From: Deky Werdoko V [mailto:deky.werdoko@xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx] Subject: baca di waktu senggang - identitas diri Merdeka! Indentitas Diri Hi Masyarakat Indonesia, Mudah-mudahan hari ini lebih baik dari kemarin, Sebuah tulisan singkat dari saya di awal tahun, setelah membaca beberapa kiriman tulisan yang bicara mengenai identitas diri, Saya ingat ketika masih kecil, duduk di sekolah dasar kelas dua. Seminggu sebelum lebaran, bapak dan ibu mengumpulkan kami berempat. Mereka berterus terang di hadapan kami bahwa lebaran kali ini mereka tidak bisa mengusahakan baju baru, maupun opor ayam seperti biasanya,apalagi pulang ke tempat kakek & nenek. Karena dari bebearapa anak angkat beliau berdua harus masuk tahun ajaran baru di sekolahan menengah, di mana itu sanagt butuh biaya. Mereka ingin kita mengerti, dan juga sadar bahwa mengekang rasa ingin adalah sesuatu yang berharga buat kami di kemudian hari untuk selalu bersyukur terhadap apapun di berikan Tuhan kepada kita. Dengan pengertian dari beliau berdua, saya menjadi lebih "tidak peduli" dengan obrolan teman-teman tentang baju baru yang mereka persiapkan. Suatu pelajaran yang sangat berguna bagi saya pribadi sampai sekarang, pelajaran tentang bersyukur itu sendiri. Tetapi yang menarik, bapak saya ternyata masih berusaha menyenangkan kami, di belinya 4 kaos oblong, warna merah, dan yang menarik adalah ada tulisan nama kami masing - masing di kaos itu. Yang terjadi, walaupun kami harus menikmati lebaran dengan sayur lodeh masakan bapak, tetapi kami adalah anak paling terkenal di perumahan, bahkan setelah itu banyak anak sebaya kami menginginkan baju yang sama. Setiap jalan di depan orang dan kemudian membaca nama kami, hati ini menjadi semakin bangga, identitas diri ini seakan diakui oleh banyak orang. Mencari identitas diri banyak ragamnya, walau symbol atribut adalah sesuatu yang paling banyak kita lihat. Masih ingat betapa bangganya kita dengan jaket kelas yang kita bikin beramai - ramai waktu SLTA, atau seragam basket yang kita pakai buat jalan - jalan ke mall, kemudian kita pakai santai di rumah, sampai kita pakai tidur, tiga hari baru ganti, padahal satu minggu kita Cuma latihan dua jam saja. Masih ingat dengan maraknya sepeda BMX, banyak klub - klub kecil mencoba menunjukan identitas mereka, tiap malam minggu dengan seragam klub mengitari jalan - jalan kota. Yang paling dominan sekarang adalah penampilan atribut partai yang kadang - kadang membuat kita tersenyum. Satuan - satuan tugas mereka berpakaian ala militer, lengkap dengan aksesorisnya. Ada yang berpakaian selengkap pasukan tempur atau bahkan mencoba meniru cara berpakaian safari pengawal presiden. Yang disayangkan, sering dari mereka berlagak over acting, bahkan lebih galak dari militer itu sendiri. Kadang - kadang jauh dari kerapian seorang militer, mereka malah lebih mirip pengawal bos obat bius seperti di film- film holywood. Tapi tidak sepenuhnya kita menyalahkan mereka, karena saya yakin itu adalah salah satu cara mereka untuk menunjukan siapa mereka, identitas diri mereka. Hal yang lumrah, bahwa manusia di bekali dengan sifat ego atau aku yang tinggi. Sadar atau tidak sadar sering kita selalu berupaya menunjukan diri kita di muka umum, supaya kita lebih di kenal ataupun di hargai oleh orang ramai. Tidak jarang dalam pergaulan, tanpa sadar kita selalu berusaha mempengaruhi teman - teman kita untuk mengakui keberadaan kita. Dalam suatu rapat kita berusaha untuk terus nampak berbicara, walau kadang - kadang yang kita bicarakan bukan hal yang harus kita bicarakan. cara salah dalam menunjukan identitas diri selalu menjadi boomerang, senjata yang akan berbalik kepada kita sendiri. Anak - anak SLTA yang menunjukan identitas diri mereka melalui gang-gang atas nama sekolah mereka, dengan tawuran sebagai menu pokoknya, akibatnya timbul rasa kurang percaya diri ketika mereka berjalan sendirian, karena takut di keroyok. Atau malah sebaliknya, tindakan yang brutal, akibat kepercayaan diri yang berlebihan sewaktu berkelompok, seperti membajak bis kota misalnya. Orang - orang bijak akan lebih suka mengintropeksi diri mereka ketimbang sibuk menunjukan siapa mereka di depan umum. Gandhi tidak perlu menunjukan dirinya, berusaha belajar tentang damai, percaya damai akan menyelesaikan permasalahan dunia,karena itu India yang mencari Gandhi. Bunda Theresa hanya percaya kasih sejati dari dalam jiwa manusia, beliau belajar dari situ, tidak pernah teriak - teriak tentang kasih di depan umum, hanya dengan perbuatan, beliau tidak menunjukan diri di depan dunia, dunia yang mencari beliau. Umar Bin Khatab, singa padang pasir, pahlawan perang yang gagah, pemimpin hebat, yang setiap malam meronda keliling negeri untuk mengetahui keluhan rakyatnya. Umar tidak mencari hormat, walau kekuasaannya melebihi jazirah Arab itu sendiri, beliau hanya ingin melayani, tetapi rakyatnya membalas dengan hormat, sampai dalam hati. Kita bisa belajar dari mereka, introspeksi diri atau menganalisa diri sendiri, belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri sendiri, membuat diri ini lebih baik dari hari kemarin. Lambat laun, diri ini akan semakin sadar, bahwa kita ini bukan apa-apa, kita hanyalah mahluk yang lemah, mahluk yang banyak kelemahannya. Semakin kita intropeksi diri semakin kita sadar akan identitas diri kita sebagai manusia...bahwa kita bukan apa-apa. Akan aneh rasanya kalau kita merasa paling pintar, merasa paling kaya, merasa paling dari yang lain.....akan aneh kalau kita merasa sombong. Memamerkan identitas diri, begitu banyaknya hal tersebut di pajang di media, baik itu media elektronik maupun cetak, Berusaha membaut orang lain berpikir mereka adalah yang terbaik, mereka yang paling benar, tanpa sadar, bahwa hal itu sangat tipis bedanya dengan menyebar fitnah, hal yang tidak disukai oleh Gusti Allah. Mereka seakan berlomba muncul di media, mempengaruhi pikiran orang lain, berusaha merubah sesuatu, bahkan berusaha merubah bangsa ini sendiri... Akan lebih baik, mari kita mulai dengan intropeksi diri kita sendiri lebih dahulu, membangun kualitas diri kita, yang mudah-mudahan pancarannya akan bekerja sendiri. Kita mungkin tidak sebesar Gandhi, Bunda Theresa ataupun Umar Bin Khatab.... Tapi ketika kita berguna bagi diri kita sendiri, dengan selalu membangun jiwa yang bersih, InsyaAllah, Gusti Allah akan meridhoi jalan hidup kita. So, mencari identitas diri akan menghabiskan waktu dan energi kita kalau kita tidak intropeksi diri kita. Memperbaiki diri kita lebih dahulu, berjuang dari dalam, mencoba memperbaiki kelemahan kita, lambat laun tanpa kita sadari, Dunia yang akan mencari kita. Sampaikan salam saya buat keluarga terkasih anda, mulailah dari kita, memberi yang terbaik bagi mereka yang mengasihi kita, membahagiakan mereka yang telah membahagiakan kita. Terima kasih DQ - pejuang pemikir, pemikir pejuang "Imagination will often carry us to worlds that we never were, but without it we go nowhere" ________________________________ This e-mail (including all attachments) is intended for the named addressee(s) only, and may contain privileged / confidential information. If you are not the named recipient or addressee, you are hereby notified that any use review, disclosure or copying of the contents herein is strictly prohibited. As such, kindly discard all its contents and notify sender accordingly regarding such unauthorized disclosure or transmission by email. Opinions, conclusions, statements and other information in this message that do not relate to the official business of the Miclyn Express Offshore Group shall be understood as neither given nor endorsed by it. The contents herein are meant strictly for the use of the named recipient or addressee of the Miclyn Express Offshore Group. No assumption of responsibility or liability whatsoever is undertaken by the Miclyn Express Offshore Group in respect of any prohibited or unauthorised use by any other person.