
> dikategorikan sebagai tahap akhir perjalanan
> spiritual, dimana fase itu merasakan ecstasy, lebih
> bersifat individual dan merupakan manifestasi
> ego-spiritual, karena meditasi dilakukan dan dinikmati
> secara pribadi.
> Secara individu, benturan yg sangat kuat adalah
> masalah ego spiritual yang pasti akan berdampak pada
> ego ragawi, sehingga terjadinya justifikasi atas hal2
> yg diperoleh individu tsb, dan menciptakan suatu
> keadaan yang 'benar' secara kompleks dan terbatas. Hal
> ini berbenturan dengan sifat spiritual yg luas dan
> tidak terbatas (secara analogi dasar).
> Dalam tahapan spiritual, ada ruang kosong yg disebut
> HH sbg 'hening', hal ini bisa dikategorikan sebagai
> kesadaran awal untuk mereka yang belum bersentuhan
> dengan fase spiritual, dan merasakan ketenangan jiwa
> yang bersifat temporer, tanpa tahu akan kemana
> selanjutnya (apabila berhenti di tahapan ini).
> Dalam fase ini sangat memanjakan bathin dengan
> memberikan konsumsi secara cukup, bahkan mungkin
> lebih, sehingga pemikiran mengalami dekonstruksi 
> dalam output keseharian selanjutnya, dimana sisi
> bathin (spiritual) telah mulai ikut dalam mengambil
> keputusan individu.
> *(pembahasan spiritual yg dimaksud masih dalam dimensi
> duniawi)
>  
>  
> Vincent Liong (VL):
> Seorang fighter dalam meditator yang akan menerima
> konsep individu lain setelah melalui analogi yg dirasa
> cukup bisa diterima, baginya tidak ada dogma, walaupun
> dia tidak bisa mengingkari dan keluar dari dogma
> (agama).
> Baginya meditasi adalah melakukan hal yg riil, bisa
> dimanfaatkan untuk orang banyak dalam wujud yg nyata,
> bukan sekadar menghindar dari kenyataan dengan
> menjauhkan diri dari peradaban, serta menyepi.
> Baginya, apa yg secara riil bisa dilihat maupun secara
> nalar bisa ditangkap, itulah yg nyata.
> Hal ini sangat sarat muatan dalam melihat meditasi,
> baginya dekonstruksi itulah meditasi sesungguhnya,
> secara cepat, memberikan manfaat kepada masyarakat, at
> least menyebarkan energy positif, ujung2nya juga
> perbaikan moralitas, hanya saja freewill disini patut
> dipertanyakan secara meditasi konsep. akan sah2 saja
> selama freewill tersebut masih dalam tataran koridor
> kewajaran.
>  
> Nah sekelumit mengenai meditasi dari saya dirumah,
> tadinya mau melanjutkan ke Leonardo Rimba, Merkurius
> AP, M Iyus, dll, tapi karena saya lg kurang sehat dan
> asupan, he he..... 
>  
> salam
> isf
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> L A M P I R A N  0 2
> Pertanyaan sdr Suchamda kepada Merkurius Adhi Purwono.
> 
> at:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11343
> 
> "Suchamda" <Daniel_552@...> wrote:
> 
> Salam kenal bung Adhi,
> Maaf, saya belum lama bergabung dan kesulitan untuk
> mengikuti diskusi2 anda dengan sdr.Methoz dan
> bp.Hudoyo. Sepertinya menarik. 
> Bisakah anda menceritakan bagaimana metode meditasi
> anda?
> Apakah kompatiologi itu? 
> Bagaimanakah hubungan kompatiologi itu dengan
> meditasi?
> 
> Terimakasih.
> 
> Suchamda
> 
> 
> 
> Send instant messages to your online friends 
http://au.messenger.yahoo.com
>







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Re: KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)