[breaktime-corner] baca di waktu senggang - identitas diri

  • From: "Desi Dian Kautsar" <desi.dian@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 3 Jan 2012 07:57:05 +0800

From: Deky Werdoko V [mailto:deky.werdoko@xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx] 
Subject: baca di waktu senggang - identitas diri

 

Merdeka!

 

Indentitas Diri

 

Hi Masyarakat Indonesia,

 

Mudah-mudahan hari ini lebih baik dari kemarin,

 

Sebuah tulisan singkat dari saya di awal tahun, setelah membaca beberapa
kiriman tulisan yang bicara mengenai identitas diri,

 

Saya ingat ketika masih kecil, duduk di sekolah dasar kelas dua.

 

Seminggu sebelum lebaran, bapak dan ibu mengumpulkan kami berempat.
Mereka berterus terang di hadapan kami bahwa lebaran kali ini mereka
tidak bisa mengusahakan baju baru, maupun opor ayam seperti
biasanya,apalagi  pulang ke tempat kakek & nenek. 

 

Karena dari bebearapa anak angkat beliau berdua harus masuk tahun ajaran
baru di sekolahan menengah, di mana itu sanagt butuh biaya.

Mereka ingin kita mengerti, dan juga sadar bahwa mengekang rasa ingin
adalah sesuatu yang berharga buat kami di kemudian hari untuk selalu
bersyukur terhadap apapun di berikan Tuhan kepada kita.

 

Dengan pengertian dari beliau berdua, saya menjadi lebih "tidak peduli"
dengan obrolan teman-teman tentang baju baru yang mereka persiapkan.
Suatu pelajaran yang sangat berguna bagi saya pribadi sampai sekarang,
pelajaran tentang bersyukur itu sendiri.

 

Tetapi yang menarik, bapak saya ternyata masih berusaha menyenangkan
kami, di belinya 4 kaos oblong, warna merah, dan yang menarik adalah ada
tulisan nama kami masing - masing di kaos itu.

 

Yang terjadi, walaupun kami harus menikmati lebaran dengan sayur lodeh
masakan bapak, tetapi kami adalah anak paling terkenal di perumahan,
bahkan setelah itu banyak anak sebaya kami menginginkan baju yang sama.
Setiap jalan di depan orang dan kemudian membaca nama kami, hati ini
menjadi semakin bangga, identitas diri ini seakan diakui oleh banyak
orang.

 

Mencari identitas diri banyak ragamnya, walau symbol atribut adalah
sesuatu yang paling banyak kita lihat.

 

Masih ingat betapa bangganya kita dengan jaket kelas yang kita bikin
beramai - ramai waktu SLTA, atau seragam basket yang kita pakai buat
jalan - jalan ke mall, kemudian kita pakai santai di rumah, sampai kita
pakai tidur, tiga hari baru ganti, padahal satu minggu kita Cuma latihan
dua jam saja.

 

Masih ingat dengan maraknya sepeda BMX, banyak klub - klub kecil mencoba
menunjukan identitas mereka, tiap malam minggu dengan seragam klub
mengitari jalan - jalan kota.

 

Yang paling dominan sekarang adalah penampilan atribut partai yang
kadang - kadang membuat kita tersenyum.

 

Satuan - satuan tugas mereka berpakaian ala militer, lengkap dengan
aksesorisnya. Ada yang berpakaian selengkap pasukan tempur atau bahkan
mencoba meniru cara berpakaian safari pengawal presiden. Yang
disayangkan, sering dari mereka berlagak over acting, bahkan lebih galak
dari militer itu sendiri.

Kadang - kadang jauh dari kerapian seorang militer, mereka malah lebih
mirip pengawal bos obat bius seperti di film- film holywood.

 

Tapi tidak sepenuhnya kita menyalahkan mereka, karena saya yakin itu
adalah salah satu cara mereka untuk menunjukan siapa mereka, identitas
diri mereka.

 

Hal yang lumrah, bahwa manusia di bekali dengan sifat ego atau aku yang
tinggi. Sadar atau tidak sadar sering kita selalu berupaya menunjukan
diri kita di muka umum, supaya kita lebih di kenal ataupun di hargai
oleh orang ramai.

Tidak jarang dalam pergaulan, tanpa sadar kita selalu berusaha
mempengaruhi teman - teman kita untuk mengakui keberadaan kita.

Dalam suatu rapat kita berusaha untuk terus nampak berbicara, walau
kadang - kadang yang kita bicarakan bukan hal yang harus kita bicarakan.

cara salah dalam menunjukan identitas diri selalu menjadi boomerang,
senjata yang akan berbalik kepada kita sendiri.

 

Anak - anak SLTA yang menunjukan identitas diri mereka melalui gang-gang
atas nama sekolah mereka, dengan tawuran sebagai menu pokoknya,
akibatnya timbul rasa kurang percaya diri ketika mereka berjalan
sendirian, karena takut di keroyok. Atau malah sebaliknya, tindakan yang
brutal, akibat kepercayaan diri yang berlebihan sewaktu berkelompok,
seperti membajak bis kota misalnya.

 

Orang - orang bijak akan lebih suka mengintropeksi diri mereka ketimbang
sibuk menunjukan siapa mereka di depan umum.

 

Gandhi tidak perlu menunjukan dirinya, berusaha belajar tentang damai,
percaya damai akan menyelesaikan permasalahan dunia,karena itu  India
yang mencari Gandhi. 

 

Bunda Theresa hanya percaya kasih sejati dari dalam jiwa manusia, beliau
belajar dari situ, tidak pernah teriak - teriak tentang kasih di depan
umum, hanya dengan perbuatan, beliau tidak menunjukan diri di depan
dunia, dunia yang mencari beliau.

 

Umar Bin Khatab, singa padang pasir, pahlawan perang yang gagah,
pemimpin hebat, yang setiap malam meronda keliling negeri untuk
mengetahui keluhan rakyatnya.

Umar tidak mencari hormat, walau kekuasaannya melebihi jazirah Arab itu
sendiri, beliau hanya ingin melayani, tetapi rakyatnya membalas dengan
hormat, sampai dalam hati.

 

Kita bisa belajar dari mereka, introspeksi diri atau menganalisa diri
sendiri, belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri sendiri, membuat
diri ini lebih baik dari hari kemarin.

Lambat laun, diri ini akan semakin sadar, bahwa kita ini bukan apa-apa,
kita hanyalah mahluk yang lemah, mahluk yang banyak kelemahannya.
Semakin kita intropeksi diri semakin kita sadar akan identitas diri kita
sebagai manusia...bahwa kita bukan apa-apa.

 

Akan aneh rasanya kalau kita merasa paling pintar, merasa paling kaya,
merasa paling dari yang lain.....akan aneh kalau kita merasa sombong.

 

Memamerkan identitas diri, begitu banyaknya hal tersebut di pajang di
media, baik itu media elektronik maupun cetak,

Berusaha membaut orang lain berpikir mereka adalah yang terbaik, mereka
yang paling benar, tanpa sadar, bahwa hal itu sangat tipis bedanya
dengan menyebar fitnah, hal yang tidak disukai oleh Gusti Allah.

 

Mereka seakan berlomba muncul di media, mempengaruhi pikiran orang lain,
berusaha merubah sesuatu, bahkan berusaha merubah bangsa ini sendiri...

Akan lebih baik, mari kita mulai dengan intropeksi diri kita sendiri
lebih dahulu, membangun kualitas diri kita, yang mudah-mudahan
pancarannya akan bekerja sendiri.

Kita mungkin tidak sebesar Gandhi, Bunda Theresa ataupun Umar Bin
Khatab.... Tapi ketika kita berguna bagi diri kita sendiri, dengan
selalu membangun jiwa yang bersih, InsyaAllah, Gusti Allah akan meridhoi
jalan hidup kita.

 

So, mencari identitas diri akan menghabiskan waktu dan energi kita kalau
kita tidak intropeksi diri kita.

Memperbaiki diri kita lebih dahulu, berjuang dari dalam, mencoba
memperbaiki kelemahan kita, lambat laun tanpa kita sadari, Dunia yang
akan mencari kita.

 

Sampaikan salam saya buat keluarga terkasih anda, mulailah dari kita,
memberi yang terbaik bagi  mereka yang mengasihi kita, membahagiakan
mereka yang telah membahagiakan kita.

 

Terima kasih

 

DQ - pejuang pemikir, pemikir pejuang

 

 

"Imagination will often carry us to worlds that we never were, but
without it we go nowhere"

 

 

________________________________

This e-mail (including all attachments) is intended for the named
addressee(s) only, and may contain privileged / confidential
information. If you are not the named recipient or addressee, you are
hereby notified that any use review, disclosure or copying of the
contents herein is strictly prohibited. As such, kindly discard all its
contents and notify sender accordingly regarding such unauthorized
disclosure or transmission by email. Opinions, conclusions, statements
and other information in this message that do not relate to the official
business of the Miclyn Express Offshore Group shall be understood as
neither given nor endorsed by it. The contents herein are meant strictly
for the use of the named recipient or addressee of the Miclyn Express
Offshore Group. No assumption of responsibility or liability whatsoever
is undertaken by the Miclyn Express Offshore Group in respect of any
prohibited or unauthorised use by any other person.

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] baca di waktu senggang - identitas diri - Desi Dian Kautsar