[nasional_list] [ppiindia] Bagaimana nih mbak Aris? Re: Ini Dia Gaya Berlibur Turis Arab

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 04 Jul 2006 13:01:12 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com ****** bagaimana nihh mbak Aris? Kita 
tertibkan dengan perda syariat?

maju mbak, saya ikut dibelakang...




--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, muhkito afiff <muhkito.afiff@...> 
wrote:
>
> Source: http://www.majalahtrust.com/indikator/gaya_hidup/149.php
> 
> Ini Dia Gaya Berlibur Turis Arab
> 
> Di Puncak, turis-turis Timur Tengah menemukan surga dunia: 
pemandangan 
> hijau, banyak bunga, air mengalir, dan bidadari berseliweran.
> 
> Sen Tjiauw dan A. Sidarta
> 
> Bunyi musik terdengar dari sebuah vila: bising, sejenis musik 
keras 
> dengan irama dan lirik padang pasir. Sebuah jendela yang gordennya 
> terbuka mengungkapkan suasana ruang tamu vila yang bising itu. Di 
bawah 
> lampu nan terang, seorang perempuan berdiri di hadapan seorang 
pria 
> sambil meliuk-liukkan badannya seirama nada. Kedua tangannya 
terentang 
> ke atas, pinggulnya diputar-putar. Memang, tak sedahsyat goyang 
Inul, 
> penyanyi dangdut yang ngetop akhir-akhir ini.
> 
> Tapi ada yang lebih memicu aliran darah dari sekotak pemandangan 
lewat 
> jendela itu: setidaknya, tubuh bagian atas penari itu tak ditutup 
apa 
> pun. Sebelum segalanya jelas, rupanya penghuni vila menyadari 
gorden 
> yang terbuka. Tiba-tiba jendela itu pun ditutup.
> 
> Para pengintip yang berada di teras sebuah kamar di lantai dua 
Hotel 
> Jayakarta, Puncak, Jawa Barat, pun kecewa. Mereka adalah wartawan 
TRUST. 
> Di pertengahan Februari lalu itu, mereka meliput kawasan tersebut, 
desa 
> yang dikabarkan pada bulan tertentu menjadi Kampung Arab dengan 
segala 
> gaya berlibur turis Timur Tengah.
> 
> Kampung Arab? Nama asli kampung itu sendiri yakni Kampung Sampay, 
satu 
> dari tiga kampung di Desa Tugu Selatan, satu kilometer di atas 
Taman 
> Safari, Cisarua, Bogor. Dari Jakarta, jarak menuju kampung ini 
sekitar 
> 84 kilometer.
> 
> Tapi, kalau Anda bertanya kepada penduduk sekitar tentang Kampung 
Arab, 
> mereka tampak terbengong-bengong. Satu atau dua orang yang tiba-
tiba 
> memahami arah pertanyaan akan menjawab: "O, maksudnya Warung 
Kaleng?"
> 
> Benar, lebih dari Kampung Sampay, lebih dari Kampung Arab, nama 
Warung 
> Kaleng dikenal bukan saja oleh warga setempat, tapi juga sopir 
taksi di 
> Bandara Soekarno-Hatta. Masuklah ke sembarang taksi, lalu sebut 
Warung 
> Kaleng; dijamin Anda akan sampai ke Desa Sampay, Kelurahan Tugu 
Selatan, 
> Kecamatan Cisarua, Bogor.
> 
> Warung Kaleng sebenarnya adalah sepotong Jalan Jakarta-Puncak di 
> kilometer 84, tak lebih dari 50 meter panjangnya. Di kanan-kiri 
jalan, 
> berjajar 30-an warung. Ini yang unik, papan-papan nama warung itu 
bukan 
> hanya berhuruf latin dengan kata-kata bahasa Indonesia, tapi juga 
> (bahkan ada yang hanya) papan nama berhuruf Arab, dari wartel 
sampai 
> toko roti, dari toko kelontong sampai rumah makan. Dan yang juga 
khas 
> dibandingkan kampung lain, di sini banyak terlihat warga 
bertampang 
> Timur Tengah.
> 
> BIDADARI-BIDADARI
> Nama Warung Kaleng sudah menjadi nama alternatif bagi Kampung 
Sampay 
> sejak zaman kolonial Belanda. Dulu, kawasan itu secara 
administratif 
> adalah tanah partikelir, yang kemudian dijadikan basis perdagangan 
oleh 
> pedagang pendatang dari Cina. Lambat laun, para pedagang itu 
> berasimilasi dengan penduduk setempat, lantas masuklah Islam.
> 
> Kata penduduk setempat, riwayat nama Warung Kaleng bermula dari 
> warung-warung yang didirikan oleh para pedagang Cina itu: hampir 
semua 
> warung beratap seng atau kaleng. Jadilah sepetak lahan itu 
kemudian di 
> sebut Warung Kaleng.
> 
> Nama itu tetap melekat meski suasana Cina praktis tak tercium lagi 
dan 
> atap seng tak lagi terlihat. Kini, warung-warung itu bertembok dan 
sudah 
> beratap genteng. Suasananya pun berganti ke-Arab-Araban. 
Belakangan, 
> muncul sebutan baru itu: Kampung Arab?bukan hanya untuk sepetak 
Warung 
> Kaleng, tapi juga untuk seluruh Kampung Sampay.
> 
> Jadi, melihat lokasinya, bolehlah dibilang Warung Kaleng merupakan 
> gerbang Kampung Arab. Di kawasan warung itulah pusat lalu lintas 
turis 
> Arab (kebanyakan dari Arab Saudi, Bah-rain, Kuwait, dan Qatar). 
Soalnya, 
> sejauh ini, hanya di warung-warung itu tersedia segala kebutuhan 
turis 
> Arab yang khas: mulai dari minuman (vodka yang didatangkan dari 
> Jakarta), tembakau dan bumbunya (yang langsung diimpor dari Timur 
> Tengah) untuk merokok gaya Arab, sampai roti arab (buatan lokal).
> 
> Alkisah, di awal 1990-an, ketika Irak diserbu Amerika dan 
sekutunya, 
> banyak turis Timur Tengah datang ke Kampung Sampay. Mereka 
menginap di 
> vila-vila selama kira-kira satu minggu hingga satu bulan. Di tahun-
tahun 
> sebelumnya, turis Arab juga sudah datang ke Kampung Sampay, namun 
tak 
> banyak.
> Dikenalnya Kampung Sampay oleh turis Arab tentunya dimakcomblangi 
> biro-biro pariwisata, terutama biro yang berkantor di sepanjang 
Jalan 
> Raden Saleh, Jakarta Pusat. Di kawasan ini, para turis itu boleh 
merasa 
> setengah di rumah sendiri, setidaknya dalam hal makan, karena di 
jalan 
> ini ada dua rumah makan khas Timur Tengah.
> 
> Tapi kenapa Kampung Sampay? Konon, turis-turis dari padang pasir 
itu 
> merindukan suasana yang berbeda dengan negeri mereka yang panas 
dan 
> berpantai. Mereka mengidamkan berlibur di kawasan pegunungan yang 
sejuk 
> dan hijau. Lalu, dibawalah mereka ke kawasan Puncak, dari Cisarua 
sampai 
> Cipanas. Bila kemudian Warung Kaleng menjadi terpopuler di antara 
turis 
> Arab, ada ceritanya.
> 
> Menurut Syaiful Idries, Kepala Urusan Administrasi Desa Tugu 
Selatan, 
> gambaran orang Arab tentang surga dunia itu adalah jabal ahdor 
atau 
> gunung hijau. Di Kampung Sampay, kata Syaiful, mereka menemukan 
jabal 
> ahdor itu. "Di Puncak ini kan banyak bunga, air mengalir, 
lingkungannya 
> hijau dan indah," tuturnya.
> 
> Tapi kalau hanya gunung hijau, bukan hanya Kampung Sampay yang 
punya. 
> Kampung ini menjadi istimewa buat turis Arab karena "banyak 
bidadari", 
> dan secara sosial lingkungan di sini "longgar", warganya tak 
begitu 
> peduli dengan urusan orang lain. "Jadi (Syaiful melanjutkan 
ceritanya 
> sambil tertawa), bagi orang Arab, Warung Kaleng bukan hanya jabal 
ahdor, 
> tapi juga jabal al jannah, gunung surga. `Bidadari-bidadari' itu 
> didatangkan dari desa lain yang cukup jauh," paparnya.
> 
> MERACUNI ANAK-ANAK
> Singkat cerita, kerasanlah turis-turis itu berlibur di jabal al 
jannah. 
> Bahkan, secara sosial keagamaan, suasana di sini pun okey: ada 
suara 
> azan berkumandang saat menjelang salat wajib. Di Kampung Sampay, 
ada 
> tiga pondok pesantren, dan ada pula satu pesantren baru yang 
sedang 
> dibangun.
> 
> Warga setempat pun menyambut para turis Arab dengan terbuka. Apa 
boleh 
> buat, secara nyata, mereka memang mendatangkan fulus. Penginapan 
terisi, 
> makanan terjual, sumbangan pun mengalir. Lihatlah Haji Samsudin, 
65 
> tahun, yang sedang memimpin pendirian sebuah pondok pesantren baru 
di 
> Kampung Sampay ini, namanya Pondok Sikoyatun Najah.
> 
> Menurut Wak haji ini, sebagian biaya calon pesantrennya diperoleh 
dari 
> sumbangan turis Arab. Di sebuah lorong di belakang Warung Kaleng, 
> terpasang spanduk dalam tulisan dan bahasa Arab, yang artinya 
kurang 
> lebih begini: "Kami sedang membangun gedung untuk pondok pesantren 
di 
> sini, mohon sumbangannya." Dengan bahasa dan huruf Arab, jelaslah 
> sasaran spanduk itu. Lantas, Nanang Supriatna, salah seorang Ketua 
RT di 
> Kampung Sampay, mengatakan: "Enggak ada Arab, enggak hidup ekonomi 
> orang-orang sini."
> 
> Nanang yang sehari-hari berjualan kambing, pada Idul Adha yang 
lalu 
> berhasil menjual 11 kambing. "Kalau enggak ada Arab, kambing saya 
> paling-paling laku dua ekor," tuturnya kepada TRUST. Dan ternyata 
bukan 
> hanya 11. Begitu ia selesai bertransaksi untuk kambing yang ke-11 
dengan 
> Samid (mahasiswa Arab Saudi yang menginap di Vila Barita), datang 
> pesanan dua kambing lagi dari turis Arab yang menginap di Aldita, 
vila 
> pertama di daerah itu.
> 
> Tapi tak seluruh penduduk mengangguk-angguk dan mengucapkan ahlan 
> wasahlan kepada tamu-tamu Timur Tengah itu. Haji Ichwan Kurtubi, 
55 
> tahun, seorang tokoh masyarakat Kampung Sampay, merasa tak enak 
melihat 
> perilaku para turis itu. Para ulama, katanya, pasti tidak setuju 
warga 
> di sini memfasilitasi para turis itu ber-dugem ria alias berdunia 
> gemerlapan. "Mereka itu enggak bener. Masa sih ada Arab kawin, 
walinya 
> diambil dari sekitar-sekitar sini," ucapnya.
> Menurut Haji Ichwan, pernikahan baru sah bila dihadiri wali yang 
sah 
> menurut Islam. "Mereka itu meracuni anak-anak muda di sini," 
katanya 
> seraya melampiaskan kemarahannya.
> 
> VODKA DI TANGAN KANAN
> Tapi, anak-anak muda yang dijaga oleh Haji Ichwan itu sendiri tak 
> peduli. Mereka dengan senang mengadakan ini dan itu untuk para 
turis. 
> Dan dengan begitu?mulai sebagai pemandu wisata, mencarikan kambing 
> korban, mengantar si turis dengan ojek, mencarikan vila, sampai 
menjadi 
> preman penjaga keamanan?mereka mendapatkan penghasilan. Kata Haji 
> Ichwan: "Ulama di sini sudah kalah sama anak-anak muda itu."
> 
> Sedangkan Zaki al-Habsy, pengelola gerai penukaran uang di Warung 
> Kaleng, mencoba bersikap realistis. "Yang tidak suka dengan turis-
turis 
> Arab itu hanya orang-orang yang tidak berbisnis melayani mereka," 
kata 
> Zaki yang juga agen perjalanan itu.
> 
> Sebenarnya, di balik ketenangan hijaunya bukit dan pepohonan 
Kampung 
> Sampay, ada keresahan yang tersembunyi. Perilaku dan gaya berlibur 
> lelaki-lelaki dari padang pasir itu?yang eksklusif dan tertutup 
bagi 
> siapa saja, kecuali terhadap orang-orang yang mereka butuhkan?
selain 
> melahirkan kecemburuan, juga menimbulkan ketersinggungan.
> 
> Benar, wanita-wanita yang mereka datangkan bukan warga Tugu 
Selatan. 
> Yang terlihat dari jendela itu, misalnya yang diminta menari 
striptease 
> atau tari perut, konon, adalah perempuan dari Cianjur, 20-an 
kilometer 
> dari Tugu. Tapi, menurut Haji Ichwan, suasana seperti itu di depan 
mata 
> mereka adalah racun buat generasi muda. Apalagi, setidaknya, ada 
dua 
> turis Arab meninggal di salah satu vila di Kampung Sampay selagi 
> berpesta pora. "Orang Arab kan sudah terkenal dengan pemeo: vodka 
di 
> tangan kanan dan cewek di tangan kiri," kata Abubakar Sjarief, 
Kepala 
> Desa Tugu Selatan.
> 
> Dan sebenarnya, Abubakar melanjutkan, yang mendapat rezeki dari 
turis 
> Arab hanya beberapa orang saja. "Pokoknya, rezeki (dari para 
turis) itu 
> tidak berimbang dengan mudaratnya. Secara umum, ke depan, kami 
> dirugikan," ungkapnya.
> 
> Memang, di luar tukang ojek, penjaga malam, tukang masak di vila, 
dan 
> preman penjaga keamanan kampung, semua lahan usaha yang 
berhubungan 
> dengan Arab dijalankan oleh pendatang. Kendati warga setempat bisa 
> berbahasa arab, mereka tidak bisa menjadi pemandu wisata. Soalnya, 
untuk 
> menjadi guide, mereka harus terdaftar di Ikatan Guide Puncak yang 
> pengurusnya adalah pendatang.
> 
> Itulah, dari pemandu wisata, penerjemah, pengelola trans-portasi, 
sampai 
> pengelola penyewaan mobil, hampir semuanya orang Jawa Tengah?
terutama 
> dari Solo dan sekitarnya?dan dari Jakarta. Juga toko-toko yang 
berderet 
> di Warung Kaleng, sebagian besar dimiliki pendatang.
> 
> Namun, soal rezeki ini tak pernah muncul ke permukaan sebagai 
konflik 
> sosial. Konflik yang pernah terjadi adalah konflik moral. Tahun 
lalu, 
> sejumlah santri?mulai dari Ciawi hingga Cisarua?menyerbu diskotek 
dan 
> tempat mesum lain di kawasan Tugu Selatan. Gebrakan itu sampai 
sekarang 
> masih terasa. Menurut Abubakar, sejak saat itu, wisata berbau seks 
di 
> wilayah tersebut agak mereda. Turis Arab memang masih datang, tapi 
musik 
> bising dari vila-vila jauh berkurang.
> 
> Menurut seorang pemandu wisata di situ, untuk sementara mereka 
membawa 
> turis Arab ber-dugem ke tempat lain: Cipanas, bahkan sampai ke 
> Selabintana. Tapi, bisa jadi, wanita yang menari-nari di tempat 
menginap 
> sama saja dengan perempuan yang terlihat dari jendela itu. 
Soalnya, 
> nomor telepon genggam mereka sudah ada di tangan para calo. Jadi, 
kapan 
> saja, perempuan itu bisa dihubungi, baik secara langsung maupun 
dengan SMS.
>







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: