[nasional_list] [ppiindia] Asvi Warman Adam: SEORANG PRESIDEN DALAM PERALIHAN ZAMAN

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 17 Nov 2005 09:34:09 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **18.08.2004, Wahana News
  
Pengantar untuk buku Kerstin Beise, "Apakah Soekarno Terlibat 
peristiwa G30S ?", Yogyakarta,Ombak, bakal terbit Agustus 2004, 530 
halaman SEORANG PRESIDEN DALAM PERALIHAN ZAMAN[1]

Oleh Asvi Warman Adam[2]

Peristiwa G30S/1965 mungkin hanya secercah riak di lautan sejarah 
dunia dari masa ke masa. Tetapi bagi bangsa Indonesia, peristiwa ini 
menjadi watershed, pembatas antara rezim lama dengan rezim baru. 
Menandai perubahan besar dan drastis dalam bidang politik, ekonomi, 
sosial dan budaya. Yang perlu dicatat pula bahwa perubahan itu 
terjadi sekaligus. Dari waktu ke waktu dalam perjalanan sejarah 
bangsa ini memang telah berlangsung perubahan, namun setelah 
Indonesia merdeka, revolusi total secara serempak itu hanya terjadi 
pada tahun 1965. Dengan seketika, pada bidang politik luar negeri, 
Indonesia yang menjadi ujung tombak gerakan non-blok berubah jadi 
anak manis blok  Barat. Ekonomi berdikari berubah jadi ekonomi pasar 
dan mengandalkan modal asing serta pinjaman luar negeri. Masyarakat 
yang dulu terbagi dalam kubu-kubu ideologis tiba-tiba menjadi anti 
politik dan berebut mencicipi kue pembangunan. Kedudukan militer 
dalam kancah politik nasional disahkan dan dilanggengkan. Sastra dan 
seni yang bersifat heroik dan merakyat berganti dengan budaya pop 
yang cengeng. 

Pengantar ini tidak memberikan penilaian tentang kedua masa itu, 
misalnya apakah masa Orde Baru lebih buruk atau lebih baik daripada 
masa Orde Lama. Kecuali ingin menegaskan perubahan sangat besar telah 
terjadi. Perubahan yang signifikan  itu tidak tercatat secara utuh 
dalam sejarah Indonesia yang dikonsumsi oleh publik. Di samping itu 
tersisa pula sekian banyak misteri dan kontroversi sejarah yang di 
antaranya menyangkut proklamator Soekarno. 
Soekarno dijatuhkan dan diganti oleh Soeharto. Tetapi peralihan 
kekuasaan ini penuh intrik dan berlumuran darah. Setengah juta orang 
menjadi korban menjelang  pergantian tahun 1965/1966. Kejatuhan 
Presiden Soekarno dibakukan dalam sebuah TAP MPRS XXXIII/1967 yang 
bermasalah. Mungkinkah seorang Presiden yang sedang berkuasa membantu 
pemberontak yang akan menggulingkan dirinya ? Amat lain bila halnya 
seandainya putsch itu hanya menghadapkan para Jenderal yang dicurigai 
akan melawan Presiden dan kemudian terserah Presiden untuk mengambil 
tindakan terhadap mereka seperti pemecatan dst. 
TAP MPRS no XXXIII/1967 menyebutkan bahwa "ada petundjuk-petundjuk, 
jang Presiden Soekarno telah melakukan kebidjakan jang setjara tidak 
langsung menguntungkan G30S/PKI".[3]  Di dalam buku Soerojo[4] , 
keterangan di atas ditambah dengan "dan melindungi tokoh2 G30S PKI". 
Padahal dalam alinea sebelumnya disebutkan bahwa G3OS PKI 
itu "pemberontakan kontra revolusi". Jadi Soekarno selaku Presiden 
yang sah ketika itu telah mengambil kebijakan yang menguntungkan kaum 
pemberontak yang ingin merebut kekuasaan darinya. 

Menjelang peringatan 100 tahun kelahiran Soekarno tahun 2001 telah 
muncul tuntutan agar nama baik BK (Bung Karno) direhabilitasi seperti 
dilakukan  Partono Karnen.[5] Tuntutan itu kemudian digulirkan 
beberapa kalangan termasuk beberapa tim advokasi korban 65. Akhirnya 
pada bulan Juni 2003, Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan mengirimkan 
surat kepada Presiden agar usul rehabilitasi itu ditindaklanjuti. 
Sebagaimana diatur dalam UUD 1945, pemberian amnesti merupakan hak 
prerogatif Presiden yang dapat diberikan setelah mendengarkan 
pertimbangan dari Mahkamah Agung. 

Mahkamah Agung telah memberikan pertimbangan. Kenapa Presiden 
Megawati Soekarnoputri belum mengabulkannya ? Padahal rehabilitasi 
ini juga diamanatkan oleh MPR mengenai pemulihan nama baik Soekarno 
dan tokoh nasional lainnya. 

Sumber Yang Beragam 

Peristiwa 65 tak ubahnya segumpalan benang kusut yang salah satu 
simpulnya dicoba diuraikan oleh Kerstin dengan serius. Ia berupaya 
mengumpulkan bahan yang ada (sebanyak 22 buku/makalah/laporan yang 
terbit dari tahun 1965 sampai dengan 2001) yang menyinggung 
keterlibatan atau ketidakterlibatan BK dalam kudeta itu. Penelitian 
itu diwujudkan dalam bentuk skripsi setebal 267 halaman pada jurusan 
sejarah Universitas Hasanuddin Makasar tahun 2002. Skripsi ini 
menyelidiki sejauh mana BK mengetahui, mengikuti atau merencanakan 
gerakan itu. 

Penulisnya mengusahakan agar setiap versi tentang dalang G30S 
terwakili, baik berupa tulisan (mewakili pandangan pemerintah atau 
swasta/pribadi) yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Bentuk 
tulisan itu sangat beragam dari laporan ilmuwan seperti Cornel Paper, 
disertasi Antonie Dake, buku putih Sekretariat Negara, sampai kepada 
karya penulis novel Arswendo Atmowiloto. 

Menurut Kerstin terdapat beberapa teori tentang dalang G30S yaitu 1) 
PKI, 2) Perwira Progresif, 3) AD dan Soeharto, 4) CIA, 5) Chaos atau 
dalangnya tidak tunggal, dan 6) Soekarno. Tidak jelas mengapa 
penggolongannya seperti ini. Kenapa AD digabungkan dengan Soeharto ? 
Kalau BK menjadi kategori tersendiri kenapa Soeharto tidak 
diperlakukan sama. Bahkan belakangan ini "kudeta merangkak" Soeharto 
semakin sering disebut. Di samping itu, bagian dari AD seperti Kodam 
Diponegoro sebetulnya bisa juga dianggap sebagai kategori sendiri. 
Demikian pula unsur luar negeri, bukan hanya CIA tetapi dinas rahasia 
Inggris pun disebut-sebut ambil andil dalam penghancuran komunis. 

Pada bagian belakang laporan ini Kerstin menilai masing-masing karya 
itu. Hanya empat buku yang dianggapnya obyektif, Ben Anderson[6] 
(AS), Harold Crouch[7] (Australia), John Legge[8] (Australia), Horst 
Landmann[9] (Jerman) dan tim ISAI[10]. Sayang tidak dijelaskan 
bagaimana proses Kerstin sampai kepada kesimpulan semacam ini. Namun 
terlepas dari itu, kalau bertolak dari penilaian di atas seyogianya 
Kerstin mendasarkan kesimpulannya berdasarkan bahan-bahan yang 
dianggapnya obyektif itu. Sebaliknya menggabungkan sumber-sumber yang 
subyektif itu sebagai tudingan (atau fitnah) terhadap Bung Karno. 

