[list_indonesia] [ppiindia] Yang Penting: "Power is Number One...!"

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 23 Mar 2005 09:40:35 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/22/opi02.html

Yang Penting: "Power is Number One...!" 
Oleh Tjipta Lesmana

Communication act is always intentional, demikian bunyi salah satu prinsip 
komunikasi. Disadari atau tidak, setiap orang berkomunikasi karena ada maksud 
atau tujuan tertentu. Tujuan itu, jelas, sudah ada sebelum komunikasi 
dilaksanakan. Memang dalam proses sering terjadi modifikasi atau bahkan 
perubahan total dari tujuan semula, tergantung berbagai faktor yang muncul 
sepanjang proses itu.

"Brutalisme" yang merasuk sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 
tanggal 15 hingga 16 Maret, yang disaksikan secara gamblang oleh seluruh rakyat 
Indonesia juga satu bentuk komunikasi. Mereka saling berteriak, caci-maki, 
sikut-menyikut, saling dorong, naik dan melompati meja, bahkan nyaris saling 
adu jotos, semua itu merupakan communication act. 
Banyak orang heran, kenapa para politisi berdasi, berpakaian jas bagus, 
berarloji mewah sambil membawa telepon genggam bisa begitu emosional, sehingga 
perilakunya tidak beda dengan perilaku para pelajar SMP atau SMA yang gemar 
tawuran?
Jangan lupa, manusia itu terdiri atas daging, darah, roh dan jiwa. Komponen 
daging membuat setiap manusia - apakah dia Presiden, anggota DPR, pengusaha, 
wartawan, sampai ke orang awam seperti tukang becak dan pemulung - memiliki 
emosi. Bentuk-bentuk emotional valence antara lain menangis, tertawa, dan 
marah. Perbedaan satu orang dengan orang lain, sesuai dengan tingkat 
pendidikan, pengalaman interaksi sosial dan karakternya, adalah pada arousal 
level. 


Ada orang yang memang cepat emosi, ada yang mahir mengontrol emosi. Penelitian 
mengatakan semakin tinggi pendidikan dan kedudukan seseorang, kemampuan orang 
untuk mengendalikan emosinya semakin besar. Tapi, thesis ini tidak mutlak 
sifatnya. Berbagai faktor ikut mempengaruhi emotional valence kita dalam 
kehidupan nyata.

Brutus
Goal, atau tujuan, memainkan peran sangat krusial. Jika kita melihat pencapaian 
tujuan kita nyaris terblokir, kita cenderung kalap, kemudian bertindak kalap 
pula. Marilah kita analisis secara singkat apa yang terjadi di DPR pekan lalu.


Di atas permukaan, persoalannya menyangkut pembahasan tentang kebijakan 
pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM. Enam fraksi - 
yang dimotori oleh PDIP dan PKB - semula menolak keras kebijakan itu dan 
menuntut agar pemerintah membatalkannya. Di seberang mereka, dua fraksi (Partai 
Golkar dan Partai Demokrat) menyatakan "memahami"-istilah sublimasi dari 
"mendukung" - kebijakan tersebut. Fraksi lainnya bersikap "ngambang". Dengan 
demikian, pemain utama dari "brutalisme" di DPR adalah 3 fraksi, yakni FPG, 
FPDIP dan FKB. 


Untuk memahami kenapa benturan antara PDIP dan PG plus PKB begitu keras, kita 
harus menengok ke belakang sejenak. Syahdan, menjelang pelantikan SBY sebagai 
Presiden RI ke-6, dalam sebuah rapat DPP PDIP di Lenteng Agung sejumlah 
fungsionaris PDIP membujuk Ketua Umum mereka untuk menghadiri upacara 
pengambilan sumpah SBY di MPR. Sebelumnya, Guruh Soekarnoputra pun meminta 
kakaknya untuk hadir sebagai political goodwill bahwa PDIP, khususnya Megawati, 
menerima dengan jiwa legowo kemenangan SBY dalam pemilihan presiden. 


