[nasional_list] [ppiindia] Cara Salah "Membela" Al-Qur'an

  • From: Nugroho Dewanto <ndewanto@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, ajisaja@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 14 Nov 2005 18:45:10 +0700

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
Cara Salah 'Membela' Al-Quran

Pemerintah Kota Padang mewajibkan warganya bisa baca-tulis Al-Quran. Yang 
penting akses, bukan koersi.

***-
BAHWA kemampuan baca-tulis Al-Quran adalah sesuatu yang baik, tentu tak ada 
yang meragukannya. Tapi bahwa sebuah daerah mewajibkan warganya bisa 
baca-tulis Al-Quran, bahkan menjadikannya sebagai syarat masuk sekolah 
menengah tingkat pertama (SLTP), tentu kita bisa mempersoalkannya.

Peristiwa ini terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat, dan akan terjadi di 
Kabupaten Padang Pariaman, provinsi yang sama. Adalah Dewan Perwakilan 
Rakyat Daerah Kota Padang yang pada 2003 mengeluarkan Peraturan Daerah No. 
6/2003 tentang kewajiban itu. Meski dikeluarkan dua tahun lalu, peraturan 
itu berlaku efektif tahun ini. Di Padang Pariaman, beleid itu masih digodok 
parlemen setempat. Di kedua kota itu, aturan tersebut diberlakukan hanya 
bagi warga yang beragama Islam.

Alasan pewajiban itu adalah untuk menegakkan moral dan membuat masyarakat 
Padang bisa mengimbangi ilmu dunia dan ilmu akhirat. Pemerintah dan 
parlemen ingin agar kehidupan di surau diaktifkan kembali. Mereka berharap 
adat Minang tak dilupakan: adat basandi syarak, syarak basandi 
kitabullah--adat bersendi syariah, syariah bersendi kitab Allah. Wali Kota 
Padang, Fauzi Bahar, bahkan bertekad melebarkan peraturan ini. Nanti, 
lelaki dan perempuan yang akan menikah pun wajib bisa baca Al-Quran. Jika 
tidak, jangan harap perkawinan mereka diakui negara.

Ada beberapa hal yang patut dipersoalkan dari peraturan ini. Pertama, 
pembuat aturan tampaknya terjebak dalam logika linier yang seolah-olah 
benar tapi sesungguhnya salah. Begini kurang lebih mereka berpikir: dengan 
bisa membaca Al-Quran, seseorang bisa memahami isi Al-Quran. Dengan 
memahami Al-Quran, seseorang bisa menerapkan ajaran Al-Quran. Bisa 
mengaji-membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar, menjadi syarat bagi 
seseorang untuk bisa menerapkan ajaran Islam. Dengan menerapkan ajaran 
Islam, moral masyarakat jadi terjaga.

Faktanya, wisdom Al-Quran bisa ditemukan di mana-mana--dengan atau tanpa 
kemampuan membaca Al-Quran. Bahkan Al-Quran sendiri tidak mewajibkan muslim 
bisa membaca Al-Quran, teks berbahasa Arab itu. Yang ada ialah kewajiban 
berakhlak baik. Muhammad Abduh, ulama Mesir terkemuka, dalam perjalanannya 
ke Amerika Serikat--sebuah negeri sekuler tapi orang bisa antre dengan 
tertib--justru menemukan "Islam" di sana. Menyindir muslim di negara-negara 
Islam, Abduh berkata, "Kemuliaan Islam justru terselubung oleh orang Islam 
sendiri."

Kedua, kalaupun pemerintah Padang ingin warganya bisa membaca 
Al-Quran--atas nama adat, kesalehan simbolis, atau memberikan kesibukan 
agar anak sekolah tak nongkrong di mal--mestinya itu tidak diwujudkan dalam 
peraturan yang koersif. Peraturan menuntut kepatuhan, kepatuhan menuntut 
restriksi. Alangkah naifnya jika seseorang terhalang menikah, menjalankan 
sunah Rasul sang pembawa Al-Kitab, justru karena ia tak bisa membaca 
Al-Kitab itu sendiri. Di sini prosedur jadi menghalangi praktek.

Yang mestinya dilakukan pemerintah adalah membuka akses kepada warga Padang 
untuk belajar membaca Al-Quran. Misalnya, menyuburkan tempat-tempat kursus 
membaca Kitabullah atau memberikan subsidi agar warga gratis belajar 
Al-Quran. Yang terakhir ini jauh lebih efektif dan sesuai dengan moral 
Kitab ketimbang mengancam para buta huruf Al-Quran dengan sepokok gada: tak 
bisa sekolah atau tak boleh menikah.
***-/**

(Opini Majalah TEMPO, 14 November 2005)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Cara Salah "Membela" Al-Qur'an