Penilaian terhadap BK 

Ada fakta-fakta yang sudah tidak dipersoalkan lagi seperti penculikan 
jenderal dan kehadiran Presiden Soekarno di Halim pada pagi hari 
tanggal 1 Oktober 1965. Fakta-fakta yang diperiksa lebih mendalam 
oleh Kerstin menyangkut masa sebelum, pada hari dan setelah kudeta. 
Mengenai periode sebelum kudeta diuraikan tentang 1) hubungan 
Soekarno dengan PKI, 2) hubungan Soekarno dengan AD, 3) Isu-isu yang 
beredar (dokumen Gilchrist, Dewan Jenderal dan kesehatan BK, 4) 
Kegiatan Soekarno menjelang kudeta. 
Menyangkut kejadian selama kudeta, dibahas 1) Kegiatan Soekarno 
sebelum tiba di Halim, 2) Kronologi kejadian di Halim 1 Oktober 1965, 
3) Laporan Soepardjo dan reaksi Soekarno, 4) Soekarno di mata 
kelompok Untung, 5) Pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan di Halim, 
6) Pengangkatan Pranoto, 7) Keberangkatan dari Halim. 

            Kemudian uraian dilanjutkan dengan menganalisis 1) Sikap 
Soekarno setelah kudeta, 2) Persepsi orang lain terhadap Soekarno dan 
3 Tingkat Keterlibatan Soekarno. 
Berdasarkan perbandingan 22 sumber mengenai topik-topik di atas, 
Kerstin mengakui bahwa "gambar mengenai peran Bung Karno menjadi 
semakin kabur". Bahkan ia mengakui bahwa buku Legge menyimpulkan hal 
yang paling obyektif yaitu "peran Soekarno tidak jelas". 
Namun Kerstin masih memiliki sedikit kecurigaan dengan kehadiran dan 
sikap Soekarno selama di Halim. Oleh sebab itu ia 
menulis  "Keterlibatan BK tidak dapat dibuktikan, tetapi 
ketidakterlibatan (secara penuh) juga tidak dapat dibayangkan". Lepas 
dari itu, penulis asal Jerman ini mengakui bahwa tidak satu pun dari 
22 penulis buku/makalah/laporan yang ditelitinya yang menganggap 
Soekarno seorang komunis. Bahkan tidak ada yang menganggap BK sebagai 
dalang peristiwa itu kecuali Dake dan Hughes. 

Setelah tidak berhasil secara historis membuat kesimpulan mengenai 
keterlibatan BK, Kerstin malah melompat kepada persoalan 
moralitas. "Tingkah laku BK setelah kudeta tidak membuktikan 
keterlibatannya atau ketidakterlibatannya dalam kudeta melainkan 
memperlihatkan sikap penguasa yang tidak bertanggungjawab" . "BK 
tidak tegas menghindari dan mengakhiri gerakan ini". Meskipun "BK 
tidak terlibat secara mendalam namun dinilai bersikap oportunis". 

Kerstin mempersoalkan kenapa "BK sehari penuh berada di markas besar 
kelompok Untung".  Kerstin tampaknya kurang mengerti alasan BK ke 
Halim. "Pada saat di Halim BK tidak secara langsung dan dengan tegas 
memisahkan diri dari sebuah kelompok yang ternyata baru membunuh 
sejumlah orang. Apapun alasan BK tidak mengutamakan moralitas tinggi 
melainkan bertindak taktis. Mungkin ia berniat baik, tetapi tujuan 
baik mana yang membenarkan kerjasama dengan pembunuh ?". 

