[breaktime-corner] Re: Neurologis Kebodohan

  • From: hafidz.anwar@xxxxxxxxxxxxxx
  • To: tea-corner@xxxxxxxxxxxxx
  • Date: Fri, 6 Jan 2012 16:47:14 +0000

= Repetitive Magic Power

Powered by BlacksweetBerry®

-----Original Message-----
From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
Sender: tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx
Date: Fri, 6 Jan 2012 23:04:58 
To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
Reply-To: tea-corner@xxxxxxxxxxxxx
Cc: <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
Subject: [breaktime-corner] Neurologis Kebodohan

 

 

----- Neurologis Kebodohan ----- 

 

 

Sebelum saya menjelaskan apa itu neurologis kebodohan dan bagaimana
terbentuknya, serta dampaknya terhadap pengembangan diri, saya terlebih
dahulu menjelaskan arti kata neurologis itu sendiri. Yang saya maksud dengan
neurologis itu berhubungan dengan syaraf otak. Dalam hal ini bagaimana
syaraf otak bekerja dalam merespon sebuah stimuli dari luar. Otak kalau
dirangsang (distimuli) akan bekerja sesuai dengan pola yang sudah terlatih
(kebiasaannya).

 

Description: Description:
http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://dewagratis.com
/kesehatan/dokter/images/Spasmodic-Neurological-Speech-Disorders.jpg&sa=X&ei
=WODlTor4OYXNrQfm1MidCA&ved=0CAwQ8wc&usg=AFQjCNEGOHxHMiiU8pa3xx78ORO7Ls9lEQ


Contoh yang paling klasik adalah penelitian Pavlov terhadap anjing-ajingnya.
Dalam percobaannya, Pavlov memberikan makanan kepada hewan piaraannya itu.
Setiap kali ia memberikan makanan kepada anjingya, ia membunyikan bunyian
tertentu, katakanlah kentongan. Dengan bunyi kentongan tertentu,
anjing-anjing sudah paham bahwa mereka mendapatkan makan. Begitu kentong
dibunyikan anjing-anjing berdatangan.

Suatu kali, Pavlov membunyikan kentongannya dengan tidak membawa makanan
anjing. Meski demikian, anjing-anjing tetap berdatangan dengan mengeluarkan
air liur pertanda lapar. Itulah neurologis, syaraf secara otomatis merespon
dengan pola tindakan tertentu (kebiasaan) karena diakukan berulang-ulang.

 

 

Description: Description:
http://www.google.co.id/url?source=imgres&ct=img&q=http://1.bp.blogspot.com/
_4N19Dy3EoXE/S9ogsDUUMII/AAAAAAAAAIQ/Z6IA5CQ6i9o/s320/stimulus.bmp&sa=X&ei=5
eDlTtGTJ8fmrAegoKmLCA&ved=0CAQQ8wc4Gg&usg=AFQjCNGUZ5bnFA48ue9P8JZb2H1c19M7ww


Pola kerja neurologis juga sama dengan apabila kita masuk ke dalam sebuah
ruang gelap-sebuah kamar katakanlah-maka secara otomatis syaraf otak kita
bekerja untuk segera mencari saklar lampu. Kerja otomatis syaraf kita pada
saat masuk kamar gelap adalah tekan saklar lampu. Apabila suatu malam,
tiba-tiba listrik mati secara otomatis kita mencari lilin atau korek. Korek
bagi mereka yang biasa merokok, bagi yang tidak biasa mungkin lampu senter
atau handphone. Pokoknya, syaraf akan menacari keotomatisannya.

Itulah neurologis, syaraf otak bekerja menurut program-program kebiasaannya
secara otomatis. Masing-masing individu berbeda dalam merespon terhadap
suatu hal yang sama di luar dirinya. Ada orang yang kalau lagi stres
langsung istighfar dan berdoa mendekatkan diri pada Tuhannya, ada orang yang
kalau lagi pusing malah lari ke sabu-sabu. Semua serba otomatis menurut
kebiasaannya.

 

Description: Description:
http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://3.bp.blogspot.
com/-dst4z7w0uKw/TaNfb-Y7bwI/AAAAAAAABSE/qAZ7fxauG1Q/s1600/otak.jpg&sa=X&ei=
COHlTtruOYLwrQfN272kBg&ved=0CA0Q8wc&usg=AFQjCNFT51FipZcAWhhkIGoebxIZn0f9EA


Perlu kita ketahui bahwa dalam alam pikir kita terdapat banyak sekali jalur
neurologis yang serba otomatis. Dari jalur neurologis yang positif yang
menjadikan seseorang cerdas, hingga jalur neurologis yang membodohkan. Jalur
neurologist positif misalnya: waktu senggang berarti baca/belajar/nulis;
sulit dalam belajar berarti harus belajar lebih tekun; masalah berarti
kesempatan pendewasaan diri dan stres berarti mendekatkan diri kepada Allah.
Jalur negatif seperti: ujian berarti nyontek, prestasi karir berarti jalan
pintas, kuliah berarti gelar dan stres berarti sabu-sabu. Bila itu dilakukan
secara otomatis, tanpa ada pertimbangan lagi, dan membiasa dalam diri
seseorang maka disebut peristiwa neurologis.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan neurologis kebodohan berarti bagaimana
syaraf kita membentuk jalur-jalur otomatis kebodohan (seotomatis pada saat
kita masuk lamar gelap dan saklar lampu) sehingga kita menjadi tetap bodoh.
Neurologis kebodohan bukan berarti syarafnya atau intelegensinya rendah,
melainkan karena jalur-jalur otomatis yang keliru sehingga kita tetap bodoh.


Apabila kita bodoh akan suatu suatu hal, kemungkinan besar bukan karena
tingkat itelegensia kita yang rendah, namun lebih karena pola kerja syaraf
otak (neurologis) yang otomatis itu. Bukan karena tingkat intelegisia Anda
yang "telmi" (telat mikir) sehingga Anda tidak bisa berbahasa Inggris
misalnya, tetapi karena Anda sudah terlanjur membuat perangkap neurologis
yang keliru atau membodohkan. Anda tidak bisa berbahasa Inggris-dan sejumah
tidak bisa lainnya-bukan karena "lemot" (lemah otak) tetapi karena Anda
sudah terlanjur membangun "jalur otomatis" untuk menghindari kesulitan
belajar Bahasa Inggris. Kongkritnya, begitu Anda bertemu dengan pelajaran
Bahasa Inggris otomatis menghindarinya dan mencari kegiatan lain yang sudah
biasa dilakukan. Begitu seterusnya, sehingga menjadi pola kerja otomatis
pikiran, seotomatis kamar gelap dan saklar lampu.

Bila jalan menghindar itu ibarat "jalur otomatis" menuju kebodohan, sudah
berapa banyak jalur yang kita miliki? Semakin banyak jalur itu, maka semakin
bodoh intelegensi Anda. Sebab, dengan jalur khusus neurologis itu nyaris
menjadikan intelegensi Anda tidak pernah diberi kesempatan lagi untuk
mengembangkan dirinya. Bagaimana itelegensi Anda akan bekembang kalau belum
apa-apa Anda sudah menghindar dengan full speed melalui jalur khusus itu?
Bagaimana kemampuan Bahasa Inggris Anda bisa berkembang kalau belum apa-apa
Anda sudah lari kencang menghindarinya?

Seseorang menjadi lebih bodoh dari yang semestinya pintar tidak lain karena
terlalu sering membangun jalur khusus kebodohan, atau neurologis kebodohan.
Bukan saja kasus "bodoh" dalam bahasa Inggris saja, tetapi dalam banyak hal
seseorang cenderung lebih banyak membangun jalur khusus neurologis kebodohan
dari pada membangun jalur neurologis kecerdasan. Kita lebih suka menghindari
kesulitan belajar, dari pada menghadapinya. Kita lebih suka membuat jalur
kebodohan dengan cara menghindari kesulitan dari pada membangun jalan
kecerdasan dengan dengan cara berdisiplin dan bertekun misalnya.

Bagaimana proses terjadinya jalur neurologis kebodohan dalam diri kita?
Proses terjadinya neurologis kebodohan berawal dari pencarian jalan keluar
(alternatif) yang aman dan nyaman dari setiap menghadapi masalah. Entah itu
masalah belajar, atau masalah lainnya. Awalnya seseorang memang hanya
mencari jalan alternatif dari sebuah kemelut kesulitan belajar Bahasa
Inggris dengan cara membolos misalnya. Ternyata dengan cara seperti itu ia
mendapatkan "nikmat" dan "manfaat" (tenang, tidak pusing), maka selanjutnya
ia mengulang perilakunya. Terlebih banyak orang yang melakukannya, maka
semakin termotivasi untuk mengulangnya.


Description: Description:
http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://1.bp.blogspot.
com/_mgF8ugweY7s/S9vC8ofVMmI/AAAAAAAAAQ4/KkiA24b6Nf8/s400/ALBERT-EINTEIN-KAR
TUN.gif&sa=X&ei=feHlTrb2McLQrQemmK38Bw&ved=0CAsQ8wc&usg=AFQjCNHjU5BUJFY2G7Av
xKFqFQ_t2LwN7Q


Proses neurologis, baik neurologis kebodohan dan neurologis lainnya, identik
dengan proses terjadinya neurologis kecanduan sabu-sabu. Berawal dari
kemelut masalah, seseorang mencoba mencari jalan keluar. Ada jalan pintas
yang menjadikan dirinya merasa "aman" dan "nyaman", yakni sabu-sabu. Begitu
datang masalah, ia mengulangi tindakannya itu. Frekuensi dan intensitas
tindakannya semakin membekas seperti "jalan tol", yaitu jalan otomatis
ketika menghadapi masalah yang sama. Begitu masalah tiba, secara otomatis
lari ke sabu-sabu.

Marden (2006) mengilustrasikan proses terbentuknya sebuah kebiasaan
neurologis dengan tepat: "Awal dari suatu kebiasaan adalah ibarat benang
yang tidak kelihatan, tetapi setiap kali kita ulangi tindakan itu, kita
telah memperkuat benangnya, kita menambahkan serat lagi kepadanya, hingga
menjadi kabel yang tebal dan mengikat pikiran dan tindakan kita yang tidak
dapat ditarik kembali."

Itulah neurologis. Proses terjadinya melalui tindakan yang berulang
(kebiasaan). Penciptanya adalah diri kita masing-masing.

Proses terjadinya neurologis kebodohan bisa datang dari orang lain. Dalam
kasus ini, orang lain sperti: guru, teman, orangtua, kolega dan lain-lain,
sangat berpotensi sebagai penyebab terbentuknya neurologis kebodohan. Bila
mereka kepada seorang anak sering melontarkan umpatan: "Kamu bodoh, kamu
bodoh...!", maka cepat atau lambat si anak itu membuat persepsi bahwa
dirinya adalah anak bodoh. Intensitas dan frkuensi makian itu yang datangnya
dari banyak orang dan lingkungan, segera membekas menjadi sebuah jalur
neurologis dan diyakini oleh si anak bahwa dirinya bodoh.

Salah satu sifat kerja pikiran adalah mencatat, merekam dan menyimpan segala
informasi yang masuk. Sebuah informasi akan membekas menjadi jalur
neurologis atau tidak sangat tergantung pada intensitas dan frekuensinya.
Semakin sering, semakin membekas, dan semakin menjengkelkan, malah semakin
membekas. Bila Anda membenci akan sebuah iklan, jusrtu itulah iklan yang
baik secara neurologis: ingat terus. Demikian halnya dengan umpatan "Kamu
bodoh!" pada anak-anak.

Description: Description:
http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://3.bp.blogspot.
com/-jwaeTEaIvU0/ThPoKw3jwQI/AAAAAAAAAjs/FBYQNJaV7O8/s1600/bodoh.jpg&sa=X&ei
=zOHlTqDZMcbRrQfloKioCA&ved=0CAsQ8wc&usg=AFQjCNHQX4YI545rXuU3DDB_06rBRlUayw


Ini tidak edukatif sama sekali. Sebab, umpatan yang begitu intens akan
segera membekas dan membentuk jalur neurologis kebodohan bagi si anak. Bila
sudah demikian, pada saat si anak menghadapi kesulitan belajar, maka
otomatis ia akan menggunakan jalur neurologis itu secara otomatis. Begitu ia
menemukan masalah belajar (sulit misalnya) maka jalan penyelesaiannya
adalah: "Aku tidak mungkin bisa menyelesaikannya karena aku adalah anak
bodoh".




Menurut Robbins (2006) ada enam langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi
neurologis kebodohan. Langkah-langkah ini juga dapat digunakan oleh siapa
saja yang mau merupakan kebiasaan negatif.

 


Pertama, putuskan bahwa Anda benar-benar ingin membuang neurologis itu.
Pastikan bahwa Anda mau menggatinya segera sehingga Anda tidak lagi akibat
buruk dan kerugian hidup dari neurologis kebodohan. Pastikan pula bahwa Anda
siap menanggung resiko/tantangan yang menghadangnya dengan keputusan yang
diambil. 

 


Kedua, gunakan prinsip berubah sekarang atau sengsara selama hidup. 
Anda tidak akan pernah dapat ke luar dari neurologis kebodohan, bila tidak
berubah hari ini. Berubah hari ini, berarti kepedihan, berarti rasa sakit
dan kesengsaraan. Tetapi jauh lebih pedih, lebih sakit, lebih sengsara dan
memilukan lagi masa depan Anda bila hari ini tidak berubah. Hanya ada satu
syarat agar kepedihan hari ini tidak terasa sakit, yakni dengan cara
merasakan-seolah-olah-masa depan itu sudah di tangan. Kepedihan hari ini
bukanlah rintangan bila mengingat kenikmatan yang akan diperoleh. Belajar
tekun, serius dan berdisiplin memang menyakitkan, tapi lebih sakit lagi bila
hidupnya menjadi manusia bodoh yang tidak ada manfaatnya dan merana
sepanjang waktu. 

