[breaktime-corner] Gambar Paru Paru Akibat Merokok

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 22 Nov 2011 11:32:46 +0700

Gambar Paru Paru Akibat Merokok 

  _____  

http://hrsbstaff.ednet.ns.ca/bmurphy/student/images/Smokers_Lungs.jpg

The lungs on the left have emphysema, and the lungs on the right have
cancer.


http://library.thinkquest.org/trio/TTQ03034/healthy-lung.jpg

Paru Paru Yg Sehat

http://library.thinkquest.org/trio/TTQ03034/bad_lung.gif

Paru Paru Akibat Rokok 

http://i226.photobucket.com/albums/dd3/tol_99/cigarette_composition.gif


Ini gambar baru lagi nih:

http://bp3.blogger.com/_4A7wgPdbAFc/SGUEi4ON-kI/AAAAAAAAAA8/bjzwX910xlY/s400
/otak+akibat+rokok+jadi.jpg


 Kretek

Kretek ialah rokok yang diperbuat daripada sebatian tembakau, bunga cengkih,
dan 'sos' perisa. Namanya rokok ini merupakan perkataan Indonesia yang
berasal daripada bunyi gemersik yang dihasilkan oleh bunga cengkih apabila
dibakar. Secara amnya, kretek mengambil masa yang lebih lama untuk
menghisap, berbanding dengan rokok biasa yang mempunyai saiz yang sama.

Kretek dicipta pada awal 1880-an oleh Haji Jamahri, seorang penduduk Kudus,
Jawa, Indonesia, sebagai caranya untuk menghantar ubat eugenol daripada
bunga cengkih ke dalam paru-paru kerana ubat ini dipercayai dapat merawat
asma ketika itu. Apabila sakit dadanya pulih disebabkan "rawatan"nya itu,
beliau memulakan pemasaran ciptaannya di kampungnya tetapi sebelum beliau
dapat menjualnya secara besar-besaran, beliau meninggal dunia. M. Nitisemito
kemudian mengambil alih tempatnya dan memulakan memperdagangkan rokok baru
ini.

Kretek merupakan jenis tembakau yang jauh lebih banyak dihisap di Indonesia,
di mana hampir 90% daripada perokok-perokok menghisap kretek berbanding
tembakau biasa. Terdapat beratus-ratus pengilang kretek di Indonesia,
termasuk syarikat-syarikat tempatan yang kecil serta jenama-jenama yang
utama. Kini pengilang-pengilang kretek di Indonesia menggajikan melebihi
180,000 pekerja, dan menyebabkan negara ini merupakan 95% daripada pasaran
bunga cengkih di seluruh dunia. Kebanyakan jenama antarabangsa yang
terkenal, termasuknya Bentoel, Djarum, Gudang Garam, Sampoerna, Dji Sam Soe,
dan Wismilak, berasal dari Indonesia.
Di Amerika Syarikat, kretek telah dikaitkan dengan seniman-seniman dan
subbudaya-subbudaya goth, punk, serta indie. Nat Sherman di Amerika Syarikat
juga menghasilkan rokok dengan jenama "A Touch of Clove", tetapi rokok ini
bukannya kretek yang benar kerana ia mengandungi perisa bunga cengkih di
dalam penapis rokok dan bukannya bunga cengkih yang benar yang dicampurkan
dengan tembakau.

Sejarah Singkat Rokok Kretek Indonesia

Tulisan awal tentang tembakau berasal dari Christophorus Columbus tahun
1492, yang
melaporkan penduduk asli Benua Amerika senang menghisap tembakau untuk
mengusir
rasa letih. Daun tembakau juga digunakan untuk keperluan upacara ritual dan
bahan
pengobatan di kalangan Suku Indian. Kemudian para penakluk dan penjelajah
dari Eropa
mulai menghisap daun tembakau sehingga kebiasaaan ini menyebar keseluruh
penjuru
dunia (Budiman & Onghokham,1987).

Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia malahan
keberadaan rokok di Indonesia sudah mengakar. Legenda percintaan antara Roro
Mendut
dan Pranacitra yang menampilkan ikon rokok sebagai obyek dari cerita yang
ada di Jawa
tersebut membuktikan bahwa keberadaan rokok di tanah Jawa khususnya dan di
Indonesia
pada umumnya sudah mapan. Legenda tersebut mengkisahkan Roro Mendut yang
dibebani
pajak oleh Tumenggung Wiraguna sebesar tiga real sehari yang disebabkan
cintanya
ditolak oleh Roro Mendut. Untuk membayar pajak yang dibebankan oleh
Tumenggung
Wiraguna maka Roro Mendut membuka home industry rokok. Rokok produksi Mendut
diserbu peminat khususnya kaum pria, salah satunya adalah Pranacitra yang
kemudian
menjalin cinta dengan Mendut.

Kebiasaan merokok mulai menyebar di pulau Jawa karena adanya kabar bahwa
kebiasaan merokok dapat menyembuhkan sakit bengek atau sesak napas.
Mula-mula Haji
Djamari penduduk Kudus yang menderita sakit di bagian dadanya mempelopori
penggunaan minyak cengkeh dalam mengobati penyakitnya dan ternyata
penyakitnya mulai
sembuh. Dengan naluri bisnisnya maka Haji Djamari mulai membuat "rokok obat"
yang
diproduksi dalam skala industri rumah tangga dan laku di pasaran. Pada saat
itu "rokok
obat" lebih dikenal dengan nama "rokok cengkeh", kemudian sebutan tersebut
berganti
menjadi "rokok kretek" karena bila rokok ini dibakar maka berbunyi
berkemeretekan.
(Budiman & Onghokham,1987)

Perkembangan rokok kretek Indonesia dimulai di Kudus pada tahun 1890
kemudian
menyebar ke berbagai daerah lain di Jawa Tengah antara lain Magelang,
Surakarta, Pati,
Rembang, Jepara, Semarang juga ke Daerah Istimewa Yogyakarta (Gatra, 2000:
54).
Perkembangan industri rokok di Indonesia ditandai dengan lahirnya perusahaan
rokok
besar yang menguasai pasar dalam industri ini, yaitu PT. Gudang Garam,Tbk
yang berpusat
di Kediri, PT. Djarum yang berpusat di Kudus, PT.HM Sampoerna, Tbk yang
berpusat di
Surabaya, PT. Bentoel yang berpusat di Malang dan PT. Nojorono yang berpusat
di Kudus.
Rokok Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda dengan rokok luar negeri
yang
biasa dikenal dengan nama rokok putih. Rokok Indonesia, yang dikenal dengan
rokok
kretek (clove cigarette), mempunyai cita rasa yang berbeda karena adanya
pemanfaatan
bahan baku cengkeh (sebagai tambahan aroma) selain tembakau sebagai bahan
pokoknya.
Dalam sejarah perkembangannya produksi rokok cenderung mengalami
peningkatan. Hal
ini disebabkan oleh banyak hal, salah satu sebabnya adalah makin dikenalnya
rokok kretek
sehingga permintaan untuk rokok kretek meningkat. Sebelum tahun 1975
industri rokok
Indonesia masih didominasi oleh rokok putih yang diimpor. Setelah tahun 1975
industri
rokok kretek mampu menjadi primadona di negerinya sendiri.

Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang banyak menyerap tenaga
kerja
(sumber daya manusia, SDM). SDM dibutuhkan mulai dari penanaman tembakau dan
cengkeh di perkebunan, pengeringan tembakau dan cengkeh, perajangan tembakau
dan
pelintingan rokok di pabrik-pabrik sampai pedagang asongan yang memasarkan
rokok di
jalanan. Industri rokok di Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000
karyawan, yang
bekerja langsung pada pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi
(Swasembada,
1999: 44). Penyerapan tenaga kerja tidak hanya ada di pabrik rokok saja
tetapi bila
ditambah dengan jumlah orang yang terlibat dari hulu sampai hilir yang
diawali dengan
petani tembakau dan cengkeh, karyawan produksi kertas pembungkus rokok,
sampai
karyawan dalam jalur distribusi (ritel, outlet dan pedagang asongan), jumlah
tenaga kerja
yang terserap dalam industri ini sekitar 18 juta jiwa (Gatra, 2000: 48).
Perkembangan
teknologi memacu juga modernisasi industri rokok di Indonesia diawali dengan
mesinisasi
yang dipelopori oleh PT. Bentoel pada tahun 1968 sehingga produksinya
disebut dengan
sigaret kretek mesin (SKM). Walaupun ada modernisasi tetapi kebutuhan tenaga
kerja
masih tetap tinggi yang diserap oleh proses produksi pelintingan rokok yang
dikerjakan
oleh tenaga manusia dan kita kenal produknya selama ini dengan nama sigaret
kretek
tangan (SKT).

