[nasional_list] Re: [ppiindia] Permainan gila KBRI Swedia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 8 Nov 2005 00:31:05 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Kalau Pak Togi bilang uang kelebihan 
yang ditagih dari visa dipakai untuk 
penerangan dan menjinakan orang-orang ex PKI, pasti masalahnya dimengerti 
Jakarta dan Pak Togi cepat naik pangkat jadi duta besar berkuasa penuh.

----- Original Message ----- 
From: "tony picasso" <tony_picasso@xxxxxxxxx>
To: "ppi" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Monday, November 07, 2005 9:13 PM
Subject: [ppiindia] Permainan gila KBRI Swedia


> Sebegitu parahkah hal ini bung Togi?
>
>
>
>
> Departemen Luar Negeri
> Main Ganda Dana Visa
>
> SURAT itu dikirim dari Stockholm, Swedia, sebuah kota resik yang teramat 
> jauh dari Jakarta. Isinya dua lembar, dibungkus sampul putih. Yang dituju 
> adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Isinya masalah amat serius, 
> menyangkut perilaku minus staf Kedutaan Besar Indonesia di Stockholm.
>
> "Pak Yudhoyono, kami minta perhatian Anda karena berdasar bukti yang kami 
> terima, terdapat indikasi kuat terjadi korupsi di Kedutaan Indonesia di 
> Stockholm. Setiap warga Swedia yang mengajukan visa, ongkosnya 
> dilipatduakan. Separuh di antaranya masuk kantong pribadi pejabat dan staf 
> kedutaan." Pengirimnya adalah Aviz Stockholm, nama samaran anggota LSM 
> anti-korupsi di Stockholm. Aviz menyimpulkan, ulah menyimpang itu bukan 
> perbuatan perorangan, karena pejabat lain menyetujuinya.
>
> Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda tampak kaget ketika dihubungi di 
> kantornya, kawasan Pejambon, Jakarta, Senin dua pekan lalu. Wajahnya 
> terlihat menegang setelah mengetahui isi surat sesungguhnya. "Saya belum 
> dengar hal ini. Akan saya cek," katanya. Ia kemudian meminta disambungkan 
> dengan KBRI Stockholm, dan meminta laporan pejabat inspektorat jenderal. 
> Namun Hassan mengaku, pada Desember 2004 ia mengumpulkan sejumlah 
> perwakilan Indonesia di luar negeri. Di situ, ia memerintahkan para duta 
> besar menghapus segala bentuk pungutan liar. "Saya kasih batas waktu 
> sampai Januari 2005," ujarnya.
>
> Aksi itu diperkirakan berlangsung sejak April 2004. Kata Aviz Stockholm, 
> para staf konsuler yang biasa melayani permohonan visa warga Swedia yang 
> akan berkunjung ke Indonesia selalu menyediakan dua slip tanda terima 
> pembayaran visa.
>
> Slip ganda ini dibuat dengan angka biaya berbeda. Di slip pertama, yang 
> diberikan kepada pemohon visa, tertera angka 600 krona, sekitar Rp 
> 700.000. Di slip kedua, yang jadi pegangan KBRI, tertulis angka resmi 350 
> krona, sekitar Rp 450.000.
>
> Sisanya, sebesar 250 krona atau Rp 350.000 untuk setiap pemohon visa, 
> kemudian dibagi-bagi kepada staf bagian konsuler. Tiap hari kerja terdapat 
> sekitar 50 pemohon visa. Aviz menghitung, dalam sebulan diperkirakan bisa 
> terkumpul minimal 312.500 krona, lebih dari Rp 406 juta. Lumayan! Di 
> Swedia, tindakan seperti itu dapat dihukum hingga 20 tahun penjara. "Kami 
> juga telah mengirim surat kepada Presiden Indonesia tentang hal ini," ujar 
> Aviz.
>
> Sebuah surat lain mengeluhkan lambannya pengurusan visa. Hanya mereka yang 
> menyodorkan uang tip sebesar satu atau dua kali tarif resmi yang mendapat 
> pelayanan ekspres. Hal ini bisa terjadi, antara lain, karena fasilitas 
> visa kedatangan di bandara di Indonesia tak berlaku bagi warga Swedia. 
> Mereka harus mengurus izin masuk ke Indonesia di KBRI Stockholm. Padahal, 
> dua tahun terakhir ini, perwakilan Indonesia tak memiliki duta besar. 
> "Kosongnya duta besar membuat para staf punya kesempatan luas untuk 
> menyeleweng," tulis surat itu.
>
> Menurut Inspektur Wilayah Eropa Departemen Luar Negeri, Trie Edi Mulyani, 
> sebenarnya pihaknya telah memeriksa dugaan korupsi tersebut sejak Juni 
> 2005. "Waktu itu, ditemukan penyimpangan pungutan visa," ungkap Ninik, 
> panggilan akrab Trie Edi Mulyani.
>
> Dua staf konsuler, yaitu Sri Agus dan Eri Baheram, lalu dipindahkan ke 
> bagian lain. Masa penempatan bagi Kepala Bidang Konsuler, Partogi Samosir, 
> juga dipercepat. Bahkan belakangan, para pelaku diperintahkan 
> mengembalikan uang yang mereka tilap ke negara. "Besarnya waktu itu 
> sekitar 20.000 krona," kata Ninik.
>
> Saat itu, metode pemungutan duit para staf konsuler masih terbilang 
> amatir, berupa pemberian tip secara spontan dalam pengurusan visa. "Tak 
> seperti yang dilaporkan sekarang," ucap Ninik. Namun, menurut penelusuran 
> Gatra, sudah sejak awal penilapan itu dilakukan dengan metode dua slip 
> berbeda.
>
> Kamis pekan lalu, Tim Pembantu Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan 
> Departemen Luar Negeri menggelar rapat untuk menuntaskan "Stockholm-gate" 
> ini. Tim itu beranggotakan, antara lain, Kepala Biro Kepegawaian Muhammad 
> Ibnu Said dan Kepala Biro Administrasi Yuri Thamrin. Mereka merumuskan 
> jenis sanksi berdasar rekomendasi Hassan Wirajuda, yang menginginkan 
> adanya sanksi lebih keras. "Mereka sudah melanggar perintah saya untuk 
> menghentikan pungutan liar," kata Hassan.
>
> Hasilnya: dua staf lokal KBRI, Eri dan Sri Agus, dipecat. Partogi Samosir, 
> yang baru bertugas satu setengah tahun di Swedia, ditarik ke Pejambon. 
> Belum tahu, apa posisi baru sang diplomat.
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] Re: [ppiindia] Permainan gila KBRI Swedia