Tapi, semua "bujuk-rayu" itu tidak mampu melumerkan hati Megawati yang 
"terluka". Di rapat DPP partai, sang Ketua Umum menjawab: "Kalau saja Amien 
Rais yang menjadi Presiden, atau pun Wiranto, saya akan datang. Tapi, kalau SBY 
...?"
Human being acts symbolically, kata para penganut teori interaksi simbolik 
dalam ilmu komunikasi. Penolakan Megawati untuk menghadiri upacara pengambilan 
sumpah SBY sebagai Presiden RI, secara simbolik, mengandung makna sangat dalam, 
bukan karena alasan "tidak ada aturan yang mengharuskan incumbent untuk hadir 
dalam pelantikan presiden baru". Di mata Megawati, SBY tidak lain seorang 
Brutus! Dan hukuman bagi Brutus, kata Macchiavelli - cuma satu: curse him!
"Kita bukan kalah dalam pemilu yang lalu, tapi kita kurang suara," kata Mega di 
depan ratusan pendukungnya yang berkumpul di rumahnya hanya beberapa jam 
setelah SBY dilantik sebagai Presiden. Kepada mereka Ketua Umum PDIP 
memerintahkan: Rebut kembali kekuasaan itu! Sebuah perintah yang jelas sekali 
maknanya. Memang dalam demokrasi, merebut kembali kekuasaan yang hilang 
dilakukan dalam pemilu. Tapi, kalau bisa dipercepat, kenapa harus tunggu sampai 
tahun 2009?
Masalah kenaikan harga BBM atau pengurangan subsidi BBM - bahasa 
eufemismenya-menurut saya dilihat sebagai golden moment bagi PDIP untuk 
menggoyang pemerintah SBY, setidaknya for testing the water, istilah dalam ilmu 
politik. Itulah sebabnya, Fraksi PDIP di DPR tiba-tiba menjelma sebagai 
kelompok yang amat solid, padahal di antara mereka sebenarnya juga banyak 
friksi-friksi.

Sikap PKB 
Lalu, kenapa PKB pun tidak kalah ngotot dalam penolakan kenaikan harga BBM? 
Syahdan kedua, kehadiran Hamid Awaluddin dalam Kabinet SBY membuat berang 
seorang petinggi PKB. Hamid inilah anggota Komisi Pemilihan Umum yang dinilai 
telah mengganjel Gus Dur sebagai calon presiden dalam Pemilu Presiden 2004. 
Pilihan Presiden Yudhoyono atas Syaefullah Jusuf dalam kabinet pun membuat Gus 
Dur tidak senang. 


Semua orang tahu Syaefullah dianggap "anak yang nakal" oleh Gus Dur. Nasib Alwi 
Shihab sebagai Ketua Umum PKB pun tinggal persoalan waktu, karena dia nyelonong 
terus menerima tawaran SBY sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat. Masalahnya, 
siapa yang tidak suka menjadi Menteri?


Sebenarnya, antara PDIP dan PKB pun banyak masalah. Gus Dur sampai hari ini 
belum bisa memaafkan "pengkhianatan" Mega ketika ia dicopot secara memalukan 
oleh MPR pada medio 2001. Tapi, dalam politik sering terjadi dua lawan bersatu 
demi menghadapi lawan bersama. Dengan demikian, PKB juga memiliki motivasi 
politik untuk menggoyang pemerintah SBY.
Syahdan ketiga, andaikata Partai Golkar hari ini tetap dipimpin oleh Akbar 
Tandjung, kita takkan menyaksikan kejadian di DPR pekan lalu. Golkar yang 
dipimpin Akbar pasti akan terus memperkuat Koalisi Kebangsaan. Kebijakan 
menaikkan harga BBM pasti akan dikecam oleh Golkar bersama PDIP dan PKB. 


Di sinilah cerdiknya SBY. Jauh-jauh hari dia sudah melihat potential enemy di 
depan yang akan menghadang pemerintahnya. Maka, jauh-jauh hari pula dia 
mengadakan pengamanan diri dengan cara "menyusupkan" Wakil Presiden, Jusuf 
Kalla, untuk memimpin Partai Golkar, sekaligus untuk mensterilkan partai yang 
sangat powerful ini!


Kesimpulan kita "brutalisme" di DPR meledak karena para operator ketiga 
kekuatan politik besar, yakni PDIP, PKB dan Golkar, bersikeras untuk memaksakan 
kehendaknya. Kekuatan pertama dan kedua bertekad berjibaku menuntut agar 
Presiden membatalkan kenaikan harga BBM. Sebaliknya, Partai Golkar pun 
berjibaku mempertahankan mati-matian kebijakan BBM yang sudah digulirkan oleh 
pimpinan mereka. 


Sigmund Freud mengajar survival instinct merupakan dorongan terkuat dalam diri 
tiap manusia. Agung Laksono sebagai penjaga gawang Golkar di DPR menyadari 
betul bahwa eksistensi pemerintahan yang dikendalikan oleh partainya akan 
goyah, bahkan mungkin saja, punah jika mereka tidak lawan PDIP dan PKB secara 
all-out!
Persetan dengan dengan rasa malu ditonton oleh rakyat. Yang penting: power is 
number one.... 

Penulis adalah Pengajar Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Pelita Harapan.




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Yang Penting: "Power is Number One...!"