[nasional_list] [ppiindia] Misteri Dunia Maya

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: "Kolektif \(i\)nfo Coup d'etat 65" <kolic65@xxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 19 Oct 2006 07:40:35 -0700 (PDT)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Misteri Dunia Maya  
 
Di suatu hari yang cerah aku bersama temanku bernama Silvia berjalan memasuki 
pintu gerbang taman di pusat kota Amsterdam, yang kebetulan tidak jauh dari 
tempat tinggal kami. Taman tersebut memang dikenal sebagai tempat sahaja buat 
kebanyakan penghuni lokal maupun untuk para pengunjung turis asing. Terutama di 
waktu musim panas, suasana taman tercermin lebih meriah karena juga ada podium 
terbuka buat menikmati hiburan acara musik dan pertunjukan teater gratis. Tapi 
kali ini kunjungan weekend kami kuanggap spesial karena saát musim gugur taman 
yang dinamai  'Vondelpark' itu kuanggap suasananya lebih tenang dan nyaman. 
Sehingga buat kami sangat menyenangkan berkesempatan berjalan-jalan di antara 
perlindungan pohon-pohon besar,  yang usianya relatif sudah ratusan tahun. Juga 
serasa nikmat dan nyaman menghirup udara segar dicampur dengan bau harumnya 
aroma dedaunan pohon yang berjatuhan serta menyatu dengan tanah.    
  Seusainya kami berjalan-jalan, lalu kami memasuki kafé bernama ?Blauwe Lucht? 
(Langit Biru), yang tempatnya juga di sekitar lokasi taman. Sesampainya di kafé 
kami memilih tempat duduk di teras balkon tingkat satu, maksudnya supaya bisa 
duduk santai sambil menikmati kehangatan dari pancaran matahari. Memang saát 
itu temperatur udaranya sudah agak dingin sekitar 20 derajat. Sebenarnya di 
setiap waktu musim semi, buatku duduk di tempat favorit ini kuanggap lebih 
indah dan cantik untuk memandang keindahan panorama danau, yang dihiasi 
tumbuhnya bunga-bunga bermekaran disepanjang pinggiran danau. Juga, selalu 
memberi kesan nikmat mendengarkan selingan macam-macam suara ceria sendagurau 
para burung-burung.  Seakan-akan suara-suara para burung diantara ranting dahan 
pohon-pohon turut serta meramaikan suasana di kafe. Biasanya, aku lebih senang 
membiarkan diriku hanyut dalam nikmat sendaguraunya para burung maupun jenis 
burung lainnya. Biarpun aku tidak pernah peduli untuk
 mengetahui  nama dan jumlah jenis burungnya. Telah menjadi kesenanganku pula 
mendengarkan bunyi-bunyi suara merdu, yang terdengar saling bersautan antar 
burung-burung tersebut. Keindahan suara celotehnya yang ceria dan merdu itu 
ternyata sudah menjadi candu buatku. Tentu suara bermacam-macam burung itu 
tidak pernah kumengerti maksudnya. 
   
  Kesenanganku lainnya, iaitu memperhatikan bebek-bebek yang sedang bersahaja 
saling bersenda gurau disekitar danau. Kadangkala aku merasakan kecemburuanku 
melihat kehidupan para binatang ini, yang nyatanya bisa mendapatkan kesempatan 
hidup berbahagia dan nyaman dalam menikmati kebebasannya, yang kuanggap tidak 
berbatas. Yang kuherankan, begitu terbiasanya mereka saling bercumbu rayu 
memadu kasih di tempat umum,  sepertinya mereka tidak peduli lagi dengan 
masyarakat lingkungan di sekitar danau maupun di lingkungan kafé. Apalagi 
bilamana di musim semi, suasana romantis sungguh berpengaruh buat para binatang 
itu, yang sepertinya mengerti makna hidupnya sendiri dalam menikmati prinsip 
moral kebebasannya. Bebas merdeka dengan citra erotis dan exotisnya di tempat 
favoritnya. Terkadang aku berpikir pada jiwa romantisnya kaum insani juga, yang 
tentunya memiliki pula cita rasa dan citra moral kebebasan seperti para 
binatang itu, tapi toh...nyatanya banyak halangan-halangan tradisi
 hidup tertentu yang memenjarakannya. 