 


Ketiga, interupsi polanya.
Anda tidak akan pernah berubah bila masih mempertahankan pola lama. Disebut
berubah bila polanya dienterupsi, dirubah atau minimal digeser meski serba
sedikit. Apabila Anda selama ini pola neurologisnya "selalu menghindar dari
kesulitan belajar Bahasa Inggris", maka sesekali mencoba menghadapinya meski
tidak nyaman. Bila masih sulit untuk menerimanya, coba sesekali lihat dan
dengar cerita-cerita sukses betapa nikmatnya bisa berbahasa Inggris. Bila
perlu mencoba merasakan seolah-olah Anda bisa berbahasa Inggris, sehingga
banyak peluang karir lebih nikmat dan peluang mendapatkan beasiswa studi
lanjut ke luar negeri.

Atau, bila selama ini Anda selalu menghindar untuk berolah raga, artinya
pola hidup rutinnya tidak suka olah raga, lebih suka rileks dan banyak
tidur, coba sesekali menikmati olah raga. Bila selama ini pola neurologisnya
selalu mengatakan bahwa olah raga hanya buang-buang waktu, sesekali melihat
dan mendengarkan orang-orang yang tubuhnya segar bugar, dan sehat walafiat
karena rajin berolah raga. Bila perlu meyakinkan diri bahwa segala-galanya
tanpa kesehatan tidak berarti apa-apa. Olah raga merupakan salah satu cara
untuk mencapai kesehatan itu. 

 


Keempat, ciptakan alternatif baru yang memberdayakan. 
Penginterupsian seperti pada langkah ketiga di atas, merupakan langkah
"pemanasan" perubahan neurologis. Pada kondisi ini Anda berada di
persimpangan jalan. Mau tetap di jalan lama yang berarti tetap terperangkap
dalam kebodohan, atau jalan alternatif, jalan baru yang dapat memberdayakan
diri Anda. Bila selama ini Anda berada jalan neurologis "nikmat membawa
sengsara" maka saatnya beralih ke jalan (alternatif) neurologis "sengsara
membawa nikmat selamanya".Bila selama ini Anda berpelukan dengan kemalasan,
maka saatnya sekarang berpeluk mesra dan penuh setia dengan ketekunan. 

 


Kelima, kondisikan pola barunya hingga konsisten.
Apabila Anda sekarang sudah mulai tertarik dengan jalan alternatif dengan
segala hasil yang memberdayakan dan menggiurkan, tidaklah otomatis menjadi
pola baru neurologis. Masih membutuhkan pengkondisian yang konsisten sehinga
menjadi pola baru yang otomatis, seotomatis kamar gelap-saklar lampu. Pola
baru ini akan menjadi konsisten, membiasa, apabila tindakannya secara
berulang-ulang dengan intensitas emosional yang luar biasa.

Hukum penguatan mengatakan, "Pola emosi atau perilaku mana pun yang terus
dikuatkan akan menjadi respon yang otomatis dan terkondisikan. Apa pun yang
tidak kita kuatkan pada akhirnya akan menghilang" Ketekunan yang semula
masih lemah pada ikatan neurologis Anda, akan segera menguat dan
terkondisikan bila terus dilakukan berulang-ulang dengan intensitas emosinal
yang luar biasa. Bila ketekunan sudah membiasa, sudah menjadi "jalan tol"
yang nyaman dan nikmat dalam setiap menghadapi persoalan pembelajaran, maka
Anda akan segera melupakan jalan lama (kemalasan). Hari-hari selanjutnya
adalah hari-hari yang terbiasa dengan ketekunan. Malah sekali saja
melanggarnya, Anda segera mendapatkan teguran dari alam bawah sadar agar
segera kembali ke neurologis ketekunan. 

Keenam, ujilah.
Apakah perubahan neurologis kebodohan (pola lama) ke neurologis kecerdasan
(pola baru) benar-benar mendatangkan manfaat bagi hidup Anda. Bila
manfaatnya jauh lebih besar dari pada tetap pada pola lama, maka pertahankan
pola baru itu. Termasuk apakah pola baru itu tidak bertentangan dengan
nilai, gaya hidup dan keyakinan Anda.

Kualitas hidup kita itu sesungguhnya tergantung pada pola-pola kerja
neurologis. Semakin banyak kita memiliki pola kerja neurologis yang
memberdayakan diri, semakin berkualitas hidup kita. Jangan dibiasakan
membangun jalur-jalur neuorogis kebodohan, dan neurologis-neurologis lainnya
yang hanya menjebak hidup kita








JPEG image

JPEG image

JPEG image

GIF image

JPEG image

Other related posts: