Gambar Paru Paru Akibat Merokok _____ http://hrsbstaff.ednet.ns.ca/bmurphy/student/images/Smokers_Lungs.jpg The lungs on the left have emphysema, and the lungs on the right have cancer. http://library.thinkquest.org/trio/TTQ03034/healthy-lung.jpg Paru Paru Yg Sehat http://library.thinkquest.org/trio/TTQ03034/bad_lung.gif Paru Paru Akibat Rokok http://i226.photobucket.com/albums/dd3/tol_99/cigarette_composition.gif Ini gambar baru lagi nih: http://bp3.blogger.com/_4A7wgPdbAFc/SGUEi4ON-kI/AAAAAAAAAA8/bjzwX910xlY/s400 /otak+akibat+rokok+jadi.jpg Kretek Kretek ialah rokok yang diperbuat daripada sebatian tembakau, bunga cengkih, dan 'sos' perisa. Namanya rokok ini merupakan perkataan Indonesia yang berasal daripada bunyi gemersik yang dihasilkan oleh bunga cengkih apabila dibakar. Secara amnya, kretek mengambil masa yang lebih lama untuk menghisap, berbanding dengan rokok biasa yang mempunyai saiz yang sama. Kretek dicipta pada awal 1880-an oleh Haji Jamahri, seorang penduduk Kudus, Jawa, Indonesia, sebagai caranya untuk menghantar ubat eugenol daripada bunga cengkih ke dalam paru-paru kerana ubat ini dipercayai dapat merawat asma ketika itu. Apabila sakit dadanya pulih disebabkan "rawatan"nya itu, beliau memulakan pemasaran ciptaannya di kampungnya tetapi sebelum beliau dapat menjualnya secara besar-besaran, beliau meninggal dunia. M. Nitisemito kemudian mengambil alih tempatnya dan memulakan memperdagangkan rokok baru ini. Kretek merupakan jenis tembakau yang jauh lebih banyak dihisap di Indonesia, di mana hampir 90% daripada perokok-perokok menghisap kretek berbanding tembakau biasa. Terdapat beratus-ratus pengilang kretek di Indonesia, termasuk syarikat-syarikat tempatan yang kecil serta jenama-jenama yang utama. Kini pengilang-pengilang kretek di Indonesia menggajikan melebihi 180,000 pekerja, dan menyebabkan negara ini merupakan 95% daripada pasaran bunga cengkih di seluruh dunia. Kebanyakan jenama antarabangsa yang terkenal, termasuknya Bentoel, Djarum, Gudang Garam, Sampoerna, Dji Sam Soe, dan Wismilak, berasal dari Indonesia. Di Amerika Syarikat, kretek telah dikaitkan dengan seniman-seniman dan subbudaya-subbudaya goth, punk, serta indie. Nat Sherman di Amerika Syarikat juga menghasilkan rokok dengan jenama "A Touch of Clove", tetapi rokok ini bukannya kretek yang benar kerana ia mengandungi perisa bunga cengkih di dalam penapis rokok dan bukannya bunga cengkih yang benar yang dicampurkan dengan tembakau. Sejarah Singkat Rokok Kretek Indonesia Tulisan awal tentang tembakau berasal dari Christophorus Columbus tahun 1492, yang melaporkan penduduk asli Benua Amerika senang menghisap tembakau untuk mengusir rasa letih. Daun tembakau juga digunakan untuk keperluan upacara ritual dan bahan pengobatan di kalangan Suku Indian. Kemudian para penakluk dan penjelajah dari Eropa mulai menghisap daun tembakau sehingga kebiasaaan ini menyebar keseluruh penjuru dunia (Budiman & Onghokham,1987). Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia malahan keberadaan rokok di Indonesia sudah mengakar. Legenda percintaan antara Roro Mendut dan Pranacitra yang menampilkan ikon rokok sebagai obyek dari cerita yang ada di Jawa tersebut membuktikan bahwa keberadaan rokok di tanah Jawa khususnya dan di Indonesia pada umumnya sudah mapan. Legenda tersebut mengkisahkan Roro Mendut yang dibebani pajak oleh Tumenggung Wiraguna sebesar tiga real sehari yang disebabkan cintanya ditolak oleh Roro Mendut. Untuk membayar pajak yang dibebankan oleh Tumenggung Wiraguna maka Roro Mendut membuka home industry rokok. Rokok produksi Mendut diserbu peminat khususnya kaum pria, salah satunya adalah Pranacitra yang kemudian menjalin cinta dengan Mendut. Kebiasaan merokok mulai menyebar di pulau Jawa karena adanya kabar bahwa kebiasaan merokok dapat menyembuhkan sakit bengek atau sesak napas. Mula-mula Haji Djamari penduduk Kudus yang menderita sakit di bagian dadanya mempelopori penggunaan minyak cengkeh dalam mengobati penyakitnya dan ternyata penyakitnya mulai sembuh. Dengan naluri bisnisnya maka Haji Djamari mulai membuat "rokok obat" yang diproduksi dalam skala industri rumah tangga dan laku di pasaran. Pada saat itu "rokok obat" lebih dikenal dengan nama "rokok cengkeh", kemudian sebutan tersebut berganti menjadi "rokok kretek" karena bila rokok ini dibakar maka berbunyi berkemeretekan. (Budiman & Onghokham,1987) Perkembangan rokok kretek Indonesia dimulai di Kudus pada tahun 1890 kemudian menyebar ke berbagai daerah lain di Jawa Tengah antara lain Magelang, Surakarta, Pati, Rembang, Jepara, Semarang juga ke Daerah Istimewa Yogyakarta (Gatra, 2000: 54). Perkembangan industri rokok di Indonesia ditandai dengan lahirnya perusahaan rokok besar yang menguasai pasar dalam industri ini, yaitu PT. Gudang Garam,Tbk yang berpusat di Kediri, PT. Djarum yang berpusat di Kudus, PT.HM Sampoerna, Tbk yang berpusat di Surabaya, PT. Bentoel yang berpusat di Malang dan PT. Nojorono yang berpusat di Kudus. Rokok Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda dengan rokok luar negeri yang biasa dikenal dengan nama rokok putih. Rokok Indonesia, yang dikenal dengan rokok kretek (clove cigarette), mempunyai cita rasa yang berbeda karena adanya pemanfaatan bahan baku cengkeh (sebagai tambahan aroma) selain tembakau sebagai bahan pokoknya. Dalam sejarah perkembangannya produksi rokok cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satu sebabnya adalah makin dikenalnya rokok kretek sehingga permintaan untuk rokok kretek meningkat. Sebelum tahun 1975 industri rokok Indonesia masih didominasi oleh rokok putih yang diimpor. Setelah tahun 1975 industri rokok kretek mampu menjadi primadona di negerinya sendiri. Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang banyak menyerap tenaga kerja (sumber daya manusia, SDM). SDM dibutuhkan mulai dari penanaman tembakau dan cengkeh di perkebunan, pengeringan tembakau dan cengkeh, perajangan tembakau dan pelintingan rokok di pabrik-pabrik sampai pedagang asongan yang memasarkan rokok di jalanan. Industri rokok di Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000 karyawan, yang bekerja langsung pada pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi (Swasembada, 1999: 44). Penyerapan tenaga kerja tidak hanya ada di pabrik rokok saja tetapi bila ditambah dengan jumlah orang yang terlibat dari hulu sampai hilir yang diawali dengan petani tembakau dan cengkeh, karyawan produksi kertas pembungkus rokok, sampai karyawan dalam jalur distribusi (ritel, outlet dan pedagang asongan), jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri ini sekitar 18 juta jiwa (Gatra, 2000: 48). Perkembangan teknologi memacu juga modernisasi industri rokok di Indonesia diawali dengan mesinisasi yang dipelopori oleh PT. Bentoel pada tahun 1968 sehingga produksinya disebut dengan sigaret kretek mesin (SKM). Walaupun ada modernisasi tetapi kebutuhan tenaga kerja masih tetap tinggi yang diserap oleh proses produksi pelintingan rokok yang dikerjakan oleh tenaga manusia dan kita kenal produknya selama ini dengan nama sigaret kretek tangan (SKT). Sejarah Rokok Thursday, 15 September 2005 Dari segi bahan , rokok mempunyai beberapa istilah . Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau , dan kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh . Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh . Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih , sebutan untuk rokok tanpa cengkeh ( Joglosemar , 2003 ) Ada pula istilah rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh . Haji Jamhari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada sekitar tahun 1880 . Rokok kretek buatannya sangat ampuh sebagai obat dengan racikan khas cengkeh dan tembakau . Haji Jamhari meninggal dunia pada tahun 1890 , ketika sejumlah warga Kudus mulai mengikuti jejaknya membuat dan menjual rokok kretek , yang waktu itu masih dibungkus daun jagung kering dan disebut rokok klobot sesuai istilahnya dari dulu sampai sekarang ( Jawa Pos , Kamis Legi, 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Adalah M . Nitisemito yang juga dipercaya sebagai penemu dari rokok kretek ( Joglo Semar , 2003 ) M Nitisemito berasal dari Kudus , sekitar 50 km arah timur Semarang , Jawa Tengah . Sekitar tahun 1906 , Nitisemito menderita batuk dan asma yang tak kunjung sembuh . Dikarenakan keputusasaan dalam menghadapi sakitnya , ia mencampur tembakau dicampur dengan cengkeh yang telah digiling dan dibungkus dengan daun jagung kering yang kemudian disebutnya sebagai rokok klobot . Nitisemito pun merasa sehat setelah merokok klobot tersebut dan bermaksud menularkan kebiasaannya tersebut secara luas kepada masyarakat . Terlepas dari siapa yang menemukan rokok kretek untuk pertamakalinya , M Nitisemito adalah orang pertama yang memperdagangkan rokok kretek dengan kemasan dan diberi merek . Sebelumnya , Nitisemito hanyalah seorang priyayi yang senang merokok klobot sekaligus sebagai pedagang tembakau . Perkenalannya dengan dunia usaha rokok berawal dari pertemuannya dengan Nasilah , yang seorang pembuat dan penjual rokok klobot . Para pelanggannya adalah para buruh , penjaja , atau pedagang kaki lima dan sais dokar yang ada disekitar rumahnya . Jalinan kerjasama antara Nitisemito dan Nasilah yang kemudian menjadi suami istri inilah merupakan titik balik sejarah industrialisasi rokok kretek di Indonesia . Dibawah bendera perusahaannya , NV Bal Tiga , Nitisemito menjual rokok kretek tersebut dengan merk Bal Tiga yang bermoto : "Djangan Loepa Saja Poenja Nama "( Jawa Pos, Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Inilah rokok kretek pertama di Indonesia yang dicetak dengan baik dan menggunakan merk . Namun nasib perusahaan Nitisemito tak semulus perkembangan rokok kretek ciptaannya . Perusahaannya mengalami bangkrut pada tahun 1953 , disebabkan karena ketidak mampuannya bersaing dengan pesaing yang semakin banyak menyusul tumbuh pesatnya industri rokok kretek ( Joglosemar , 2003 ) Selain Bal Tiga , tercatat merek lain yang muncul hampir bersamaan di Kudus . Pada tahun 1913 berdirilah perusahaan rokok Goenoeng dan Klapa yang didirikan oleh M Atmowijoyo . Namun M Atmowijoyo tidak mengubah usahanya menjadi sebuah industri seperti halnya yang dilakukan oleh M Nitisemito . Hingga saat ini , perusahaan yang memproduksi merek Goenoeng dan Klapa masih memproduksi rokok klobot yang dibuat dengan tangan dan diikat dengan tali rami ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 ) Sejarah juga mencatat sejumlah perusahaan yang mengikuti jejak Nitisemito mendirikan industri rokok . Perusahaan rokok tersebut antara lain Nojorono yang didirikan tahun 1932 . Nojorono dibangun oleh Tjoa Kang Hay dan dua kakaknya yaitu Tan Tjiep Siang dan Tan Kong Ping dengan nama perusahaan Trio . Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah Astrokoro, 555, dan Kaki Tiga . Beberapa waktu kemudian Tjoa Kang Hay meninggalkan perusahaan Trio untuk kemudian bekerjasama dengan pengusaha dari Kudus yaitu Ko Djie Siong dan Tan Djing Dhay untuk mendirikan perusahaan Nojorono . Produk yang masih terkenal sampai saat ini adalah Minak Djinggo ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003, halaman 16 ) Perkembangan pabrik rokok kretek pun lebih banyak berkembang di pulau Jawa . Tercatat beberapa pabrik rokok besar di pulau Jawa misalnya Djambu Bol yang didirikan tahun 1937 oleh Haji Roesjdi Ma'roef , Sukun , Jarum di Jawa Tengah serta Bentoel , Gudang Garam , dan Sampurna di Jawa Timur termasuk beberapa pabrik kecil lainnya misalnya Menara di Solo , Retjo Pentoeng di Kediri , atau Pompa di Semarang ( Kompas , 29 September 2000 ) Hal ini menunjukkan bahwa rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan menjanjikan dalam bidang perekonomian , baik bagi pengusaha , maupun bagi pemerintah dengan pendapatan dari pajaknya . Gambar Kanker Mulut Perokok http://tbn0.google.com/images?q=tbn:mGfAQcenH_aBdM:http://bp3.blogger.com/_s j6SUH6rTTU/R4cX0MUesuI/AAAAAAAACAs/au-raejn7Ik/s400/mouth_cancer_cr.jpg Kanker Mulut (Kayaknya Bagian Kerongkongan) Karena Merokok http://www.tobaccofacts.info/images/patale-uvular-carcinoma-700.jpg Pembengkakan Di Lidah Karena Sering Merokok http://www.tobaccofacts.info/images/20071112-oral-cancer_small1.jpg I Kehilangan Rahang Akibat Rokok: http://www.jeffroach.com/silverstarme/lostjaw_ad.jpg Paru Paru Hitam Perokok: http://files.blog-city.com/files/J05/86734/p/f/smokers_lung.jpg Resiko Perokok Pasif Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, dan 43 diantaranya merupakan bahan kimia yang bersifat karsinogen (zat kimia yang menimbulkan kanker). Dari begitu banyaknya bahan kimia, yang dihirup perokok aktif hanya 15 persen. Sementara 85 persen lain dilepaskan dan dihirup para perokok pasif. Asap rokok yang dihirup perokok pasif disebut sidestream smoke (asap samping). Dari sebatang rokok yang terbakar, dihasilkan asap samping dua kali lebih banyak daripada asap utama. Resiko kesehatan perokok pasif sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perokok aktif. Perokok pasif beresiko terserang beberapa penyakit. Misalnya infeksi paru dan telinga, gangguan pertumbuhan paru, atau bahkan dapat menyebabkan kanker paru. Paparan asap rokok juga memberi pengaruh buruk pada pankreas, sebagai regulator insulin gula. Sehingga perokok pasif juga terancam penyakit diabetes. Semakin sering menghirup asap rokok, akan rawan terkena infeksi. Karena asap ini mengandung zat yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Jika kita berada pada lingkungan perokok, disarankan menambah asupan vitamin C. Untuk mengamankan kesehatan dari pengaruh asap rokok, kita bisa memisahkan diri kurang lebih sekitar 180 cm dari perokok aktif. Yang paling penting, kita juga harus menghindar dari arah terpaan kepulan asap si perokok. (car)