** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.laksamana.net/read.php?gid=99 September, 30 2005 @ 07:45 am Coup '65: Pembunuhan Atas Demokrasi "Kemenangan dengan memakan korban besar adalah kekalahan dalam bentuk lain". Demikian ucapan M.R Siregar, pengarang buku Tragedi Manusia dan Kemanusiaan di Amsterdam ketika bertemu penulis di tahun 1996. Ucapan itu untuk mengambarkan bagaimana peristiwa Gestok 1965 tidak saja mengkibatkan pembantaian terkejam dalam sejarah Indonesia atas kemanusiaan, tapi lebih dalam lagi, terjadi suatu pembunuhan atas demokrasi. Menjelang 40 tahun peristiwa Gestok, maka selayaknya, kita juga menuntut para pelaku utama yang melakukan 'pembunuhan atas demokrasi' secara berantai, sistematis dan berdarah-darah tersebut untuk dimintai keterangan tentang 'motif' atau 'ideologi' apa, siapa saja yang terlibat, untuk kepentingan siapa, dan siapa sekutu-sekutunya untuk melakukan suatu 'skenario pembunuhan' berantai atas demokrasi. Pembunuhan demokrasi tahun 1965 dapat dilihat sebagai suatu awal dari pembunuhan berantai atas berbagai sendi demokrasi, karena sesudah itu, pembunuhan demokrasi dilegalisir dengan serangkaian undang-undang, kebijakan, peraturan, TAP MPRS serta di institusionalkan dengan berbagai institusi seperti TNI, BIA, Bakin, Bakorstanas, Dwi Fungsi ABRI, pengadilan, kejaksaaan, pemenjaraan, pembunuhan politik dan bahkan kamp kerja paksa di Pulau Buru. Sekarang ini, setelah tujuh tahun transisi demokrasi, semakin terlihat bahwa para pelaku pembunuhan demokrasi di tahun 1965 tersebut sudah tidak lagi secara' fisik' menguasai alat-alat kekuasan politik. Tapi idelogi, gagasan, prilaku dan watak dari pelaku utama tersebut masih hidup dan 'dialih oper' kedalam isi kepala dan praktek para pemegang kekuasan di eksekutif, legislatif dan yudikatif. Praktek dan gagasan yang merupakan revitalisasi para pelaku politk yang dulu membunuh demokrasi di tahun 1965 dapat kita lihat misalnya dari fakta; Kalahnya gugatan para korban 65 di PTUN; Upaya kriminalisasi ideologi dalam rencana revisi KUHP; Penolakan pencabutan Tap MPRS No 25 tahun 1966; dan UU KKR yang ujungya akan memberikan impunitas dan amnesti pada para pelangar Ham kelas berat, dan masih banyak lagi perilaku, kebijakan dan gagasan anti demokrasi yang dipertahankan dengan memanfatkan peristiwa Gestok. Sebetulnya upaya penghancuran PKI hanyalah sasaran antara - sasaran utamanya adalah membunuh demokrasi. Sasaran utama itu sudah terbukti selama 32 kekuasan Soeharto. Sekarang ini tampak jelas terjadi upaya revitalisasi untuk kembali 'membunuh' bayi demokrasi yang baru lahir dengan cara-cara yang 'pseudo-konstitusional'. Revitalisasi dan regenerasi para 'pembunuh demokrasi' di fase transisi demokrasi sudah jelas tujuanya; menjadikan transisi demokrasi menjadi jalan buntu; Membunuh demokrasi dengan mendorong dan membiarkan anarkisme; Membunuh demokrasi dengan jalan membiarkan milisi sipil meneror gagasan pluralisme dan institusi yang mendukungnya'; membunuh demokrsi dengan membiarkan institusi demokrasi menjadi busuk. Tentu saja, kita tidak akan membiarkan demokrasi di negeri ini dibunuh dua kali. Dari proses revitalisasi kekuatan 'anti demokrasi' di dalam negara, tampak jelas salah satu sumber kekuatan mereka adalah karena 'menguasai ruang politik seoptimal mungkin'. Dengan menggunakan partai-partai yang ada, birokrasi, DPR, DPD, DPRD dan berbagai prosedur dan mekanisme politik elektoral. Karena itu adalah sebuah ilusi besar bila kita terlalu banyak menggantungkan harapan pengungkapan kasus Gestok dan memberikan keadilan pada 'para korban 1965' pada institusi-institusi politik yang kita tahu hanya berpura-pura demokratis dan tidak dibawah pengaruh, kendali atau berpikir dibawah gagasan-gagasan demokrasi dan kepentingan para korban. Gestok 1965 adalah pembunuhan atas demokrasi, maka itu, tugas untuk mengungkap, mengadili dan meminta keterangan dari para pelaku dan institusi politik yang terlibat dalam kejadian tersebut ADALAH TUGAS SELURUH UNSUR GERAKAN DEMOKRASI. Selama ini ada kesan gerakan demokrasi melihat peristiwa 1965 secara sempit sebagai persoalan para korban Gestok atau PKI dan negara Orba (baca tentara). Gagal memahami bahwa kejadian Gestok adalah sebuah perang terbuka antara demokrasi dan kekuatan anti demokrasi. Setelah 40 tahun tragedi Gestok, sudah saatnya bagi kaum demokrat kita untuk keluar dari 'selubung sempit', bahwa urusan Gestok dan korban 65 adalah urusan antara rejim Orba/negara Orba dan para korban. Marilah kita berpikir labih maju lagi bahwa bahwa soal korban 65 dan Gestok adalah soal pertarungan demokrasi versus anti demokrasi. Dengan berpikir seperti ini, maka SUDAH MERUPAKAN KEWAJIBAN bagi segenak kekuatan demokratis untuk memulai transisi demorksi dengan meminta pertanggungjawaban PADA PARA PELAKU yang terlibat, terutama pada jajaran pengambilan keputusan politik, baik di sipil maupun militer. Tentu saja tidaklah mudah untuk memlakukan upaya itu semua, selain adanya ruang demokrasi ada syarat-syarat lain yang belum dipenuhi yaitu, belum adanya 'kekuatan riil' yang terogaisir dari elemen demorkasi dan belum ada 'alat-alat politik riil' yang dibentuk dan dikuasai oleh kekuatan demorkasi yang masih terserak [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **