[apapun] Dahlan Iskan: Bedol-bedolan untuk Rusun Kemayoran

  • From: "Saikhu Rochman" <saikhu.rochman@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <apapun@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 27 Mar 2013 23:47:00 +0800

 

Bedol-bedolan untuk Rusun Kemayoran

Senin, 25 Maret 2013

 

Saya ajak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mojok sebentar. Itu
terjadi saat kami menunggu kedatangan Bapak Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang akan meresmikan dimulainya proyek terbesar dalam sejarah
BUMN di bidang pelabuhan Jumat sore lalu.

 

Kami pun bisik-bisik agar tidak menarik perhatian orang sekitar.

 

Di situ, di ruang tunggu direksi PT Indonesia Port Corporation, nama
baru PT Pelindo II (Persero) Tanjung Priok, saya bisikkan ide tentang
fungsi rumah susun untuk perbaikan perkampungan kumuh di Jakarta. Ide
itu sebenarnya sudah saya pidatokan saat peletakan batu pertama
pembangunan rumah susun Perumnas di Kemayoran sehari sebelumnya.

 

Sebelum upacara itu, saya mampir dulu ke rumah susun yang sudah lebih
dulu berdiri di sebelahnya. Itulah dua tower rumah susun 18 lantai yang
dibangun BUMN Perum Perumnas di awal pemerintahan SBY-JK.

 

Rusun itu awalnya dirancang sebagai awal dari program pembangunan 1.000
tower rumah susun di seluruh Indonesia. Tapi, pelaksanaannya tidak
mulus.

Perizinan yang waktu itu dijanjikan serba-Ferrari ternyata seperti
Tucuxi.

Berhenti sama sekali.

 

Namun, dengan semangat Jokowi yang berjanji memperlancar segala
perizinan, saya minta Perumnas untuk kembali membangun tower-tower rumah
susunnya.

Kalau bisa, tekad saya, rumah susun Perumnas ini menjadi rumah susun
pertama yang menjadi kenyataan di era Jokowi ini. Untuk membuktikan
benarkah birokrasi di DKI sudah berubah.

 

Dalam kunjungan ke lantai 17 rumah susun Kemayoran itu, saya merasakan
seperti berada di sebuah apartemen yang enak. Lokasi rumah susun
tersebut sungguh istimewa. Pemandangan sisi utaranya adalah Laut Jawa
yang biru.

Pemandangan arah sebaliknya adalah lapangan golf yang indah.

 

Dalam hati, saya berkata: pantas penghuni rumah susun ini terlihat
sangat sejahtera. Rupanya, yang masuk rumah susun di Kemayoran ini
adalah mereka yang pendapatannya sudah relatif baik. Buktinya terlihat
dari fasilitas yang mereka miliki di kamar masing-masing.

 

Saya pun berkesimpulan pola penghunian rumah susun seperti ini tidak
akan bisa memperbaiki perkampungan Jakarta yang padat dan kumuh. Yang
masuk rumah susun ini bukanlah mereka yang berasal dari perkampungan
yang sangat miskin. Penghuni rumah susun seperti ini adalah mereka yang
minimal sudah punya tabungan Rp 15 juta (untuk membayar uang muka).

 

Akibatnya, rumah susun bisa saja terus tumbuh, tapi perkampungan padat
dan kumuh tidak bisa berkurang.

 

Inilah yang saya bisikkan ke Jokowi. "Ayo kita ubah cara berpikir
seperti itu," bisik saya. Caranya: rumah susun yang pemancangan tiang
pertamanya saya lakukan Kamis lalu itu tidak lagi disiapkan untuk mereka
yang mendaftar. Tapi untuk menampung "bedol RT" atau "bedol RW".

 

Saya bisikkan: Kita cari satu atau dua RT daerah padat dan miskin. Kalau
seluruh warga RT yang sangat miskin itu sepakat boyongan serentak
bersama-sama ke rumah susun yang hebat itu, maka merekalah yang harus
ditampung.

 

Mereka tidak perlu membayar uang muka (karena memang tidak akan punya).

Namun, mereka harus menyerahkan lokasi satu atau dua RT tersebut ke
BUMN.

Di lokasi yang ditinggalkan tersebut (katakanlah luasnya satu atau dua

hektare) dibangun rumah susun 18 lantai oleh BUMN.

 

Kalau rumah susun di lokasi bekas "bedol RT" tersebut sudah berdiri,
kita cari lagi satu atau dua RT yang juga mau "bedol RT". Di lokasi
bekas "bedol RT" tersebut dibangun lagi rumah susun oleh BUMN. Begitu
seterusnya.

Bergulir tidak henti. Sampai tidak ada lagi RT atau RW kumuh di DKI.

 

Dengan demikian, rumah susun yang dibangun akan bisa ikut menyelesaikan
masalah lingkungan kawasan kumuh.

 

"Setuju!" jawab Jokowi.

 

"Hanya Pak Jokowi yang bisa merayu warga untuk mau bedol RT. Saya tidak
punya kewenangan," kata saya.

 

"Saya yakin bisa. Banyak yang akan mau," jawab Jokowi.

 

Begitulah. Hasil mojok kami berdua sangat konkret.

