[nasional_list] [ppiindia] Begitu Banyak Persoalan Rumit

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 19 Nov 2005 14:21:45 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suarapembaruan.com/News/2005/11/19/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
--------------------------------------------------------------------------------

Catatan Papua

Begitu Banyak Persoalan Rumit
 

Sabam Siagian 

JAYAPURA. - Jalan sepanjang 20 kilometer yang berliku-liku dan turun-naik 
antara lapangan terbang Sentani dan Jayapura seakan-akan melambangkan gumpalan 
persoalan yang serba rumit yang menjadi beban rakyat Papua. 

Dan, inti beban itu sebenarnya bersifat psikologis sehingga persoalan konkret 
dalam bentuk apapun menjadi lebih berat rasanya. "Apakah kami ini masih 
dianggap bagian dari bangsa Indonesia ...? Kenapa kami diperlakukan sebagai 
warga negara kelas dua dan dituduh macam-macam?" Keluhan demikian dalam 
berbagai versi dikemukakan dalam berbagai kesempatan selama kunjungan saya 
beberapa kali ke provinsi paling Timur dari wilayah RI. 

Sumber masalah psikologis itu agaknya berawal menjelang akhir 1949 di Den Haag, 
ibu kota Kerajaan Belanda. Ketika di kota itu diselenggarakan perundingan untuk 
menyelesaikan konflik politik-militer antara Belanda dan Indonesia atas dasar 
pengakuan kedaulatan Indonesia Merdeka, maka diselipkan satu pasal yang 
ternyata merupakan bom waktu. Belanda mengakui kedaulatan Indonesia Merdeka 
dalam bentuk Republik Indonesia Serikat yang meliputi bekas jajahan Hin- dia 
Belanda. Tapi, anehnya, pada tahap akhir Konferensi Meja Bunda (KMB) di Den 
Haag itu, Belanda ngotot bahwa pengakuan kedaulatan tidak mencakup wilayah 
residensi Niew Guinea (Irian Barat). 

Akhirnya, atas usul Komisi PBB, disepakati bahwa soal "Irian Barat" akan 
diselesaikan dalam waktu setahun. Namun ternyata, karena Belanda 
mengulur-ngulur persoalannya, setelah 12 tahun konflik, pada tahun 1962 barulah 
dicapai penyelesaian. Selama 12 tahun Irian Barat dikuasai Belanda muncul satu 
generasi yang dibesarkan dalam budaya politik yang menggambarkan Republik 
Indonesia sebagai suatu ancaman. 

Ketika Irian Barat akhirnya menjadi bagian RI, maka sejumlah pejabat yang 
dikirim dari Jakarta bersikap seolah-olah mereka penguasa hebat yang 
menimbulkan sakit hati penduduk setempat. 

Seorang rohaniwan Papua yang telah lama saya kenal pernah cerita betapa dia 
sebagai pelajar pada tahun 1963 ikut dalam suatu upacara ketika bendera Belanda 
dan bendera PBB diturunkan dan Merah-Putih dikibarkan. Namun setelah beberapa 
tahun "kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" timbul kekecewaan, karena sikap arogan 
dan keserakahan para pejabat yang ditugaskan dari Jakarta. 

* 

UNDANG-UNDANG Nomor 21 Tahun 2001 disusun dan disahkan untuk menampung rasa 
ketidak-adilan rakyat Papua dengan memberikan status Otonomi Khusus. Sejumlah 
tokoh politik dan para pakar dari universitas yang dikenal berpandangan 
"moderat" aktif menyusun konsep produk hukum itu. Masyarakat Papua mendapat 
kewenangan lebih besar di bidang keuangan, sosial dan politik. 

Ketika keresahan mulai meningkat karena pelaksanaan Otonomi Khusus 
tersendat-sendat, khususnya pembentuk Majelis Rakyat Papua, sebagai halilintar 
di siang bolong, keluarlah Instruksi Presiden Megawati Nomor 1 Tahun 2003. 

Propinsi Irian Jaya Barat dibentuk berdasarkan undang-undang yang sebenarnya 
sudah usang setelah UU Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua berlaku. 

Akibatnya adalah kekacauan administratif, kebingungan dan rasa tidak percaya 
terhadap pemerintah pusat RI di Jakarta tambah kuat. 

* 

GAMBARAN sekilas yang dicukilkan itu belum merupakan cerita lengkap dari beban 
persoalan yang serba rumit di Papua. Sekarang ada 14 kabupaten di Papua dan 
Irian Jaya Barat. Agaknya eksistensi dua provinsi (atau propinsi) dipaksakan 
menjadi kenyataan. Sedangkan jumlah penduduk tidak sampai 2,5 juta. Akibatnya, 
struktur birokrasi yang berlebihan dan kekurangan pejabat pemerintahan yang 
kompeten. Ada lagi persoalan yang sungguh unik. Tanpa membebani Anda dengan 
angka-angka, Papua/Irian Jaya Barat dibanjiri arus dana dari berbagai sumber 
yang dimungkinkan oleh Otonomi Khusus. Andai katapun benar bahwa sebagian 
dana-dana cenderung macet di Jakarta, maka dana-dana yang tiba pun sulit 
diserap karena rendahnya daya mampu aparat pemerintahan. Akibatnya adalah 
pemborosan dan korupsi. 

Seperti diungkapkan oleh sebuah laporan Bank Dunia yang disusun oleh kantor 
perwakilannya di Jakarta (judulnya Analisis Pengeluaran Publik Papua - Keuangan 
Daerah dan Pelayanan Publik pada wilayah Tertinggal di Indonesia), kenapa usaha 
mengurangi pemborosan dan korupsi begitu sulit di wilayah RI paling Timur ini, 
karena "Minimnya pemahaman anggota DPRD, organisasi masyarakat sipil dan media 
tentang pengawasan anggaran secara efektif". 

Sekarang kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nampaknya berusaha 
menyelesaikan gumpalan persoalan rumit yang membebani masyarakat Papua. Pangkal 
tolaknya adalah "pola penyelesaian yang komprehensif". Sesuai gayanya, ia ingin 
menjembatani dua kutub yang saling bertentangan dalam jajaran birokrasi 
pemerintahannya: mereka yang ingin melaksanakan Otonomi Khusus secara maksimal 
karena mengandalkan kekuatan konstruktif di masyarakat Papua; dan, mereka yang 
cenderung mengutamakan faktor sekuriti dan ingin terus waspada terhadap gejala 
separatisme. 

Tapi "penyelesaian komprehensif" tidaklah tergantung pada pemerintah saja. Lagi 
pula berbagai persoalan rumit di wilayah RI paling Timur itu bukanlah persoalan 
masyarakat Papua saja. Ia merupakan beban tanggung jawab masyarakat Indonesia 
secara bersama. 

Karena itu penyelesaiannya harus ikut ditangani oleh berbagai organisasi 
non-pemerintah sebagai pernyataan solidaritas terhadap masyarakat Papua. * 


Penulis adalah pengamat perkembangan sosial politik di Indonesia, serta masalah 
internasional, berdomisili di Jakarta. 


Last modified: 19/11/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Begitu Banyak Persoalan Rumit