[nasional_list] [ppiindia] Perang Total Melawan Buta Aksara

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 25 Jan 2006 01:14:35 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Refleksi: MasyaAlloh!! Sudah 60 tahun 
merdeka masih saja ada buta aksara yang jumlahnya tidak sedikit.  Mengapa bisa 
begini? Kesalahan siapa sehingga rakyat dibutahurufkan? Untuk apa 
dibutahurufkan? Supaya tidak cerewet dan mudah ditipu oleh penguasa dan 
petinggi negara baik sipil maupun militer?
 
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/25/opini/2374528.htm

 
Perang Total Melawan Buta Aksara 


Dodi Nandika

Sebelum bangsa ini berdiri kokoh, Ki Hadjar Dewantara tahun 1936 telah mengajak 
masyarakat melakukan mobilisasi intelektual memberantas buta aksara. Caranya, 
dengan mengimbau semua orang yang bisa baca-tulis mengajarkan ilmunya kepada 
saudara di sekitarnya.

Selain itu, ia juga mengajak setiap orang yang memiliki rumah merelakan tempat 
tinggalnya menjadi tempat belajar baca-tulis. Mengapa Ki Hadjar Dewantara 
begitu gandrung memberantas buta aksara? Karena, sebelum kemerdekaan hanya tiga 
persen penduduk Indonesia yang berkesempatan bersekolah. Tidak heran jika saat 
negeri ini memproklamasikan kemerdekaannya, 90 persen penduduknya buta aksara.

Kenyataan itu berlangsung hingga kini. Menurut Susenas 2005, sekitar 14,6 juta 
orang atau 9,55 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas belum melek aksara. 
Mereka akan kesulitan mengikuti kemajuan peradaban. Ini tantangan besar bangsa.

Karena itu, tampaknya masalah buta aksara tidak bisa dihadapi dengan cara 
konvensional. Ibarat peperangan melawan terorisme, penumpasan buta aksara harus 
dihadapi dengan melibatkan masyarakat, harus total football. Pasalnya, selama 
ini pemberantasan buta aksara dianggap kegiatan "sampingan".

Lalu, di mana orang-orang terpelajar yang diimbau Ki Hadjar Dewantara itu? Di 
mana semangat kebangsaan untuk membangunkan saudara sebangsanya dari 
kebutaaksaraan?

Sebenarnya upaya pemberantasan buta aksara di Indonesia mempunyai sejarah 
panjang. Sejak awal kemerdekaan, pemerintah menyadari dan dengan berbagai upaya 
terus melaksanakan pemberantasan buta aksara. Ketika itu sudah ada kesadaran, 
buta aksara terkait erat de- ngan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan 
ketidakberdayaan.

Hasilnya, menurut Sensus Penduduk 1971, penduduk buta aksara usia 10 tahun ke 
atas tinggal 39 persen, tahun 1980 tinggal 28 persen, tahun 1990 tinggal 21 
persen, dan tahun 2000 tinggal 10 persen.

Masih adanya penduduk buta aksara disinyalir memberi kontribusi terhadap kurang 
suksesnya program wajib belajar. Pasalnya, orang tua yang buta aksara memiliki 
kecenderungan tidak menyekolahkan anaknya. Kalaupun sekolah, mereka banyak yang 
mengulang kelas bahkan putus sekolah, yang berpotensi besar untuk kembali 
membuat anak buta aksara. Apalagi, jika anak- anak itu lalu tidak mendapat 
layanan pendidikan yang baik di sekolah. Suatu "spiral kebodohan" perlu 
dihancurkan.

Selain itu, buta aksara memberi kontribusi terhadap rendahnya HDI (human 
development index, indeks pembangunan manusia) kita. Jika jumlah buta aksara 
tinggi, HDI kita rendah. Padahal, peningkatan melek aksara akan menambah 
kemampuan masyarakat untuk turut dalam pembuatan keputusan-keputusan 
pembangunan.

Karena itu, diperlukan intensifikasi program terobosan pemberantasan buta 
aksara.

Target

Tahun 1999, pemerintah melalui Depdiknas menetapkan sasaran yang ingin dicapai 
dalam pemberantasan buta aksara. Hingga akhir 2004 minimal ada pengurangan 50 
persen penduduk buta aksara usia 10-44 tahun. Mengacu Konvensi Dakkar 1998, 
tahun 2015 pemerintah mencanangkan bebas buta aksara pada kelompok penduduk itu.

Untuk itu, pemerintah menetapkan kebijakan menurunkan persentase penduduk buta 
aksara usia 15 tahun ke atas dari 10,2 persen tahun 2004 menjadi sembilan 
persen tahun 2005, dan tahun 2009 dapat mencapai lima persen dari jumlah 
penduduk pada kohor yang sama. Kondisi ini diharapkan terus mengalami 
peningkatan hingga dinyatakan bebas tahun 2025.

Target Konvensi Dakkar pada tahun 2015, minimal 50 persen penduduk harus melek 
aksara. Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Desember 2004 
mencanangkan percepatan program melek aksara. Target barunya, tahun 2009, 
sekitar 95 persen penduduk sudah melek aksara.

Artinya, posisi HDI Indonesia bisa mencapai peringkat 91, dari sebelumnya 111 
(tahun 2004). Jika skenario target Dakkar 2015 diikuti, tiap tahun harus 
"menghabiskan" buta aksara sekitar 500.000. Sedangkan jika mengikuti 
pencanangan Presiden SBY, tiap tahun ada sekitar 1,5 juta penduduk harus 
dimerdekakan dari buta aksara. Padahal, kemampuan pemerintah paling banyak 
hanya 200.000 orang.

Perlu dicatat, angka melek aksara menyumbangkan dua pertiga bagian dalam 
penentuan HDI, sedangkan sepertiga sisanya adalah rata-rata lama masa 
pendidikan (years of schooling) penduduk, selain komponen HDI lainnya, yaitu 
kesehatan dan ekonomi. Jadi, pemberantasan buta aksara punya nilai strategis 
secara ekonomi, sosial, maupun politik, termasuk citra bangsa di dunia 
internasional.

Pemerintah perlu mengajak semua komponen masyarakat mempercepat penumpasan buta 
aksara dengan memberi kesempatan kepada siapa saja, menyelenggarakan gerakan 
pemelekan aksara. Jika perlu, pemerintah memberikan block grant kepada 
organisasi-organisasi sosial, kelurahan/desa yang siap memerangi buta aksara.

Pemberian block grant dapat melibatkan ormas yang memiliki jaringan, seperti 
PKK, Kowani, Muslimat NU, Aisyiyah, dan organisasi keagamaan lain. Amat mungkin 
perguruan tinggi dan sekolah menengah berpartisipasi dalam menumpas buta aksara.

Katakanlah dalam konteks mata pelajaran kewarganegaraan tiap siswa atau 
mahasiswa diwajibkan memelek-aksarakan lima atau 10 orang di sekitar tempat 
tinggalnya. Jika seorang mahasiswa membantu lima orang buta aksara, berarti 
ratusan ribu orang akan segera melek aksara setiap tahun. Tentu siswa atau 
mahasiswa yang terlibat patut mendapat nilai/kredit dari sekolahnya. Jika hal 
itu terwujud, bisa menjadi gerakan perang dahsyat melawan buta aksara.

Dengan cara seperti ini, mudah-mudahan apa yang pernah diungkapkan Ki Hadjar 
Dewantara bisa diwujudkan dalam waktu tidak terlalu lama.

Dodi Nandika 
Sekjen Depdiknas


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Perang Total Melawan Buta Aksara