[nasional_list] [ppiindia] IAIN Dikuasasi JIL? - Dr. Daud Rasyid: Diasingkan Karena Bela Prinsip-Prinsip Islam

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, Indonesia Raya <indonesiaraya@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 29 Nov 2005 20:59:43 -0800 (PST)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Assalamu'alaikum wr wb,
Benarkah berita di bawah bahwa IAIN sudah dikuasasi
JIL (Jaringan Islam Liberal) sehingga dosen yang lurus
seperti Dr. Daud Rasyid disingkirkan?

Jika benar, seluruh komponen ummat Islam seperti MUI,
menteri agama, dsb harus berusaha menyingkirkan JIL
dari posisi rektor dan dosen di IAIN agar ajaran Islam
Liberal tidak menyebar luas di masyarakat.

Wassalam

Dr. Daud Rasyid: Diasingkan Karena Bela
Prinsip-Prinsip Islam
18/11/2005 13:34 WIB
eramuslim - Sudah menjadi sunnatulah dalam berdakwah,
setiap da'i yang melawan kebatilan akan mendapat
ujian-ujian maupun fitnah-fitnah. Adalah doktor Daud
Rasyid, jebolan Universitas Kairo, Mesir, yang
dideportasi oleh pihak Institut Agama Islam Negeri
(IAIN, sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta ke
IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Padahal sesuai
dengan permintaan Direktur Program Pascasarjana (PPs)
IAIN Jakarta Prof. Harun Nasution saat itu, Daud
diminta memberi kuliah di kampus yang terletak di
bilangan Ciputat, Tengerang itu.

Melawan Liberalisme di Kampus

"Secara logika tidak pas. Karena menurut rencana
semula, yang mendorong saya untuk menjadi PNS itu
almarhum Prof. Harun. Karena tenaga saya dibutuhkan di
IAIN Jakarta," ujarnya.

Akibat peristiwa ini, Prof. Dr. Harun Nasution, yang
juga dikenal sebagai pembawa dan penyebar aliran
Mu'tazilah ke Indonesia, khususnya di dunia perguruan
tinggi, merasa terkejut dengan peristiwa itu. "Beliau
sendiri bingung dan kaget dengan kejadian itu. Kerjaan
siapa ini?" sambungnya.

Maklum saja. Dalam pandangan Harun, Daud Rasyid adalah
tenaga pengajar "langka" saat itu. Alasannya, IAIN
sangat membutuhkan doktor ahli hadis untuk mengajar di
program pascasarjana. Karena itulah, ketika mendengar
Daud Rasyid pulang ke Indonesia, Harun pun memintanya
mengisi mata kuliah Ilmu Hadis. 

Menurutnya, pembuangan dirinya ke IAIN Bandung
bukanlah hal yang tiba-tiba. Tapi, jauh-jauh hari
sudah didesain oleh petinggi IAIN saat itu. "Ini bukan
tanpa rencana, tapi sengaja," katanya. 

Waktu pun terus berjalan. Selama tiga tahun menjadi
dosen di IAIN Jakarta, selama itu pula ayah tujuh anak
ini mendapat serangan balik dan "teror" dari sejumlah
dosen dan petinggi IAIN yang tak senang dengan
pemikiran dan gerakan Daud Rasyid. "Terutama dari
sarjana lulusan Barat atau AS," paparnya.

Ia menuturkan, keberadaan Daud Rasyid rupanya telah
membuat sebagian alumni Barat/AS gerah dan gundah.
"Program pembaratan mereka di IAIN terganggu dengan
keberadaan saya. Selama mengajar di sana saya melihat
memang terjadi pertarungan pemikiran antara kelompok
Barat, yang meliberalkan pemikiran Islam. Itu saya
hadapi di perkuliahan," terangnya.

Celakanya, ada pihak-pihak yang mengadu-domba antara
Harun Nasution dengan Daud Rasyid. Maksudnya, agar
mantan rektor IAIN Jakarta itu tak simpatik lagi
dengan laki-laki kelahiran Tanjung Balai, Sumatera
Utara ini. Tapi, syukurnya Harun tak terpengaruh
dengan wacana dan ulah nakal itu. 

