** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Refleksi: MasyaAlloh!! Sudah 60 tahun merdeka masih saja ada buta aksara yang jumlahnya tidak sedikit. Mengapa bisa begini? Kesalahan siapa sehingga rakyat dibutahurufkan? Untuk apa dibutahurufkan? Supaya tidak cerewet dan mudah ditipu oleh penguasa dan petinggi negara baik sipil maupun militer? http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/25/opini/2374528.htm Perang Total Melawan Buta Aksara Dodi Nandika Sebelum bangsa ini berdiri kokoh, Ki Hadjar Dewantara tahun 1936 telah mengajak masyarakat melakukan mobilisasi intelektual memberantas buta aksara. Caranya, dengan mengimbau semua orang yang bisa baca-tulis mengajarkan ilmunya kepada saudara di sekitarnya. Selain itu, ia juga mengajak setiap orang yang memiliki rumah merelakan tempat tinggalnya menjadi tempat belajar baca-tulis. Mengapa Ki Hadjar Dewantara begitu gandrung memberantas buta aksara? Karena, sebelum kemerdekaan hanya tiga persen penduduk Indonesia yang berkesempatan bersekolah. Tidak heran jika saat negeri ini memproklamasikan kemerdekaannya, 90 persen penduduknya buta aksara. Kenyataan itu berlangsung hingga kini. Menurut Susenas 2005, sekitar 14,6 juta orang atau 9,55 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas belum melek aksara. Mereka akan kesulitan mengikuti kemajuan peradaban. Ini tantangan besar bangsa. Karena itu, tampaknya masalah buta aksara tidak bisa dihadapi dengan cara konvensional. Ibarat peperangan melawan terorisme, penumpasan buta aksara harus dihadapi dengan melibatkan masyarakat, harus total football. Pasalnya, selama ini pemberantasan buta aksara dianggap kegiatan "sampingan". Lalu, di mana orang-orang terpelajar yang diimbau Ki Hadjar Dewantara itu? Di mana semangat kebangsaan untuk membangunkan saudara sebangsanya dari kebutaaksaraan? Sebenarnya upaya pemberantasan buta aksara di Indonesia mempunyai sejarah panjang. Sejak awal kemerdekaan, pemerintah menyadari dan dengan berbagai upaya terus melaksanakan pemberantasan buta aksara. Ketika itu sudah ada kesadaran, buta aksara terkait erat de- ngan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Hasilnya, menurut Sensus Penduduk 1971, penduduk buta aksara usia 10 tahun ke atas tinggal 39 persen, tahun 1980 tinggal 28 persen, tahun 1990 tinggal 21 persen, dan tahun 2000 tinggal 10 persen. Masih adanya penduduk buta aksara disinyalir memberi kontribusi terhadap kurang suksesnya program wajib belajar. Pasalnya, orang tua yang buta aksara memiliki kecenderungan tidak menyekolahkan anaknya. Kalaupun sekolah, mereka banyak yang mengulang kelas bahkan putus sekolah, yang berpotensi besar untuk kembali membuat anak buta aksara. Apalagi, jika anak- anak itu lalu tidak mendapat layanan pendidikan yang baik di sekolah. Suatu "spiral kebodohan" perlu dihancurkan. Selain itu, buta aksara memberi kontribusi terhadap rendahnya HDI (human development index, indeks pembangunan manusia) kita. Jika jumlah buta aksara tinggi, HDI kita rendah. Padahal, peningkatan melek aksara akan menambah kemampuan masyarakat untuk turut dalam pembuatan keputusan-keputusan pembangunan. Karena itu, diperlukan intensifikasi program terobosan pemberantasan buta aksara. Target Tahun 1999, pemerintah melalui Depdiknas menetapkan sasaran yang ingin dicapai dalam pemberantasan buta aksara. Hingga akhir 2004 minimal ada pengurangan 50 persen penduduk buta aksara usia 10-44 tahun. Mengacu Konvensi Dakkar 1998, tahun 2015 pemerintah mencanangkan bebas buta aksara pada kelompok penduduk itu. Untuk itu, pemerintah menetapkan kebijakan menurunkan persentase penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas dari 10,2 persen tahun 2004 menjadi sembilan persen tahun 2005, dan tahun 2009 dapat mencapai lima persen dari jumlah penduduk pada kohor yang sama. Kondisi ini diharapkan terus mengalami peningkatan hingga dinyatakan bebas tahun 2025. Target Konvensi Dakkar pada tahun 2015, minimal 50 persen penduduk harus melek aksara. Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Desember 2004 mencanangkan percepatan program melek aksara. Target barunya, tahun 2009, sekitar 95 persen penduduk sudah melek aksara. Artinya, posisi HDI Indonesia bisa mencapai peringkat 91, dari sebelumnya 111 (tahun 2004). Jika skenario target Dakkar 2015 diikuti, tiap tahun harus "menghabiskan" buta aksara sekitar 500.000. Sedangkan jika mengikuti pencanangan Presiden SBY, tiap tahun ada sekitar 1,5 juta penduduk harus dimerdekakan dari buta aksara. Padahal, kemampuan pemerintah paling banyak hanya 200.000 orang. Perlu dicatat, angka melek aksara menyumbangkan dua pertiga bagian dalam penentuan HDI, sedangkan sepertiga sisanya adalah rata-rata lama masa pendidikan (years of schooling) penduduk, selain komponen HDI lainnya, yaitu kesehatan dan ekonomi. Jadi, pemberantasan buta aksara punya nilai strategis secara ekonomi, sosial, maupun politik, termasuk citra bangsa di dunia internasional. Pemerintah perlu mengajak semua komponen masyarakat mempercepat penumpasan buta aksara dengan memberi kesempatan kepada siapa saja, menyelenggarakan gerakan pemelekan aksara. Jika perlu, pemerintah memberikan block grant kepada organisasi-organisasi sosial, kelurahan/desa yang siap memerangi buta aksara. Pemberian block grant dapat melibatkan ormas yang memiliki jaringan, seperti PKK, Kowani, Muslimat NU, Aisyiyah, dan organisasi keagamaan lain. Amat mungkin perguruan tinggi dan sekolah menengah berpartisipasi dalam menumpas buta aksara. Katakanlah dalam konteks mata pelajaran kewarganegaraan tiap siswa atau mahasiswa diwajibkan memelek-aksarakan lima atau 10 orang di sekitar tempat tinggalnya. Jika seorang mahasiswa membantu lima orang buta aksara, berarti ratusan ribu orang akan segera melek aksara setiap tahun. Tentu siswa atau mahasiswa yang terlibat patut mendapat nilai/kredit dari sekolahnya. Jika hal itu terwujud, bisa menjadi gerakan perang dahsyat melawan buta aksara. Dengan cara seperti ini, mudah-mudahan apa yang pernah diungkapkan Ki Hadjar Dewantara bisa diwujudkan dalam waktu tidak terlalu lama. Dodi Nandika Sekjen Depdiknas [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **