** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-338%7CX Selasa, 29 Maret 2005 Pendidikan Seks Masih Menjadi Materi Sampingan Jurnalis Kontributor: Latifah Jurnalperempuan.com-Yogyakarta. ?Saya mendukung pendidikan seks menjadi pelajaran tersendiri, tidak hanya menjadi bagian dari pelajaran lain seperti biologi dan agama sehingga pengetahuan yang didapat hanya setengah-setengah. Saya ingin pendidikan seks punya porsi tersendiri seperti pelajaran-pelajaran lainnya,? ujar Vida Rini dari SMA Negeri 9 Yogyakarta, salah satu pembicara dalam Seminar Mengemas Pendidikan Seks di Sekolah. Seminar ini diselenggarakan oleh PKBI DIY pada Senin (28/3) di Aula Utama Balai Kota, Kantor Walikota Yogyakarta. Selain Vida Rini, hadir pula sebagai pembicara yaitu Budi Wahyuni, praktisi kesehatan reproduksi, Hery Zuhdianto, Walikota Yogyakarta, Darno, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yogyakarta, dan Dyah Suminar, pembicara yang mewakili perspektif orang tua siswa. Pendapat Vida tersebut muncul berdasarkan atas pengalaman dan pengamatannya mengenai seksualitas remaja. ?Saya mulai merasa membutuhkan info saat mendapat haid pertama, tapi orang tua saya hanya memberitahu kasarannya saja. ?Jangan begini, jangan begitu, nanti kamu hamil,? cerita Vida. Menurut Vida, rata-rata guru dan orang tua masih malu-malu membicarakan soal seks, ?Padahal kita penuh tanda tanya besar,? ujarnya. Vida merasa dari keluarganya ia tidak mendapatkan pendidikan seks. Informasi mengenai seks justru banyak didapatnya dari PKBI. Vida melihat banyak mitos-mitos seputar seks yang beredar di antara teman-temannya ?karena mereka tidak mendapat info dari ahlinya, praktisi,? katanya, ?ketidaktahuan membuat remaja coba-coba hingga akibatnya fatal.? Oleh karena itu, Vida sekali lagi menegaskan keinginannya, ?Saya pengennya, ada pelajaran tersendiri khusus (pendidikan seks), yang membuat kita dapat sharing, bertanya pada ahlinya. Juga kalau bisa suasananya tidak terlalu formal.? PKBI sendiri telah lama memperjuangkan pendidikan seks agar dapat diberikan di sekolah. Pada 1987, PKBI menawarkan paket Ceramah Sehari Kesehatan Reproduksi di SMA-SMA di Kota Yogyakarta. Namun, tanggapannya belum memuaskan. Hanya ada 2 SMA yang semua siswanya putri saja yang bersedia menjalin kerja sama dengan PKBI hingga sepuluh tahun ini. PKBI juga pernah mendapat bantuan dari Pemda melalui BKLH untuk penyuluhan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah pada 1995. Dua tahun berikutnya, PKBI membuat Peer Educator untuk di SMA-SMA dengan tujuan mendekatkan materi kesehatan reproduksi tersebut di sekolah. Namun, tanggapan pihak sekolah masih kurang memuaskan. Hingga kini PKBI hanya mendampingi enam SMA di Yogyakarta. Agenda PKBI mendatang adalah pelatihan agi guru dan orang tua mengenai kesehatan reproduksi dan workshop kurikulum pendidikan seks. Budi Wahyuni melihat bahwa tidak sedikit sekolah yang sudah merintis pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas di sekolah. Namun, pendekatan yang digunakan masih menggambarkan bahwa materi tersebut masih dianggap sebagai materi sampingan. Misalnya, materi diberikan saat orientasi siswa baru atau menunggu produk-produk tertentu melakukan promosi di sekolah. Padahal, sasaran promosi hanya terbatas pada sekolah-sekolah terkenal yang dianggap potensial sebagai konsumen. Di samping itu, informasi yang diberikan pun tidak lengkap karena keterbatasan waktu dan forum yang relatif terbuka. Pemberian materi itu sebagai ekstra kurikuler pun mengakibatkan siswa yang hadir hanya perwakilan kelas saja. Kebanyakan sekolah sudah merasa memberikan materi itu melalui berbagai mata pelajaran seperti biologi, agama, dan olahraga. Karena materi itu tidak diberikan secara lengkap atau sepotong-sepotong, informasi yang diterima pun tidak runtut atau tidak lengkap. ?Sehingga pemaknaan apa itu organ reproduksi, di mana letaknya, mengapa penting untuk dijaga, kapan berfungsi, dan bagaimana akibatnya jika salah dalam penggunaannya tidak dapat tersampaikan secara baik dan benar, ? ujar Budi. Oleh karena itu, saat ini yang perlu dipermasalahkan bukan lagi penting atau tidaknya pendidikan seks, tetapi bagaimana mengemas pendidikan seks di sekolah. Selain menuntut agar pendidikan seks ?tidak dititip-titipkan? atau diselipkan di berbagai mata pelajaran, Budi juga menekankan agar pendidikan disampaikan secara runtut, mengacu pada modul, dan tidak disertai dengan nada ancaman. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana menyiapkan mental calon pemateri. Budi juga menyampaikan catatan penting dari diskusi dalam peringatan Youth Day bahwa memberikan informasi kesehatan reproduksi pada siswa SMP dan SMA sudah dianggap terlambat. Pengalaman menunjukkan bahwa menstruasi dapat terjadi pada usia 9 tahun maka informasi kesehatan reproduksi idealnya dierikan pada siswa SD atau sedini mungkin. Berkaitan dengan tuntutannya itu, Budi mempertanyakan, apakah di era sekolah berbasis kompetensi, para pengambil kebijakan (kepala sekolah dan komite sekolah) tidak mungkin mengemas pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual di sekolah, sehingga penyampaian materi bisa disampaikan secara runtut dan lengkap, baik dan benar. Menanggapi tuntutan pendidikan seks diberikan sedini mungkin, Darno mengatakan, ?Yang paling memungkinkan di SMP itu diberikan di kelas 9 (kelas 1 SMP).? Darno juga berpendapat bahwa harapan untuk menjadikan pendidikan seks sebagai mata pelajaran tersendiri masih sulit terealisasi. Ia mengatakan, ?Dengan kondisi sekarang masih sulit untuk mata pelajaran monolitik, sekarang berlaku kurikulum 2004.? Dalam kurikulum 2004 setiap mata pelajaran saling terintegrasi. Dengan demikian, menurutnya, ?Solusi yang paling real dengan kondisi sekarang, bagaimana kita memahamkan, bagaimana memberi materi pada guru-guru terkait.? * ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **