[breaktime-corner] Hongkong, Surga atau Neraka Bagi TKW?

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sat, 10 Dec 2011 21:52:14 +0700

Hongkong, Surga atau Neraka Bagi TKW?


 

 

Description: 13235106881668135888

Para TKW yang tampil trendy di Hongkong.

Ingin tahu bagaimana kehidupan para TKW kita di Hongkong ? Pergilah ke
belantara beton itu pada akhir pekan. Di beberapa pusat belanja dan taman
Vicoria, kita dapat saksikan ribuan perempuan Indonesia ada di sana, tampil
dengan macam ragam busana. Ada yang berbusana muslimah tetapi tidak kurang
uang tampil trendi. Menjelang musim dingin di awal Desember lalu, banyak
yang masih menggunakan celana pendek, jaket dan topi gaya rapper. Mereka
juga dengan bebas naik turun kereta bawah tanah yang menghubungkan berbagai
pusat belanja di Hongkong.

Description: 13235108831176997999

Ratusan TKW Antri Mengurus Paspor di KJRI Hongkong

Selain di pusat belanja dan keramaian, keberadaan para TKW - yang sebagian
lebih suka disebut BMI yaitu singkatan dari Buruh Migran Indonesian - dapat
dilihat juga di sekitar gedung Konsulat Jenderal Indonesia di Hongkong. Rata
rata seribu TKW setiap minggu sore ngantri mengambil paspor mereka yang baru
diperpanjang. Jangan kaget, sebab banyak di antara mereka yang bekerja di
Hongkong lebih dari lima tahun. Mereka kerasan bekerja di sana lantaran
mendapat majikan yang baik serta sudah punya teman karib. Sejumlah TKW
bahkan dapat berprestasi menulis cerita pendek dan membukukannya bahkan
punya blog sendiri. Untuk yang seperti ini dapatlah disebut nama nama
seperti Ratu Bilqis, Susie Utomo, Nadia Cahyani dan Mega Vristian. Orang
orang ini selain aktif menulis bahkan aktif membantu sesama TKW yang
menderita. Boleh jadi, banyak di antara mereka merasa Hongkong adalah
kampung halaman mereka yang kedua. Hongkong adalah surga bagi sebagian di
antara mereka. Lantas adakah yang merasakan Hongkong ibarat neraka ?

Tidak semua TKW di Hongkong merasa nyaman dengan pekerjaan mereka. Jika
ingin tahu bagaimana penderitaan yang dihadapi sebagian dari 14 ribu
perempuan pekerja itu, pergilah ke sejumlah shelter atau penampungan TKW
bermasalah. Di salah satu shelter yang dikelola Dompet Dhuafa, tinggal
puluhan perempuan yang merasakan kesedihan dan penderitaan. Satu di
antaranya adalah Nur. Gadis asal Klirong Kebumen Jawa Tengah itu tak dapat
melupakan bagaimana derita yang ia rasakan. Menjelang satu tahun bekerja
bersama majikan, perampuan tertua yang membantu orang tuanya menanggung
beban biaya adik adiknya itu, sempat merasakan kehidupan bak neraka. Majikan
laki laki yang pengangguran dan selalu tinggal dirumah sangat ringan tangan.
Tamparan dan pukulan sangat gampang ia terima hanya karena kesalahan kecil
yang dilakukan. Suatu kali ia pingsan dan harus masuk rumah sakit.
Telinganya berdarah darah, badannya kurus kering dengan luka luka di kaki
dan tangannya. Untunglah, ia akhirnya sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Iapun menuntut majikannya dan sempat maju ke pengadilan. Tetapi ia
dikalahkan. Pengadilan memutuskan majikan tidak bersalah. Di dampingi Dompet
Duafa dan Christian Union ia masih berusaha menuntut majikan dan meminta
ganti rugi moral dan material akibat siksaan yang dialaminya. Secara fisik
Nur sudah sembuh, tetapi batin, sejauh saya masih belum. Ia senantiasa
terisak menuturkan deritanya. Setidaknya itulah yang saya lihat saat
mengunjungi shelter tempat ia bernaung. Selain Nur, puluhan TKW Hongkong
terancam keberadaannya lantaran kasus pemutusan hubungan kerja sepihak (
interminate ) dari majikan. Muji dari Cilacap misalnya, baru dua bulan
bekerja lantas diberhentikan. Ia diberi pesangon satu bulan sebagaimana
peraturan yang berlaku. Tetapi urusan belum selesai. Paspor dipegang oleh
agen yang membawanya ke Hongkong. Agen meminta uang. Ia dianggap berhutang.
Sebagaimana diketahui, selama delapan bulan pertama gaji TKW di Hongkong
selalu dipotong 3000 dolar hongkong setiap bulannya. Potongan itu diambil
agen sebagai uang kompensasi. Setiap bulan, jika beruntung, majikan yang
baik akan membayarkan sisa gaji yang 500 dolar. Jadi masa kritis adalah
delapan bulan pertama masa kerja. Muji bukanlah satu satunya. Masih banyak
yang lainnya...

Description: 132351107625622124

Sebagian dari TKW di Hongkong yang menderita dan ditampung di shelter Dompet
Dhuafa.

Karena itu, selain nasib baik mendapatkan majikan yang baik hati, kesiapan
mental dan ketrampilan adalah modal utama bagi para TKW di Hongkong. Masa
masa itulah yang bakal menentukan apakah Hongkong dapat menjadi surga atau
sebaliknya menjelma menjadi neraka..

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] Hongkong, Surga atau Neraka Bagi TKW? - gunawan prakoso