  ?Rupanya kau lagi happy yah? koq senyum-senyum tak menentu sendirian! Apa 
karena kau lagi asyik menikmati dunia mayamu itu yah?? tanya temanku Silvia 
yang tiba-tiba membangunkanku dari alam lamunanku dalam nikmat kebahagiaan 
binatang-bintang itu.  
?oooh...d u n i a m a y a??  tanyaku lagi sembari menoleh kearah temanku yang 
sedang tersenyum ria. Padahal dalam benaku masih terlintas suasana nyaman alam 
kesadaran lingkungan pada romantisme para burung dan bebek-bebek itu. 
Sebenarnya aku masih belum merelakan diriku untuk melepaskan keasyikanku 
menikmati suasana sendagurau para binatang itu. 
?Bukankah kau terakhir ini menyibukan diri dalam dunia mayamu?? tanya temanku 
lagi sambil menggeser kursinya kearah ku. Lalu aku melemparkan senyum kearah 
temanku namun kurasakan senyumanku kali ini mengandung makna ironis dan absurd. 
Karena rupanya dia sudah menganggap aku ini menjadi orang yang suka berkhayal 
dalam dunia maya yang diartikan hidup dalam masyarakat khayalan belaka?  
 ?ya..ya... dunia maya yang maksudmu dunia dalam angan-angan itu? Apakah 
maksudmu alam dalam khayalan? Atau apa ada lainnya yang kau maksudkan??  
?Bukankah kau sendiri pernah cerita ke aku bahwa setelah kau berlangganan adsl 
menjadikan kau lebih gampang mengakses internet?  Lalu bagaimana kelanjutannya 
mengunjungi dunia maya mu itu?? Tanyanya sambil memancarkan matanya yang penuh 
perhatian. ?Apakah di alam dunia mayamu juga bisa menikmati suasana alam taman 
seperti sekarang ini yang sedang kita nikmati??  
 ?Ooh maksudmu milisgroups? Jawabku singkat sambil memandang kearah panorama 
danau. Kemudian aku menggeser kursiku kearah temanku maksudnya supaya aku 
duduknya bisa lebih dekat dengan temanku itu. Lagi pula  aku pun baru 
menyadarinya kembali bahwa lama kami tidak bertemu. Dan kesempatan inilah 
keinginan kami duduk di kafé, yang sebenarnya memang untuk santai sambil 
berbincang menukar informasi pengalaman. Terekam kembali ingatanku pada periode 
awal pengenalanku dengan Silvia ini. Ternyata proses pertemanan kami tak 
dirasakan sudah berusia hampir seperempat abad lamanya. Memang sejak awal 
temanku ini memiliki interes kehidupannya berbeda dengan lingkungan perkawanan 
keseharianku sejak di jaman kuliah. Bahkan temanku sudah lebih dulu hidup 
berkeluarga serta telah dikaruniai dua putra. Dan uniknya dia suka bekerja di 
sektor elektronik atau bekerja di sektor yang berkaitan dengan semacam 
informasi tehnologi komunikasi. Kehidupan rutin keseharian temanku ini juga 
lain, yang
 kuanggap dia lebih pandai dan sigap mengatur waktu hidupnya antar kombinasi 
sebagai pekerja profesional dan mengurus anak serta mengatur kehidupan 
rumahtangganya. Jadi aku tahu persis bahwa temanku ini tidak pernah punya 
interes dengan ilmu khayalan. Mungkin pula lantaran latar belakang kehidupannya 
sejak kecil di Indonesia selalu runyam dan sengsara. Padahal dia dilahirkan 
sebagai anak tunggal tapi selama hidupnya di tanah air, dia tidak pernah 
mengenal sosok ayahnya. Dan, baru kemudian kuketahui bahwa sebenarnya ayahnya 
di jaman pemerintahan Soekarno mendapat beasiswa belajar ke luar negeri 
sedangkan ketika itu temanku masih berusia 5 bulan dalam perut ibunya. Tapi 
ketika terjadi peristiwa Tragedi Berdarah 1965/66 ayahnya ternyata tidak bisa 
kembali ke Indonesia karena paspornya di cabut serta diancam akan di tangkap 
atau dibunuh oleh rejim Soeharto. Jadi temanku ini tidak sudi pula memahami 
kehidupan dunia spiritualisme lantaran dianggapnya tidak mampu menyelesaikan
 persoalan kehidupan keduniawian. Apalagi buat temanku ini yang akhirnya dia 
bisa berhasil bertemu kembali dengan ayahnya di pengasingan. Namun dia pun 
menyadarinya pula bahwa perjuangan dirinya untuk nasib baiknya itu belum tentu 
bisa dinikmati oleh anggota keluarga lainnya, yang nyatanya sebagaian dari 
anggota keluarganya hilang atau dihilangkan pula tanpa kabar berita dalam 
peristiwa berdarah setelah terjadi GESTOK ?65. 