Namun, di usianya yang semakin uzur, tak lama kemudian
Harun mundur dari jabatan direktur PPs, usaha
mendeportasi Daud Rasyid ke IAIN Bandung terlaksana.
Daud Rasyid menjelaskan, kondisi Harun yang melemah
itulah yang mereka manfaatkan. "Karena sejak Pak Harun
tak lagi memimpin PPs, langkah mereka lebih leluasa.
Sebelumnya mereka sungkan dengan Prof. Harun," ungkap
alumnus IAIN Sumut ini. 

"Mereka kadang mendorong mahasiswa untuk protes ke Pak
Harun. Artinya keberadaan saya tak nyaman bagi mereka.
Ketika Prof. Harun ketemu dengan saya, itu juga
disampaikannya ke saya. Ada sekelompok orang yang
mendatangi dia melaporkan tentang saya. Maka saya
tahu. Saya itu tak akan dibiarkan leluasa menyampaikan
tentang pemikiran Islam yang lurus. Mereka lalu
menunggu titik limitnya ketika Prof. Harun meninggal
dunia," sambung Daud.

Sejak itu, aktivitas mengajar suami dari Iskamaliati
di PPs IAIN Jakarta dipangkas habis. "Satu mata kuliah
pun saya tak diberi," katanya. Selain dihabisi
gerakannya di PPs, ia juga sering dikucilkan. Tapi
bagi Daud, tidak jadi masalah, dakwah membasmi virus
liberalisme dan sekularisme di perguruan tinggi adalah
mulia dan harus dilaksanakan.

Setelah peristiwa ini, sejumlah dosen dan pihak
di-cross- chek. Ada yang mengatakan tak tahu- menahu
masalah itu. Tapi ada juga yang menyebutkan bahwa
pemberhentian paksa dilakukan atas kebijakan rektorat,
yang kala itu dipimpin Azyumardi Azra. 

Mendengar jawaban yang berbeda-beda itu, Daud Rasyid
pun lantas menelusuri "sanad" kasus ini. Selidik punya
selidik rupanya di balik semua rekayasa tak fair itu
adalah rektor sendiri, yakni, Prof. Dr. Azyumardi
Azra, MA. "Ya, dia itu. Dia adalah otaknya, yang ingin
menyingkirkan saya dari IAIN Ciputat," urainya. 

Ia menilai, langkah para liberalis itu adalah sikap
yang tidak jujur. "Mereka tak dewasa. Apa yang mereka
gembar-gemborkan mengenai dialog dan berbeda pendapat,
semuanya itu bohong. Itu cuma di mulut saja. Mereka
itu adalah diktator. Kalau disuruh memimpin negeri
ini, wah kacau negeri ini," jelasnya.

Daud Rasyid mengungkapkan, sebenarnya tak semua
mahasiswanya alergi dengan gagasan yang dibawanya.
Sebab, dari ceramah, diskusi dan ide-idenya itulah
para mahasiswa/i PPs tahu mana pemikiran Islami dan
mana yang bukan. "Ada mahasiswa yang mengatakan,
setelah Pak Daud di sini pemikiran Barat tidak
menghegemoni pemikiran kita," katanya mengutip
pernyataan mahasiswa(i)nya. 

Dengan larangan mengajar di PPs IAIN Jakarta, maka
secara otomatis pula, Daud Rasyid tak bisa mengajar di
program strata satu (S1). Pasalnya, ia harus hijrah ke
IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hijrah ke Bandung

Sebagai orang yang biasa hidup dalam pertarungan
pemikiran, Daud tak pernah takut untuk menghadapi
model pemikiran apapun. Maklum saja, selain fasih
berbicara tentang Islam, dosen PPs Ibnu Khaldun ini
juga mengusai pemikiran Barat. 

Karena itu, ketika ia diasingkan ke IAIN Bandung,
baginya masalah itu adalah hal yang biasa. Ketika awal
masuk IAIN Bandung, sekitar satu tahunan ia masih
diberi kesempatan untuk mengajar di PPs IAIN Bandung. 

Namun setelah, direktur PPs-nya tahu 'bahaya' Daud
Rasyid bagi gelombang dan arus pembaratan di kampus
tersebut, akhirnya ia juga mengalami nasib serupa.
Tapi, kali ini tak separah di Jakarta. "Di sini saya
masih diberi kesempatan mengajar S1. Rektornya
mendukung. Direkturnya saja yang takut dengan
keberadaan saya," ujarnya. 

"Tapi, sambungnya, secara umum kondisinya sama. Mereka
sudah dikuasai oleh pemikiran Barat. Anehnya, mereka
belajar Islam, tapi rata-rata pengetahuan Islam dan
bahasa Arabnya rendah," tambahnya.

Ke Mesir, Taubat dari Pemikiran Liberal-Sekular

Semula, aku Daud, dirinya termasuk mahasiswa yang
gandrung dengan pemikiran tokoh-tokoh
liberalis-sekularis. Sebut saja, misalnya, pemikiran
almarhum Nurcholis Madjid, alias Cak Nur. "Iya, saya
pernah mengagumi pemikiran Cak Nur. Buku-bukunya saya
baca," katanya. 

Dijelaskannya, dirinya sempat menjadi peminat
pemikiran liberalis-sekularis lantaran saat menjadi
mahasiswa Fakultas Syari'ah IAIN Sumatera Utara
(Sumut), Daud adalah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). "Dulu, yang namanya anak HMI pasti membaca
buku-buku Cak Nur," akunya.


Namun, episode ini tak berlangsung lama. Setelah lulus
dari IAIN Sumut, Daud lantas hijrah ke Mesir. Di
negeri Sungai Nil inilah, ia mengalami perubahan
paradigma secara drastis. Melalui kegiatan membaca
karya-karya tokoh-tokoh sekular dan tokoh-tokoh
Islamis Mesir dan dunia Arab, pandangan Daud berbalik
180 derajat. Ia tahu dan sadar benar, ternyata
pandangan hidup dan pemikiran sekular adalah keliru.
Dari situlah Daud Rasyid mengikuti jejak Sayyid Qutb.
Yakni, kritis terhadap pemikiran dan gaya hidup Barat.

"Saya baca buku-buku tokoh sekuler yang menjadi
guru-guru mereka seperti Ali Abdul Raziq, Thaha Husein
dan sebagainya," paparnya. Selain itu, Daud, yang kutu
buku sejak kecil juga melahap karya-karya tokoh-tokoh
Islam seperti Al-Maududi, Sayyid Qutb dan lainnya. Tak
hanya itu, ia juga berdialog langsung dengan tokoh dan
pemikir dari berbagai kalangan di Mesir. 

Cerdas dan Kritis

Banyak orang cerdas, tapi sedikit orang yang kritis
terhadap masalah. Daud Rasyid kecil termasuk anak yang
cerdas. Dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan
tinggi, belajarnya selalu double, alias di dua tempat.
"Kebiasaan ini berlanjut sampai di perguruan tinggi,"
ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumut (USU). 

Menurutnya, belajar di dua tempat bukanlah hal yang
berat. Karena itu, ia menikmatinya. Prestasinya selama
belajar selalu gemilang. "Alhamdulillah saya juara
satu terus," kenangnya. Prestasi membanggakan, juga ia
raih ketika menyelesaiakan program S2 dan S3 di
Universitas Kairo. "Disertasi saya meraih predikat
summa cumlaude," terangnya.

Dituturkannya, ibunyalah yang mendorongnya untuk
belajar tekun dan sungguh-sungguh. Karena itu pula,
sejak usia SD ia sudah terbiasa membaca kitab kuning. 

Inspirasi dari sang bundanya itu, kini ia wariskan
kepada tujuh buah hatinya. Ia bersama istri tecintanya
membiasakan anak-anaknya untuk dekat dengan Al-Qur'an.
Karena itu pula membaca dan menghafal ayat-ayat Allah
itu adalah menjadi kebiasaan keluarga ini. 

Bagaimana hasilnya? sudah bisa ditebak. Putra-putri
Daud Rasyid adalah para penghafal Al-Qur'an. "Sudah
ada yang hafal 30 juz. Tapi baru satu orang, yang
bungsu. Sekarang lagi kelas III Madrasah Aliyah,"
imbuhnya. (dina)
http://www.eramuslim.com/br/pr/5b/21889,1,v.html





Tertarik masalah Ekonomi? Mari bergabung ke milis Ekonomi Nasional
Kirim email ke: ekonomi-nasional-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx


        
                
__________________________________ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: