Kartu Kredit, Perlu Ga Ya? Description: Description: 13234514011260997683 Selamat pagi.selamat kepada bapak Wibawa yang mendapatkan kredit lunak tanpa agunan dari kami.selamat siang pa..bapak mendapat prioritas kredit dari Bank kami..selamat sore pa..kami dari Bank XXX memberikan penawaran.bla..bla.bla.Itulah sepenggal cerita seorang teman yang setiap hari harus sabar mendengarkan celoteh penawar pinjaman tanpa agunan..Kartu Kredit..pinjaman lunak dan sebagainya dari berbagai Bank.dan saya buktikan saat berbincang di waktu makan siang..teleponnya berdering dan suara bening wanita telemarketing KK menawarkan bantuan keuangan... Memang sahabat saya itu kini menjadi pengusaha sukses, dengan cash flow yang bagus di rekeningnya maka selalu menjadi sasaran empuk para penawar kredit dari berbagai Bank.kemudian dia bercerita bahwa dulu pada awal-awal usaha mah boro-boro mendapatkan penawaran.dia berkeliling Jakarta membawa sertifikat rumah orang-tuanya untuk mendapatkan kredit saja sangat sulit..padahal Cuma 50 juta saja butuhnya.dalam kondisi terbelit masalah keuangan dia mencari Bank yang mau meminjami uang untuk penambahan modal..tapi penolakan yang selalu didapat. "Ah klo sekarang buat apa cup..tiap bulan paling tidak rata-rata ya 50 Juta keuntungan bersih gw sekarang ga butuh dana-dan kaya begituan..buat apa..lagi ga ada niat buat ekspansi" Saya sangat tahu dia..berangkat dari keluarga yang sederhana..harus membiayai kuliah sendiri..walaupun Cuma 750rb per semester kuliah di IPB Bogor, itu terasa kurang jika hanya mengandalkan kiriman orang tuanya, maka dia usaha kecil-kecilan dengan berjualan elektronik kepada teman-teman di asrama..hasilnya lumayan cukup untuk membayari kuliah dan bahkan mengirimi orang tuanya di daerah. Jalan hidupnya ternyata harus berwirausaha, disaat teman-teman seangkatan mulai meniti karir menjadi pegawai Bank, Asuransi, PNS, Guru dan lainnya..baru menjadi kacung-kacung berdasi.Dia sudah cukup mapan dengan usahanya yang dirintis dari usahanya semenjak kuliah itu..Mobil, rumah dan tanah sudah dimilikinya dengan membeli dari hasil keringatnya berusaha semenjak kuliah itu..hanya dalam waktu 5 tahun setelah lulus dari kuliah..mungkin itu yang saya sebut konsep keberuntungan.. Hmm..kembali ke tawaran kartu kredit..kadang penawar KK sangat memaksa..dapat kita temui di Mal-mal, perkantoran dan tentunya lewat telepon dan SMS yang kadang tidak tahu waktu itu.. Kembali kepada manfaatnya, tentunya banyak yang pro dan kontra dan kembali kepada masing-masing individual dalam melihat manfaat dan mudharatnya..Namun, melihat kasus-kasus banyaknya orang yang terjerembab pada lilitan hutang tak berujung KK dan KTA, misalnya irjen Okta yang harus menikmati bogem mentah kolektor..maka perlu berhati-hati saja dalam menggunakannya Dari sisi analisis mikrekonomi, analisis kurva indeferen dan garis anggaran cukup menjabarkan bagaimana seorang individu membelanjakan uangnya secara berlebih hingga diluar batas kemampuan keuangannya ..orang tua kita sudah mengistilahkan.."besar pasak dari pada tiang" Dengan kartu siap gesek untuk belanja apapun dimanapun..maka secara psikologis. Seseorang akan merasa bahwa mereka memiliki sumberdaya/garis anggaran yang masih cukup..padahal itu hasil utang..dan kurva indeferen menjelaskan bahwa "kelimpahan akan menimbulkan sikap boros" karena kemauannya dalam menukarkan sumberdaya yang berlimpah untuk mendapatkan sumber daya yang dianggap dia butuhkan. Nah..karena itulah banyak perencana keuangan yang menyarankan jika ingin mengkontrol keuangan, maka isi uang cash secukupnya di kantong anda..bahkan gunakan rekening tanpa ATM karena secara psikologis kita akan boros karena merasa selalu berkelimpahan sumberdaya/anggaran... Jadi masih mau pakai fasilitas KK??..Semua terserah anda..