[UntirtaNet] Revolusi Keempat dan Kegamangan Etika

  • From: "Irianto, Yayan" <yayantea@xxxxxxxxxxxxx>
  • To: <untirtanet@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 6 May 2002 16:42:54 -0400

Revolusi Keempat dan Kegamangan Etika

Jika peradaban manusia sejak awal hingga kini bisa dipilah-pilah berdasarkan
konstruksi ilmu pengetahuannya, maka sekarang manusia memasuki tahapan
revolusi keempat. Perubahan ini, menurut staf pengajar Jurusan Teknik
Elektro ITB, DR Ir Dimitri Mahayana M Eng, saat orasi ilmiahnya di acara
Dies Natalis ke XXXV Universitas Yarsi, Jakarta, pekan lalu, ditandai dengan
pesatnya kemajuan teknologi digital.

Revolusi pertama terjadi pada ribuan tahun yang lalu. Kala itu, nenek moyang
manusia yang ia yakini sebagai species homo sapiens mulai mengenal bahasa.
Sehingga, komunikasi antar mereka mulai muncul.

Revolusi kedua, terjadi saat manusia menemukan tulisan. Sehingga, mereka
bisa mengarsip informasi dan menyebarluaskannya.
Revolusi ketiga, ditandai dengan ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg.
Temuan ini mengawali keinginan manusia untuk memperbanyak informasi secara
mudah dan cepat.

Lalu, sekarang ini, berkembang teknologi internet. Teknologi yang tergolong
baru ini membuat sekat antar manusia semakin tak terlihat seberapa pun
jauhnya jarak yang memisahkan. Dalam dunia internet, kata peraih nilai
straight-A mark untuk gelar master dari Electrical Engineering Waseda
University, Tokyo ini, semua hal bisa diperoleh hanya dalam one click away.

''Semuanya telah tersedia. Hanya tinggal memilih saja. Baik dalam hal
layanan keuangan, kesehatan, informasi keagamaan, kencan, dan lain
sebagainya,'' tutur Dimitry.

Sampai sekarang, perkembangan teknologi internet dan digital belum menemukan
titik jenuhnya. Bahkan, kata wisudawan terbaik se-Fakultas Teknologi
Industri, ITB, tahun 1989 ini, evolusi teknologi elektro dan microchips
semakin melaju dengan cepat.

Buktinya, setiap 18 bulan harga memory turun dua kali lipat. Dengan kata
lain, dalam waktu tiga tahun kapasitas memory dengan harga yang sama menjadi
empat kali lipat. Dan, dalam setiap lima belas tahun, kemampuan teknologi
informasi meningkat menjadi 1.000 kali lipat.

''Dahulu, sekitar tahun 1994, hard disk dengan kapasitas 420 mega byte (MB)
sudah merupakan angka yang menakjubkan. Namun pada tahun 2000-an, angkanya
membengkak menjadi giga byte (GB). Tahun 2012 mendatang, diperkirakan dunia
memiliki personal computer (PC) dengan memori tera byte atau setara dengan
satu triliun byte,'' kata Dimitry.

Bila kapasitas memori komputer sudah menjangkau hitungan tera, saat itulah,
tak ada simulasi yang tak bisa dilakukan, termasuk kombinasi gen manusia.
Bahkan, kata Dimitry, anak kecil pun bisa melakukan manipulasi kode gen
manusia hanya dalam sebuah game di PC. Bayangkan, bila ini terjadi, maka
anak kecil bisa mengkultur gen mahluk hidup seperti halnya kloning domba
Dolly.

Nah, saat itulah, kata dosen mata kuliah visi futuristik di QE Commerce
Collage ini, dunia akan dipenuhi oleh pertanyaan apakah etis atau tak etis?
''Apakah etis seorang manusia menciptakan manusia lain yang dikurangi
intelegensinya menjadi intelegensi simpanse. Atau, apakah etis pula
memberikan permainan gen manusia pada seorang anak kecil?'' tuturnya.

Kekhawatiran tak cuma sampai di situ. Saat game-game bioteknologi mulai
marak, maka batas antara real life dan artificial life akan semakin tipis.
Imajinasi para anak pun akan berkelana jauh melampaui batas kewajaran
manusianya. Manusia-manusia akan mati rasa.

Sehingga entertainment dan nilai-nilai yang dibawakannya hanya dapat
menyerah pada keinginan pasar. Kecenderungan tersebut, menurut Dimitry,
sekarang telah muncul. Lihatlah, sebagian manusia sudah tak bisa dipisahkan
lagi dari peralatan digital. Seperti, kencan cyber, kencan mobile, dan
remote sex yang semakin marak dilakukan. Belum lagi trend belanja online,
membuat toko tak perlu memiliki show room, etalase, atau penjaga toko.

Namun, kata Dimitry lagi, seberapa besar kekhawatiran yang muncul,
perkembangan teknologi digital tak bisa dihindari oleh manusia. Persoalannya
adalah bagaimana menyadari hakikat revolusi digital ini dengan tepat.
Pilihan yang tepat tentu sangat tergantung dengan kondisi masing-masing.

sumber: http://www.republika.co.id/cetak_detail.asp?id=73848&kat_id=13

===============================================================
(C)opyright 1999-2002 UntirtaNet
Milis ini dikelola oleh alumni Universitas Tirtayasa Banten - Indonesia 
dan terbuka untuk semua Civitas Academica Universitas Tirtayasa Banten 
Untuk berlangganan, kirim email ke: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx, dengan  
Subject 'Subscribe' atau lansung ke  //www.freelists.org/cgi-bin/list?
list_id=untirtanet Untuk kirim pesan: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx
Please visit our Homepage: http://www.untirtanet.org
---------------------------------------------------------------------------

Other related posts:

  • » [UntirtaNet] Revolusi Keempat dan Kegamangan Etika