[breaktime-corner] (Cerita Anak-anak Bangsa) Penjual Jamu Pendiri Warung Baca Lebak Wangi

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 9 Dec 2011 12:29:20 +0700

 

(Cerita Anak-anak Bangsa) Penjual Jamu Pendiri Warung Baca Lebak Wangi

 

 

Description: Description: 13233668652055273146

 

Kiswanti, wanita yang hanya berijazah SD ini memiliki mimpi yang mulia.
Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan buku, hingga akhirnya mendirikan Warung
Baca Lebak Wangi (Warabal), di Parung, Bogor. Keinginan kuatnya bersekolah
ketika kecil menjadikan Kiswanti tumbuh menjadi wanita yang memiliki
kepekaan yang tinggi terutama dalam bidang pendidikan.

"saya harus menunggu Bapak pergi narik becak dahulu, kemudian baru bisa ke
sekolah untuk ngintip teman-teman belajar. Keadaan keluarga saya yang miskin
membuat saya tidak bisa bersekolah dan hanya bisa mengintip teman-teman dari
balik jendela. Namun lama-kelamaan saya ketahuan oleh guru dan diminta masuk
ke kelas" ujar Kiswanti. Ayah Kiswanti hanya berprofesi sebagai penarik
becak sedangkan ibunya hanya tukang jamu gendong keliling. Keinginan kuatnya
bersekolah ketika itu didasari karena seringnya Kiswanti kecil menonton
acara kuis di TVRI dan bisa menjawab sebagian besar kuis tersebut.

Kiswanti kecil benar-benar berjuang dalam memperjuangkan pendidikan SDnya,
tidak semua guru menerima Kiswanti dengan baik. Bahkan ada salah seorang
guru yang sampai mengatakan

"kamu miskin ya miskin saja, tidak usah sekolah" ujarnya, tak percaya ada
seorang guru yang tega mengatakan kalimat seperti itu kepada siswanya.
Namun, beruntung masih ada guru yang mengizinkannya untuk sekolah hingga
menamatkan pendidikan SDnya. Kiswanti anak yang cerdas, ia berhasil lulus SD
dengan nilai rata-rata 90. Ia hanya kurang beruntung sehingga tidak bisa
melanjutkan sekolahnya.

"hanya pelajaran kesenian yang mendapatkan nilai 60 karena saat diminta
menggambar pemandangan, saya menggambar pohon kelapa, pohon pisang atau
bambu. Sedangkan guru saya ketika itu, menggambar pemandangan ya harus ada
gunungnya dua, ada sawah, dan jalan" ujarnya mengenang masa kecilnya.

"saya menggambar pohon kelapa karena pohon kelapa itu bermanfaat semuanya,
mulai dari lidi hingga akar bisa dimanfaatkan oleh manusia. Pohon pisang
mengajari saya untuk tidak berputus asa, seperti pohon pisang yang tidak
akan mati ditebang jika belum berbuah. Saya tidak ingin mati sebelum
menghasilkan karya yang bermanfaat buat sesama. Sedangkan bambu mengajari
saya untuk hidup dengan sosial yang baik" ujar wanita yang biasa di panggil
Bude ini.

Keadaan ekonomi membuatnya tidak memungkinkan melanjutkan sekolah. Namun
Kiswanti tidak putus asa, Ia menggila dengan membaca, membaca dijadikan
aktivitas pengganti sekolah. Melahap semua buku-buku pelajaran SMP dan SMA
secara mandiri. Bahkan Kiswanti sering menjadi tentor sebaya bagi
teman-temannya yang sekolah SMP atau SMA.

Kegilaannya terhadap buku membuatnya nekat pergi ke Jakarta, untuk
memperbanyak koleksi bukunya. Bermodalkan sekarung gabah hasil 'mencuri'
milik ayahnya Kiswanti pergi ke Jakarta. Sampai di Jakarta ia bekerja
sebagai pembantu di keluarga Filipina, mendapatkan gaji 40rb sebulan, dan
gaji pertama langsung dibelikannya buku di toko buku Kwitang, toko buku
pertama yang ia kenal.

Titik balik Kiswanti terjadi di tahun 1994, ketika Kiswanti memutuskan
hijrah ke Parung. Berawal dari keprihatinan terhadap anak-anak yang gampang
sekali mengucapkan kata-kata kotor ketika terjadi perselisihan, Kiswanti
menginisiasi warung bacanya. Ingin mengubah kebiasaan buruk anak-anak
menjadi kebiasaan baik, membaca.

Warung bacanya mendapat sambutan baik dari warga sekitar sehingga koleksi
buku Kiswanti harus ditambah. Ia bingung. Tidak ada uang untuk membeli buku.
Ide kreatifnya muncul. Keahlian membuat jamu dari sang ibu ia terapkan.
Membuat jamu dan menjualnya dengan sepeda onthel sambil membawa koleksi
bukunya.

"jamu sehat, mau sehat? ayo minum jamu!! mau pintar? silahkan membaca buku.
Hasil penjualan jamu ini akan dialokasikan untuk membeli buku!!" teriaknya
sambil berkeliling menjual jamunya. Kegiatan ini Kiswanti lakukan selama
sembilan bulan, Ia tawakkal kepada Alloh, Ia yakin setelah sembilan bulan
pasti akan ada yang terlahir dari usahanya. Kenapa Ia memilih sembilan
bulan? Seperti ibu hamil, setelah sembilan bulan baru akan terlahir bayi
yang menggemaskan.

 

Description: Description: 1323366912868308938

 

"bagaimana saya memacu semangat saya? Dengan ungkapan syukur! Semangat ini
adalah rasa syukur saya atas semua yang sudah diberikan Alloh. Mungkin kalau
saya kaya, saya tidak akan menghasilkan apa-apa. Saya bersyukur saya
terlahir sebagai orang miskin" tutpnya sambil tersenyum.

Pembaca yang berbahagia, Satu lagi anak negeri ini memberi bukti bahwa
kebermanfaatan bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan oleh seorang miskin yang
hanya lulus SD. Jika Kiswanti bisa melakukan sesuatu yang luar biasa, maka
kita harusnya juga bisa. Mari terus bergerak memberi manfaat bagi sesama.

 

Salam dahsyat, 

 

JPEG image

JPEG image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] (Cerita Anak-anak Bangsa) Penjual Jamu Pendiri Warung Baca Lebak Wangi - gunawan prakoso