Sejarah Rokok

Thursday, 15 September 2005
Dari segi bahan , rokok mempunyai beberapa istilah . Yang dimaksud dengan
rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau , dan kretek adalah
rokok dengan aroma dan rasa cengkeh . Jadi rokok kretek adalah rokok yang
dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh .
Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih ,
sebutan untuk rokok tanpa cengkeh ( Joglosemar , 2003 ) Ada pula istilah
rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun
tembakau murni dan cengkeh .
Haji Jamhari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya
pada sekitar tahun 1880 . Rokok kretek buatannya sangat ampuh sebagai obat
dengan racikan khas cengkeh dan tembakau . Haji Jamhari meninggal dunia pada
tahun 1890 , ketika sejumlah warga Kudus mulai mengikuti jejaknya membuat
dan menjual rokok kretek , yang waktu itu masih dibungkus daun jagung kering
dan disebut rokok klobot sesuai istilahnya dari dulu sampai sekarang ( Jawa
Pos , Kamis Legi, 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Adalah M . Nitisemito yang
juga dipercaya sebagai penemu dari rokok kretek ( Joglo Semar , 2003 ) M
Nitisemito berasal dari Kudus , sekitar 50 km arah timur Semarang , Jawa
Tengah . Sekitar tahun 1906 , Nitisemito menderita batuk dan asma yang tak
kunjung sembuh . Dikarenakan keputusasaan dalam menghadapi sakitnya , ia
mencampur tembakau dicampur dengan cengkeh yang telah digiling dan dibungkus
dengan daun jagung kering yang kemudian disebutnya sebagai rokok klobot .
Nitisemito pun merasa sehat setelah merokok klobot tersebut dan bermaksud
menularkan kebiasaannya tersebut secara luas kepada masyarakat .

Terlepas dari siapa yang menemukan rokok kretek untuk pertamakalinya , M
Nitisemito adalah orang pertama yang memperdagangkan rokok kretek dengan
kemasan dan diberi merek . Sebelumnya , Nitisemito hanyalah seorang priyayi
yang senang merokok klobot sekaligus sebagai pedagang tembakau .
Perkenalannya dengan dunia usaha rokok berawal dari pertemuannya dengan
Nasilah , yang seorang pembuat dan penjual rokok klobot . Para pelanggannya
adalah para buruh , penjaja , atau pedagang kaki lima dan sais dokar yang
ada disekitar rumahnya .

Jalinan kerjasama antara Nitisemito dan Nasilah yang kemudian menjadi suami
istri inilah merupakan titik balik sejarah industrialisasi rokok kretek di
Indonesia . Dibawah bendera perusahaannya , NV Bal Tiga , Nitisemito menjual
rokok kretek tersebut dengan merk Bal Tiga yang bermoto : "Djangan Loepa
Saja Poenja Nama "( Jawa Pos, Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 ).
Inilah rokok kretek pertama di Indonesia yang dicetak dengan baik dan
menggunakan merk . Namun nasib perusahaan Nitisemito tak semulus
perkembangan rokok kretek ciptaannya . Perusahaannya mengalami bangkrut pada
tahun 1953 , disebabkan karena ketidak mampuannya bersaing dengan pesaing
yang semakin banyak menyusul tumbuh pesatnya industri rokok kretek (
Joglosemar , 2003 )

Selain Bal Tiga , tercatat merek lain yang muncul hampir bersamaan di Kudus
. Pada tahun 1913 berdirilah perusahaan rokok Goenoeng dan Klapa yang
didirikan oleh M Atmowijoyo . Namun M Atmowijoyo tidak mengubah usahanya
menjadi sebuah industri seperti halnya yang dilakukan oleh M Nitisemito .
Hingga saat ini , perusahaan yang memproduksi merek Goenoeng dan Klapa masih
memproduksi rokok klobot yang dibuat dengan tangan dan diikat dengan tali
rami ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 )

Sejarah juga mencatat sejumlah perusahaan yang mengikuti jejak Nitisemito
mendirikan industri rokok . Perusahaan rokok tersebut antara lain Nojorono
yang didirikan tahun 1932 . Nojorono dibangun oleh Tjoa Kang Hay dan dua
kakaknya yaitu Tan Tjiep Siang dan Tan Kong Ping dengan nama perusahaan Trio
. Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah Astrokoro, 555, dan Kaki
Tiga . Beberapa waktu kemudian Tjoa Kang Hay meninggalkan perusahaan Trio
untuk kemudian bekerjasama dengan pengusaha dari Kudus yaitu Ko Djie Siong
dan Tan Djing Dhay untuk mendirikan perusahaan Nojorono . Produk yang masih
terkenal sampai saat ini adalah Minak Djinggo ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28
Agustus 2003, halaman 16 )

Perkembangan pabrik rokok kretek pun lebih banyak berkembang di pulau Jawa .
Tercatat beberapa pabrik rokok besar di pulau Jawa misalnya Djambu Bol yang
didirikan tahun 1937 oleh Haji Roesjdi Ma'roef , Sukun , Jarum di Jawa
Tengah serta Bentoel , Gudang Garam , dan Sampurna di Jawa Timur termasuk
beberapa pabrik kecil lainnya misalnya Menara di Solo , Retjo Pentoeng di
Kediri , atau Pompa di Semarang ( Kompas , 29 September 2000 ) Hal ini
menunjukkan bahwa rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan
menjanjikan dalam bidang perekonomian , baik bagi pengusaha , maupun bagi
pemerintah dengan pendapatan dari pajaknya .

Gambar Kanker Mulut Perokok

http://tbn0.google.com/images?q=tbn:mGfAQcenH_aBdM:http://bp3.blogger.com/_s
j6SUH6rTTU/R4cX0MUesuI/AAAAAAAACAs/au-raejn7Ik/s400/mouth_cancer_cr.jpg

Kanker Mulut (Kayaknya Bagian Kerongkongan) Karena Merokok

http://www.tobaccofacts.info/images/patale-uvular-carcinoma-700.jpg

Pembengkakan Di Lidah Karena Sering Merokok

http://www.tobaccofacts.info/images/20071112-oral-cancer_small1.jpg

I

Kehilangan Rahang Akibat Rokok:

http://www.jeffroach.com/silverstarme/lostjaw_ad.jpg

Paru Paru Hitam Perokok:

http://files.blog-city.com/files/J05/86734/p/f/smokers_lung.jpg


Resiko Perokok Pasif

Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, dan 43 diantaranya merupakan
bahan kimia yang bersifat karsinogen (zat kimia yang menimbulkan kanker).
Dari begitu banyaknya bahan kimia, yang dihirup perokok aktif hanya 15
persen. Sementara 85 persen lain dilepaskan dan dihirup para perokok pasif.

Asap rokok yang dihirup perokok pasif disebut sidestream smoke (asap
samping). Dari sebatang rokok yang terbakar, dihasilkan asap samping dua
kali lebih banyak daripada asap utama. Resiko kesehatan perokok pasif
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perokok aktif.

Perokok pasif beresiko terserang beberapa penyakit. Misalnya infeksi paru
dan telinga, gangguan pertumbuhan paru, atau bahkan dapat menyebabkan kanker
paru. Paparan asap rokok juga memberi pengaruh buruk pada pankreas, sebagai
regulator insulin gula. Sehingga perokok pasif juga terancam penyakit
diabetes.

Semakin sering menghirup asap rokok, akan rawan terkena infeksi. Karena asap
ini mengandung zat yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Jika kita berada
pada lingkungan perokok, disarankan menambah asupan vitamin C.

Untuk mengamankan kesehatan dari pengaruh asap rokok, kita bisa memisahkan
diri kurang lebih sekitar 180 cm dari perokok aktif. Yang paling penting,
kita juga harus menghindar dari arah terpaan kepulan asap si perokok. (car)

JPEG image

GIF image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

GIF image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] Gambar Paru Paru Akibat Merokok - gunawan prakoso