 

Sayang sekali rumah susun yang dibangun dengan mahal tidak bisa ikut
memperbaiki lingkungan kumuh di Jakarta. Saya pun lantas minta kepada
direksi Perumnas untuk melaksanakan ide ini. Tidak boleh lagi menjual
rumah susun itu hanya kepada yang mampu membayar uang muka.

 

Rumah susun ini sungguh murah. Sebab, biayanya ditanggung oleh BUMN.
Dalam waktu dua tahun, harga rumah susun ini sudah akan naik lima kali
lipat di pasar bebas. Lokasinya begitu strategis. Bangunannya begitu
bagus.

Pemandangan sekitarnya begitu indah.

 

Tidak ada salahnya sekali-sekali warga yang sangat miskin mendapat
haknya untuk berada di lingkungan yang lebih baik. Bahkan, kali ini
biarlah golongan yang miskin itu yang akan mendapat gain yang amat besar
itu.

 

Saya tahu bahwa ide seperti ini bisa saja akan mendapat penolakan dari
jajaran internal Perumnas sendiri. Secara bisnis, ide seperti ini memang
kurang menarik. Tapi, karena dana pembangunan rumah susun ini dari BUMN
(bukan hanya dari Perumnas yang juga BUMN), maka saya minta kali ini
berbeda.

 

Saya juga tahu, sebagian penolakan itu berlatar belakangan khusus: model
"bedol RT" seperti itu tidak memberikan peluang untuk ngobyek.

 

Dirut Perum Perumnas Himawan Arief Sugoto saya minta untuk terus
melakukan koordinasi dengan Pemprov DKI. Di atas kertas ide seperti ini
kelihatannya mudah, tapi di lapangan bisa jadi seperti mbah-mbah.

 

Ada dua terobosan lagi yang saya jadikan pembicaraan saat mojok dengan
Jokowi sore itu. Di bidang transportasi dan penanggulangan banjir.

Dua-duanya disetujui dan akan kami laksanakan bersama secara cepat.
Namun, rumah susun Kemayoran akan kami jadikan model dulu.

 

Saya ingin melihat apakah dalam tiga bulan nanti sudah bisa ditemukan
satu atau dua RT yang mau "bedol" ke rumah susun Kemayoran.

 

Rumah susun itu akan terdiri atas dua tower. Saya sudah minta kontraktor
BUMN, PT Hutama Karya, untuk menyelesaikannya dalam waktu sembilan
bulan.

Dirut Hutama Karya Tri Widjajanto Joedosastro sanggup. Ini berarti RT
yang siap "bedol" ke rumah susun Kemayoran sudah harus ditemukan dalam
waktu tiga bulan ke depan.

 

Saya tahu soal rumah susun menjadi salah satu janji kampanye Jokowi
dulu.

Untuk rumah susun yang sudah ada pun, masih banyak persoalan. Sayangnya,
tidak banyak yang bisa dibantu oleh BUMN.

 

Kecuali satu: keinginan Jokowi agar rumah susun bisa dialiri gas untuk
dapur-dapur mereka.

 

Dirut BUMN yang menangani gas, PT PGN (Persero) Tbk, Hendi Priyo
Santoso, sudah sanggup. Tentu, ada syaratnya, bahwa perizinan di bidang
pembangunan jaringan pipa gas bisa dipermudah. Selama ini Hendi sering
mengeluh sulitnya mendapatkan izin perluasan jaringan gas di Jakarta.

 

Kini, dengan permintaan Jokowi itu, tidak ada jalan lain kecuali
jaringan pipa gas memang harus diperluas di Jakarta. Pak Jokowi pun
menyanggupi percepatan perizinan itu.

 

Dan, rupanya, Jokowi betul-betul bergerak cepat. Dua hari setelah
pembicaraan itu, justru staf Pemprov DKI yang menelepon Hendi untuk
mengambil izin yang sudah bertahun-tahun nyangkut di sana.

 

Tentu, saya juga ingin tower pertama yang dibangun Perumnas di saat saya
menjadi menteri BUMN tersebut ada plusnya. Misalnya, sejak saat
dirancang sudah sekalian disiapkan jaringan internet ke seluruh
kamarnya. Dengan demikian, masyarakat miskin yang menjadi penghuni rumah
susun itu nanti bisa menyiapkan anak-anak mereka menjadi generasi baru
yang akan memutus mata rantai kemiskinan mereka.

 

Itu tidak sulit. Begitulah cara Tiongkok menyiapkan rumah susun untuk
masyarakat miskin mereka. Rumah susun tidak hanya dipergunakan untuk
mengubah wajah perkampungan, tapi juga untuk memutus rantai kemiskinan
dan ketertinggalan.

 

Saya ingat Jokowi pernah melakukan "bedol kaki lima" yang amat terkenal
di Solo. Saya ingin tahu gaya kemeriahan Jokowi dalam melakukan "bedol
RT" di Betawi! (*)

 

 

 

Dahlan Iskan, Menteri BUMN

 

 

 

Sumber:

 

http://dahlaniskan.wordpress.com/2013/03/25/bedol-bedolan-untuk-rusun-ke
mayoran/
<http://dahlaniskan.wordpress.com/2013/03/25/bedol-bedolan-untuk-rusun-k
emayoran/> 

 

 

Other related posts:

  • » [apapun] Dahlan Iskan: Bedol-bedolan untuk Rusun Kemayoran - Saikhu Rochman