[nasional_list] [ppiindia] Australia Perlu Diberi Pelajaran

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 28 Mar 2006 10:00:33 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **RIAU POS


Australia Perlu Diberi Pelajaran    



Selasa, 28 Maret 2006 
Keputusan pemerintahan PM John Howard memberikan visa tinggal sementara 
(temporary visa) bagi 42 pengungsi asal Papua yang meminta suaka menyulut 
kembali hubungan dengan Jakarta yang memang sering panas. 

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak bisa menerima 
keputusan Canberra tersebut. Jumat pekan lalu, Menteri Koordinator Bidang 
Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo AS melalui rapat koordinasi terbatas 
memutuskan menarik Dubes Indonesia di Canberra. Pada saat hampir bersamaan, 
Menlu Hassan Wirajuda mengirimkan nota protes kepada Dubes Australia Bill 
Farmer di Jakarta. 

Perkembangan terakhir, Senator Kerry Nettle dari Partai Hijau di Australia yang 
berencana mengunjungi Papua diputuskan bakal ditolak Jakarta. Partai Hijau 
memang termasuk partai yang terus membuat opini internasional untuk menggalang 
kekuatan bagi pemisahan Papua dari RI.

Siapa pun yang rajin mengikuti dinamika hubungan Jakarta-Canberra akan memahami 
bahwa kedua negara bertetangga tersebut memang sering ''bertengkar''. Bahkan, 
pada saat-saat tertentu, ''pertengkaran'' itu masuk pada kategori konflik 
politik yang buruk.

Tetapi, bagi banyak kalangan di negeri ini, Canberra memang sering membuat 
manuver politik dan penggalangan opini internasional yang dalam situasi 
tertentu bersifat mengarah pada bentuk-bentuk tekanan politik, campur tangan 
yang terlalu jauh, serta melanggar etika persahabatan kedua negara.

Bahkan, yang paling memuakkan, Canberra secara terang-terangan sering 
memperlihatkan hasrat untuk menguasai dan mendikte RI sesuai kemauan atau 
kepentingan sepihak.

Mulai soal Timor Timur (Timor Leste) pada masa lalu yang terus-menerus digiring 
agar memisahkan diri dari RI, perlakuan khusus terhadap warga Papua yang 
terang-terangan merupakan pelarian dari daerah asalnya dengan dalih korban 
pelanggaran HAM sebelum ada kejadian 42 WNI asal Papua yang meminta suaka, 
sampai praktik-praktik buruk terhadap muslim asal Indonesia yang menetap di 
Negara Kanguru tersebut.

Belakangan, meski melalui partai kecil, yakni Partai Hijau yang tidak berkuasa, 
Australia terang-terangan memberikan semangat kepada kelompok separatis di 
Papua untuk berjuang memisahkan diri dari RI.

Pada bagian lain, tanpa rasa malu, Australia juga sering membuat opini 
internasional yang berisi meminta perlakuan khusus dan istimewa bagi warga yang 
jelas-jelas melanggar hukum Indonesia.

Simak saja, misalnya, media Australia terus-menerus membuat opini internasional 
bahwa dua warganya yang ditangkap polisi di Bali karena membawa heroin dan 
ekstasi tidak bersalah. Bahkan, mereka terus-menerus membuat opini negatif 
mengenai hakim dan polisi yang menangani perkara dua gadis asal Australia yang 
membawa narkoba tersebut.

Karena itu, sangat proporsional jika kali ini Jakarta harus bersikap keras 
terhadap Canberra. Jakarta tidak boleh diam dan terus-menerus menahan diri 
seolah-olah manut serta menuruti sikap angkuh, tidak peduli, dan arogansi 
pemerintahan John Howard.

Harus kita akui, kepentingan Indonesia terhadap Australia lebih besar 
dibandingkan kepentingan Australia terhadap Indonesia. Tetapi, sifat dependensi 
Jakarta terhadap Canberra tidak serta merta harus diikuti ''ketaatan'' dan 
ketundukan terhadap perlakuan Canberra.

Sikap keras dan tegas Jakarta memang tidak perlu dilanjutkan dengan, misalnya, 
memutuskan hubungan diplomatik dengan Canberra. Tetapi, hal itu jelas harus 
diikuti tindakan lain yang bisa segera memberikan pelajaran bagi Australia agar 
lebih peduli terhadap etika persahabatan kedua negara bertetangga. ***



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Australia Perlu Diberi Pelajaran