Pada malam hari tanggal 30 September 1965 Bung Karno tidak tahu 
secara persis tindakan yang diambil prajurit Cakrabirawa terhadap 
beberapa Jenderal. Ia juga baru tahu tentang "adanya darah di rumah 
Yani" setelah mendengar laporan dari Soepardjo pagi hari itu. 
Soekarno langsung memerintahkan agar gerakan itu dihentikan. Soekarno 
masih berada di Halim karena ia harus memutuskan tentang pergantian 
pimpinan AD yang menjadi lowong dengan hilangnya para Jenderal itu. 
Sayang sekali, Kerstin tidak sempat membaca buku kumpulan pidato 
Soekarno tahun 1965-1967 yang terbit tahun 2003[11]. Padahal melalui 
pidato itu dapat diketahui lebih banyak tentang sikap Soekarno 
mengenai peristiwa tersebut serta apa yang terjadi setelahnya. 

Minus kritik sumber 

Patut dihargai upaya yang telah dilakukan Kerstin untuk mengumpulkan 
dan membandingkan bahan-bahan yang dimiliki dilakukan secara 
terperinci. Namun sayangnya ia memperlakukan semua bahan itu sama 
atau setara. Dengan kata lain, ia telah memperlakukan bahannya 
sebagai teks yang sederajat. Ini tidak menjadi persoalan bila sang 
penulis melakukan kajian linguistik.  Padahal di dalam sejarah 
dikenal kritik sumber. Ada sumber yang validitasnya tinggi dan ada 
yang rendah. Memang dalam skripsi ini Kerstin mengungkapkan secara 
sekilas tentang penulis yang bahannya digunakan, tetapi itu kurang 
memadai. 

Buku Antonie Dake misalnya menurut saya paling lemah. Antonie Dake 
menulis disertasi di Universitas Free Berlin. Wartawan Belanda ini 
menulis dalam bahasa Inggris di Universitas Jerman. Dake sendiri 
berteman dengan Guy Parker yang bekerja di Rand Corporation, 
California, AS, sebuah lembaga yang dikenal dekat militer AS. 
Kesimpulan Dake dibuat berdasar laporan ajudan BK Widjanarko. 
Widjanarko sendiri mengakui bahwa ia di dalam interogasi tidak diberi 
kesempatan untuk menjelaskan sesuatu peristiwa kecuali harus menjawab 
ya atau tidak, sesuai keinginan interogator. 

Anehnya setelah berpuluh tahun berkecimpung di dunia non akademis, 
Dake masih bersedia menerbitkan ulang bukunya. Buku Dake itu 
diterbitkan pertama kali oleh Mouton The Hague tahun 1973 dan dicetak 
ulang (cetakan kedua) tahun 2002 -- masih dipertahankan dalam edisi 
Inggris -- oleh penerbit Aksara Karunia Jakarta yang dipimpin oleh 
Aristides Katoppo. Dalam cetakan ulang, Dake masih tetap kepada 
kesimpulan semula, kecuali menambahkan bagian-bagian dari laporan 
Widjanarko. Dake menutup bagian ini dengan mengatakan "Nothing is 
more permanent than the provisional".  Ia menganggap bahwa karyanya 
itu pendapat sementara. 

Penutup 

Menurut Kerstin ia menemukan buku Soegiarso Soerojo setelah 
penelitiannya hampir selesai sehingga ia tidak sempat sepenuhnya 
memasukkan ke dalam bagian analisis. Namun sesungguhnya buku itu 
sangat kontroversial. Soegiarso Soerojo adalah pemimpin redaksi 
majalah wanita Sarinah. Ketika Harmoko menjadi Menteri Penerangan, ia 
dapat penghargaan PWI Pusat "Satya Penegak Pers Pancasila yang 
berjasa dalam melawan G30S/PKI" bulan September tahun 1988. Tetapi 
siapa Soerojo yang sebetulnya ? 

Buku Mangil[12] yang menjelaskan tentang rute yang ditempuh Soekarno 
pada tanggal 1 Oktober 1965 pagi hari sebelum akhirnya sampai ke 
Halim, tidak dibaca oleh Kerstin meskipun buku itu terbit tahun 1999. 
Selain itu masih terdapat kekurangan dalam menjelaskan latar belakang 
(dalam buku ini bab II) situasi politik dan Negara menjelang kudeta. 
Yang digambarkan hanya tentang politik dalam negeri. Tidak disinggung 
sama sekali tentang suasana perang dingin, padahal ini penting untuk 
menjelaskan teori tentang keterlibatan CIA (juga dinas rahasia 
Inggris dan Australia) dalam penghancuran PKI. 

Terlepas dari kelemahan di atas, buku Kerstin Beise ini patut dipuji 
dalam hal kelengkapan data dan penyajian yang rinci tentang topik-
topik yang menyangkut keterlibatan Soekarno dalam peristiwa G30S. 
Sebagai sebuah skripsi mutunya melebihi tesis bahkan bisa disetarakan 
dengan sebagian disertasi doktor ilmu humaniora di Indonesia. Laporan 
yang ditulis oleh sebuah tim resmi mengenai peristiwa 1965 mungkin 
saja tidak sebagus karya Kerstin Beise. 

Pembaca Indonesia sangat beruntung dengan karya seorang Jerman yang 
meneliti dan menulis karya akademis di sebuah universitas di tanah 
air. Kita mengharapkan munculnya lebih banyak lagi buku atau tulisan 
mengenai tahun 1965. Tentang suatu masa yang digelapkan oleh rezim 
Orde Baru. **** 
  

[1] Kata pengantar untuk buku Kerstin Beise, Apakah Presiden Soekarno 
Terlibat G30S ?, Yogyakarta: Ombak. 

[2] Peneliti LIPI. Lulus doktor sejarah dari EHESS, Paris, 1990. 
Penulis buku Pelurusan Sejarah Indonesia (Tride, 2004) dan Soeharto: 
Sisi Gelap Sejarah Indonesi" (Ombak, 2004). 

[3] Alex Dinuth (ed), Dokumen Terpilih Sekitar G30S/PKI, Jakarta: 
Intermasa. 

[4] Soegiarso Soerojo, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai: G30S-
PKI dan Peran Bung Karno, 1988 (cetakan pertama bulan Mei, cetakan 
kedua bulan September dan cetakan ketiga bulan November), diterbitkan 
oleh penulisnya sendiri dan dicetak pada Intermasa, Jakarta. Yang 
menimbulkan tanda tanya kenapa isi TAP MPRS XXXIII/1967 itu berbeda 
pada buku Soerojo dengan buku Dinuth. 

[5] Partono Karnen, "Republik Wajib Rehabilitasi Bung Karno dan 
Ajaran-Ajarannya" dalam Joesoef Isak (ed) 100 Tahun Bung Karno, 
Jakarta: Hasta Mitra, 2001. 

[6] Benedict R.Anderson, Ruth T. Mc.Vey, Frederick P Bunnel, A 
Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia, Modern 
Indonesia Project, Ithaca, New York: Southeast Asia Program, Cornell 
University, 1971. 

[7] Harold Crouch, The Army and Politics in Indonesia, Ithaca/London: 
Cornell University Press, 1978 

[8] John D.Legge, Soekarno?Sebuah Biografi Politik, Jakarta: Sinar 
Harapan, 1996 (terjemahan cetakan ketiga) 

[9] Horst Landmann, "Das Ende des Soekarno-Ara", Internationales 
Asienforum, vol 18, no 1/2 ,1987 

[10] Tim Institut Studi Arus Informasi, Bayang-Bayang PKI, Jakarta: 
ISAI, 1995. 

[11] Budi Setiyono dan Bonnie Triyana (ed), Revolusi Belum Selesai, 
Kumpulan Pidato Presiden Soekarno, 30 September 1965-Pelengkap 
Nawaksara, Semarang: Mesiass, 2003 (dua jilid) 

[12] Julius Pour (ed), Mangil Martowidjojo: Kesaksian Tentang Bung 
Karno 1945-1967, Jakarta: Grasindo, 1999. 
  
  







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Asvi Warman Adam: SEORANG PRESIDEN DALAM PERALIHAN ZAMAN