 "Ya betul, aku masih ingat tentang ceritamu berkenalan dengan figur-figur 
penulis di berbagai milis group itu.?  Jawab temanku antusias untuk memancing 
obrolan. 
?Oooh...maksudmu tentang milisgroup yang ketika itu baru berdiri? 
Ya..betul...di situ memang bisa mengikuti bermacam-macam kreasi eksperimen, 
yang tertuang dalam karya tulisan ekspresi diri dari beberapa penulis. Selain 
karya puisi, cerpen dan esei ada pula karya curhatnya. Juga ada opini maupun 
informasinya yang cukup lumayan. Tentu aku tidak semuanya mengenal latar 
belakang para penulisnya di kehidupan alam nyata.?
? Jadi kau sudah mulai terbawa hanyut dalam alam kreasi karya tulisan beberapa 
anggota milisgroup itu??
?Tentu ada beberapa karya tulisannya sudah kukenal sejak masa pemerintahan 
rejim Soeharto. Tapi setelah ?Soeharto Ngelencer? di tahun 1998 ternyata banyak 
dari penulisnya menjadi berani merubah namanya ke nama asli tanpa mengubah visi 
dan misi karyanya yang kuanggap masih tetap kritis dan bermutu. Tapi masih ada 
pula pendapatnya yang mencerminkan pada keberpihakan isu-isu politik-ideologi 
kepentingan warisan kekuasaan Orde Baru?.  
?Oooh...mengenai penggunaan nama palsu dalam dunia maya, bukankah sudah 
dianggap biasa dan wajar?? 
?ya...tentu saja sudah dianggap wajar dan bahkan sudah membudaya. Ada pula yang 
menggunakan nama sampai lebih dari 10 nama palsu hanya dengan maksud untuk 
melecehkan anggota milis lainnya, atau maksudnya buat menyakitkan perasaan 
orang lain. Sebenarnya akupun tidak peduli dengan alasan-alasannya memakai nama 
palsu, asalkan karya tulisan mereka itu mampu menginspirasikan wawasan 
pemikiran baru buat proses pencerahan dan perubahan di Indonesia.? 
? Kemarin ini aku sempat lihat di data informasi CIA bahwa jumlah pengguna 
internet di Indonesia 19 juta orang, padahal untuk mengakses ke internet buat 
ukuran masyarakat di Indonesia masih merupakan hal ?kemewahan? biarpun 
dimana-mana ada warnet? ? tanya temanku lagi yang masih belum mengerti dan 
ingin tahu penjelasan dariku.
?Tentu saja tapi bukan berarti peranan dunia maya tidak memiliki fungsi ganda. 
Maksudku ada yang memanfaatkannya misalnya untuk mengembangkan hobby menulis. 
Tapi memang ada pula yang secara sadar punya tujuan lain tapi sampai saát ini 
aku tidak pernah tahu dasar motivasinya.?
 
Suasana menjadi tenang kembali dan kami masing-masing masih duduk nyantai serta 
larut dalam keheningan. Aku menoleh sejenak ke arah temanku dan dari pancaran 
matanya kelihatannya masih ada rasa ingin tahu lebih banyak tentang cerita 
pengalamanku sebagai salah satu anggota milisgroups. Lalu kulihat Silvia 
mengalihkan pandangannya ke arah sekitar teras kafe, yang ternyata para 
pengunjungnya tinggal kami berdua bersama tiga orang lainnya.
 ?Ada kenalanku yang pernah cerita padaku bahwa dia menganggap masyarakat maya 
itu bisa menciptakan suatu kehidupan tersendiri. Dia menceritakan pengalamannya 
bahwa dia bisa menikmati suasana keunikannya buat mendekatkan dirinya pada 
keinginan penyaluran angan-angannya. 
?Maksudmu angan-angan apa? 
? yah.. angan-angan keinginan khayalannya yang bisa di refleksikan secara bebas 
tanpa batasan. Rupanya dia itu menjadi pencandu penikmat hidup dalam dunia 
mayanya. Karena bagian dari  ?kebebasan? yang diyakininya, yang tidak dapat di 
ekspresikan di alam dunia nyata seolah-olah bisa dilakukannya di alam dunia 
maya.? 
?Ooo...itu maksudmu sudah semakin banyak orang menggunakan sarana fasilitas 
internet. Ya...tentu saja, bukankah sarana internet sudah dianggap lebih mudah 
dan praktis buat menyalurkan keinginan seleranya? Akupun tidak akan menyangkal 
bilamana ada seseorang yang punya hobby menulis pada akhirnya dia bisa 
mendapatkan pengakuan sebagai penulis di publik figur dalam dunia maya maupun 
di dunia nyata. Bukankah pengakuan dari prestasi karya tulisannya di alam dunia 
maya bisa dianggap menjadi selaras serta sesuai dengan keinginan dan 
kepentingan ambisinya sebagai penulis figur publik di alam dunia nyata??  
? Ya...itulah tapi maksudku lain lho! Ok..lah, apa maksudmu sebagai penulis 
yang dilakukannya via dunia maya itu bisa diakui pula sebagai tambahan daftar 
cv karya tulisan di dunia nyata??  tanya temanku lagi yang masih belum paham 
dengan maksud uraianku.
?Kenapa tidak kalau karya tulisannya disenangi oleh banyak orang? Bukankah 
tujuan dari hobbynya sebagai penulis tidak bertentangan dengan karier fungsi 
kerja yang di inginkannya? Kau pun pernah cerita ke aku tentang pengalaman 
teman kerjamu itu bahwa sarana fasilitas yang ada di internet juga memiliki 
fungsi multi-dimensional. Kau sendiri mengakuinya bahwa dunia internet itu 
banyak gunanya buat umat manusia yang menginginkan untuk menambah wawasan baru. 
Bukankah keinginanya sebagai penulis terkenal bisa dijadikan wacana multi 
fungsional pula buat usaha prestasi baru mereka??  
?Ya betul....tapi bukan berarti tidak ada kebahayaannya lho?  Kan kau tau bahwa 
pengertian dan pemahaman kode etik ?kebebasan? akhirnya menjadi tidak berbatas 
dalam moral kehidupan masyarakat maya. Bukankah kau sendiri sudah tahu bahwa 
setiap orang tidak bisa berbuat semaunya di kehidupan darat??.
 ?Jadi maksudmu misalnya berselingkuh melalui chatten ataupun cara lainnya yang 
sehubungan dengan penyaluran nafsu birahi sudah menjadi hal yang biasa pula 
bagi penganut para pemain dunia maya??  tanyaku penasaran sambil tetap 
memandang asyik ke arah bebek-bebek di danau yang sedang sibuk dengan 
kesahajaan sendiri.  
Untuk kesekian kalinya aku menoleh dan memandang kearah temanku itu. Namun 
kelihatannya temanku itu masih asyiknya duduk santai sambil pula memandang ke 
arah danau. Mungkin juga dia sudah enggan untuk mengobrol denganku. 
 
Suasana wekeend di kafé terasa mulai agak sepi, yang tersisa hanyalah suara 
keramaian celoteh para burung, yang menandakan sesaát lagi matahari mulai 
terbenam. Suasana seperti inilah yang selalu kurindukan kalau aku sedang berada 
di tanah air. Seketika kurasakan hembusan udara dingin sudah mulai masuk 
menyentuh badanku melalui sela-sela pakaian yang kupakai. Padahal hawa panas 
dari pemanas gas tabung di teras sekitar tempat duduk kami masih tetap 
memancarkan bara apinya. Sejenak ku ingat kembali rekaman cerita temankerjaku 
yang sudah menjadi pecandu dunia maya.  Di lingkungan kerjanya dia selalu 
dikenal sebagai figur pekerja keras dan sangat tekun dalam melakukan 
pekerjaannya. Dia dikenal pula sebagai orang yang pendiam tapi terkadang 
menunjukan senyum keramahannya ke para teman sekerjanya. Juga dari 
penampilannya terkesan bagaikan seorang perempuan alim ulama karena berasal 
dari keluarga muslim. Kalau dilihat dari latar belakang keluarganya memang 
sangat dipengaruhi dari
 budaya Arab walaupun dirinya menganggap berasal dari bangsa Barber di Maroko. 
Namun pada umumnya bergaul di lingkungan kerjanya, teman kerjaku ini selalu 
menunjukan sikap menjarak terhadap para personel lainnya. Penampilan 
berpakaiannya pun kuanggap sopan dan sikapnya pun sangat santun untuk supaya 
tidak menarik perhatian kaum lawan jenisnya. Padahal model pakaian yang 
dikenakannya tidak pernah ketinggalan jaman. Biarpun model pakaiannya selalu 
terlihat membalut badannya yang ramping dan  berisi itu. 
   
  Suatu kali aku pernah diundang berkunjung kerumahnya dan ternyata dirumahnya 
dia tidak memakai kerudung kepala. Rambutnya yang ikal dan hitam begitu indah 
terurai panjang sampai dibawah bahu.  Wajah kecantikannya menjadi lebih lengkap 
dengan hiasan pupurannya di bibir, alis dan bulu matanya. Sehingga ekspresi 
pancaran matanya  yang besar dan tajam terlihat punya daya tariknya tersendiri. 
Lantas aku dibawa keruangan kamar berukuran 4 kali 5 meter, yang lengkap dengan 
tata ruangan interiurnya yang indah. Disitu juga ada komputer dan alat-alat 
pendukung webcamesnya. Dengan tenangnya dia bercerita ke aku bahwa nama 
palsunya telah menjadi nama favorit buat menyalurkan fantasi memainkan 
peranannya sebagai figur idaman kaum laki-laki di internet seks. Ketika itu aku 
masih belum tahu banyak tentang kehidupan dunia maya, yang disebut juga sebagai 
masyarakat informasi global. Rupanya begitu mudahnya menggunakan nama palsu 
dalam dunia maya. Dan nyatanya dunia internet buat temanku
 ini adalah cara halal, yang dianggap serba mudah dan gampangnya buat 
merealisasi keinginan menyalurkan kepuasan birahinya melalui dunia internet. 
Pernah aku menanyakannya tentang penggunaan nama palsu di alam dunia maya, yang 
menurut temankejaku itu berguna buat melindungi dirinya. Juga menurutnya 
berguna buat merealisasi keinginan dirinya.  Padahal setahuku ?tujuan? membuat 
nama palsu saja, dasarnya hanya satu, iaitu  melakukan penipuan. Apalagi kalau 
tujuan penipuannya dikaitkan dengan kasus keserakahan dan kebengisan terhadap 
kepentingan antar sesama umat manusia.  Lantas siapa yang harus mempertanggung 
jawabkannya bahwasanya jenis penipuannya itu sudah menjadi bagian budayanya 
pula karena bisa dilakukan secara terang terangan serta telah diterima oleh 
masyarakat umum. 
?Eeeeh....lamunanmu sudah nyampe mana nih! Koq aku di gratisin sih?? tanya 
temanku lagi  memancing untuk meneruskan obrolannya.
 ?yaaah.... jadi menurutmu hidup tuh memang selalu ada enaknya dan tidak 
enaknya kan? Dimana saja kita hidup, entah itu dalam dunia nyata ataupun di 
alam dunia maya seperti yang ada di internet itu!? Jawabku cepat sambil menatap 
pancaran matanya yang kurasa Silvia sudah mulai kecewa dengan keasyikanku 
melamun sambil memandang burung-burung yang sedang berlomba mencari tempat 
berteduh di antara ranting peponan.
?Bukankah menurut ceritamu dunia maya menjadi tambah interesan untukmu? Barusan 
kau bilang bahwa kau mengagumi karya atau pendapat opininya dari beberapa 
penulis, walaupun kau tidak mengenalnya di dunia nyata?? 
?Teks itu bicara jadi kalau karya tulisan seseorang sudah digemari oleh 
pembaca, itu berarti karyanya dinilai bagus dan pastinya akan dihargai oleh 
publik pembaca umum?.
?Jadi maksudmu karena karya tulisannya dianggap punya kesamaan kualitas 
standart penulis sastra terkenal di alam dunia nyata? Bukankah akan lebih 
interesan bilamana kita bisa mengenal sosoknya terlebih dahulu serta mengenal 
kehidupan kesehariannya di darat.? Lanjutnya yang sudah mulai semangat untuk 
melanjutkan percakapannya.
? Tentu,  karena kalau tidak sepertinya kita dihadapi oleh sesuatu hal yang 
?misteri?. Karena biasanya seseorang cenderung malu-malu atau merasa takut 
untuk menunjukan sikap dan watak keasliannya di alam dunia nyata. Kau pun 
pernah menguraikan pendapatmu tentang hal prilaku dan etika bergaul dalam dunia 
internet. Menurutku pendapatmu itu mungkin ada  benarnya!?  lanjut celotehku 
yang maksudnya supaya temanku ini merasa terhibur oleh uraian komplimenku itu.
?Memangnya aku pernah cerita apa ke kau? Seingatku aku hanya menyatakan bahwa 
internet adalah hasil kreasi manusia, yang didasari oleh keinginannya dari  
?kebebasan individu? tanpa peduli akan akibatnya buat orang lain. Lagi pula 
menurutku setiap orang hanyalah ingin saling berkompetisi ria, yang tujuannya 
engga jauh-jauh, yaitu untuk mengejar uang, status sosial dan ambisi pribadi. 
Karena dasar kebebasan pilihannyalah yang bisa mampu menjamin kebutuhan 
kebahagiaan dan kepuasan batinnya untuk diri sendiri. Lalu kita-kita ini bisa 
berbuat apa?? 
?Iaitu yang kumaksudkan. Bukankah berarti tawarannya mampu memberi keuntungan 
bagi siapapun?"  Kemudian aku duduk terdiam sambil melihat ke arah alat pemanas 
yang pancaran bara apinya sudah mulai agak redup. Rupanya temanku ini masih 
saja tidak puas dengan maksud perhatianku buat menyenangkan hatinya.
 ?Apa kau tidak menyadarinya bahwa perkembangan dari prinsip ?kebebasan tak 
berbatas? dalam dunia internet itu, ternyata sekaligus berfungsi pula sebagai 
peningkatan fasilitas penawaran kebutuhan konsumsi seks?? 
?Jadi menurutmu atas dasar pemikiran itukah, makanya dunia internet dianggap 
lebih praktis dan mudah untuk bisa meraih peningkatan penawaran kepuasan seks 
konsumen, yang berarti berakibat pula pada peningkatan kasus persoalan 
kejahatan seksual??  
?Itulah yang menjadi dilema, dan ironisnya pihak pemerintahan dimana pun 
belumlah mampu mengontrol intervensi ?kebebasan individu? yang mengarah pada 
tindakan kejahatan tersebut. Lalu bagaimana mereka menangani persoalan 
peningkatan kejahatan seksual pedofil yang tujuannya memperkosa dan menyiksa 
anak-anak kecil itu sampai mati?? Lanjut temanku yang kelihatan raut wajahnya 
mulai murung.
? Oh ya itulah hasilnya dan semakin marak saja penganut pedofil melakukan 
tawaran konsumsi seks anak-anak lewat internet! Apakah kau sudah tahu secara 
statistik tentang korban kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap anak-anak 
dari tindakan para pedofil atau lainnya itu di Europa? Bahkan sering kubaca di 
koran indonesia yang memberitakan kasus kejahatan pedofil bulé di Tanah Air.? 
jawabku cepat supaya temanku itu bisa ceria kembali tapi nyatanya dia tidak 
mereaksinya bahkan tetap duduk memandang kearah danau.
 
Kurasakan suasana santainya sudah menjadi agak tegang dan kupikir 
perbincangannya tak perlulah diteruskan. Aku menoleh kearah Silvia untuk 
kesekian kalinya tapi kali ini kulihat wajah Silvia menjadi pucat dan badannya 
yang ramping dan indah itu mulai kelihatan menggigil kedinginan. Pancaran 
matanya pun yang biasanya jernih dan cemerlang kelihatan sudah mulai layu. Aku 
langsung berdiri serta mengajaknya masuk kedalam ruangan kafé. Dia pun beranjak 
dari tempat duduknya serta ikut berjalan masuk ke ruangan dalam kafé. 
Sesampainya di dalam ruangan kafe kami mengambil tempat duduk dekat jendela 
supaya bisa tetap menikmati pemandangan ke arah danau. Aku masih sempat duduk 
memandang keluar melalui jendela kafé, yang  terlihat cahaya remang-remang 
sorotan pancaran dari bulan purnama, yang menerangi suasana taman di sekitar 
danau. Padahal waktu hampir menunjukan jam setengah delapan malam dan diruangan 
kafe hanya ada kami berdua bersama seorang pelayan yang sedang berdiri di
 belakang bar. Berarti ku pikir sudah waktunya kami berbuka puasa bersama.
 
Sementara itu temanku masih duduk merunduk dan sekali-kali memandangku dengan 
pancaran tajam ke arah ku. Kali ini tatapan matanya terkesan agak aneh dan 
tidak bisa lagi ku pahami maksudnya... Aku mulai khawatir serta mempertanyakan 
diri, apa sebenarnya yang ada dalam benaknya? Jantungku mulai berdetak cepat 
dan rasanya tidak enak. Tak pernah aku merasakan situasi tegang seperti ini 
karena sepanjang pengalaman berkencanku dengan Silvia, hubungannya selalu baik 
dan adem ayem. Seketika, pelayan bar berdiri didepan meja kami lalu aku menoleh 
kearah pelayan tersebut dan langsung memesan dua coklat susu dan erwten soup 
spesial lengkap dengan roti perancisnya. Tak lama kemudian pelayan itu kembali 
ke meja kami dengan membawa pesanannya. Dengan cepat dan dalam tempo sekejap 
temanku menghabiskan soupnya sedangkan aku masih duduk tenang sembari 
perlahan-lahan menikmati rasa soup kesenanganku itu. Seusainya dia memakan 
soupnya lalu dia memulai percakapannya kembali namun nada suara
 yang lembut iramanya masih terdengar datar.
 ?Memang benar kata kau bahwa kehidupan dimana pun akan sama tantangannya, tak 
peduli apakah kau berada di dunia maya atau di dunia nyata. Aku teringat 
kembali pada peristiwa kematian tragis Theo van Gogh?. 
 ?Lho...maksudmu apa kaitannya antar dunia maya dan terbunuhnya Theo van Gogh??
 ?Maksudku setelah kejadian kasus tragedi pembunuhan Theo van Gogh, toh 
akhirnya pihak pemerintah semakin mencurigai umat muslim, yang katanya 
peningkatan radikalismenya ditunjang dari fasilitas sarana internet. Padahal 
pihak rakyatnya mulai menyadarinya bahkan mulai mengakuinya bahwa setiap orang 
memang punya hak ?kebebasan? untuk mengeluarkan pendapat tapi setiap orang 
punya cara dan tanggung jawabnya buat menangani suatu persoalannya sendiri.?
 ?Ooooh...maksudmu karena banyak orang merasa dirinya terancam tapi merasa 
tidak cukup hanya dengan menggunakan cara berkomunikasi ataupun berdebat saja 
di publik umum??
?Ya betul, bukankah masalahnya siapa yang punya kekuasaan dan siapa yang 
mengusai media? Apakah dengan di wajibkannya memiliki batasan etika dalam 
bergaul menjadikan orang minoritas kayak kita ini sudah menjadi puas hidup 
sebagai imigran yang di diskriminasi terus menerus??
?Seharusnya mereka menyadarinya bahwa kenyataannya setiap orang tidak akan 
punya kesensitifan yang sama, biarpun konon katanya masing-masing sudah 
dianggap bisa punya rasa tanggung jawab atas konsekuensi dari perbuatannya 
sendiri?
?Itulah yang kumaksudkan pula, bukankah pada akhirnya kita pun menyaksikan 
peristiwa Kematian Tragisnya si Theo van Gogh ini, yang nyatanya bisa terjadi 
pula di alam masyarakat yang dinilai peradabannya relatif lebih maju dari 
negara dunia ketiga??  Lalu lanjutnya  ?Bukankah kita juga mengalaminya sendiri 
di sekitar lingkungan kita sehari-hari? Bahkan kau sendiri pernah cerita 
mengenai pengalaman temanmu yang orang Eritrea itu. Kau bilang bahwa dia di 
adopsi sejak bayi oleh orang tua Belanda serta diberi nama keluarga orang tua 
angkatnya. Ternyata temanmu itu juga mengalami pengalaman sial ketika sedang 
mencari kerja.?
?Ya betul, ironisnya buat nasib temanku itu lamaran kerjanya langsung di tolak 
hanya karena manajernya akhirnya tahu kalau dia itu bukan orang Belanda bulé. 
Bukankah itu merupakan pengalaman absurd di masa abad ke 21ini??  Jawabku 
sambil menyantap soupku yang kumakan dengan nikmatnya sampai habis tak tersisa 
lagi.  Kemudian aku beranjak dari kursiku, yang maksudnya ingin sekalian 
membayar rekening pesanannya. Tapi pelayan kafenya tiba-tiba sudah berdiri 
didepan meja kami sambil meyodorkan bonnya. Dengan cepatnya temanku lalu 
menyodorkan uangnya ke arah pelayannya. 
 ?Toh, akhirnya kita semakin mengerti serta memahaminya tentang arti 
?kebebasan? itu. Kitapun sudah menyadarinya pula bahwa kasus tragedi kematian 
Theo Van Gogh merupakan kelanjutan dari kasus kematian figur politisi populis 
yang bernama Pim Fortyun, yang dibunuh oleh aktivis lingkungan. Kau pun tahu 
Pim itu selain seorang homofil, juga sebagai aktifis politik bekas anggota 
partai buruh lantas berpindah ke partai liberal VVD kemudian berhasil membangun 
partai sendiri dengan massa pendukungnya berasal dari warisan keturunan 
pendukung rejim fasis Hitler, yang anti orang asing.?
 ?Ya...tentu tidak mengherankan kalau mereka itu bersikap meremehkan golongan 
minoritas di dalam negerinya,  padahal kenyataannya kita-kita ini juga turut 
menyumbang perbaikan ekonomi Belanda, dengan melalui wajib bayar pajak dan 
asuransi yang beragam itu selama puluhan tahun. Bukankah ini adalah fakta juga 
bukti sumbangan kita dari anggota golongan minoritas, yang telah melakukan 
hidup berintegrasi 100% dalam kehidupan masyarakat di Belanda?  Lalu, sampai 
sekarang kenapa jasa kita sebagai penyumbang pembangunan ekonomi dalam negeri 
tidak pernah mendapat pengakuan secara wajar dari pemerintahan Belanda?? 
Rupanya temanku ini kelihatannya menjadi tidak puas dengan pemerintah yang 
semakin bersikap tidak manusiawi dalam menanggapi persoalan-persoalan 
ketegangan sosial. Lalu aku mencoba menetralisir suasana yang sudah mulai agak 
tegang kembali dengan menyatakan bahwa yang namanya pemerintah pasti maunya 
hanya berkuasa dan ingin mempertahankan kekuasaannya tapi kalau rakyatnya
 sudah tidak mendukungnya lagi karena semakin menggantungkan nyawanya pada 
daging, buah2an dan sayuran HALAL yang dijual oleh kaum minoritas, toh pada 
akhirnya pemerintahan itu sendiri terpaksa harus tunduk pada kepentingan 
kebutuhan isi perut rakyatnya. Lalu kami segera meninggalkan ruangan kafe 
berjalan menuju arah rumah kami masing-masing. 
  
Mokum, musim gugur 2006

  La Luta Continua!


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






                
---------------------------------
 All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done 
faster. 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Misteri Dunia Maya