semoga tidak semakin parah...... 2006/12/26, Sulastama Raharja <sraharja@xxxxxxxxx>:
http://www.kr.co.id/article.php?sid=107642 Tuesday, 26 December 2006, * LAHAR MERAPI MENUTUP JALAN RAYA ,Awan panas muncul Talud code ambrol * S*LEMAN (KR) -* Hujan di puncak Gunung Merapi kembali terjadi Senin (25/12) siang. Banjir lahar terjadi di Sungai Gendol, Woro, Bebeng, Kuning, Boyong, Bedog dan Krasak. Menghanyutkan batang pohon dan batu-batu besar dari arah puncak Merapi. Turunnya hujan lebat tersebut, juga diikuti keluarnya awan panas kecil pukul 13.29 WIB. Menurut Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Drs Subandriyo MSi, awan panas yang meluncur ini tergolong kecil. Arahnya ke hulu Kali Boyong. Banjir lahar ini juga menghambat perbaikan saluran pipa air milik Argajasa di Umbul Wadon (Kali Kuning) serta perbaikan saluran pipa air milik masyarakat di Tuk Bebeng yang dikerjakan secara gotong-royong. Akibatnya, warga Sleman di kawasan wisata Kaliurang (Pakem), Desa Kepuharjo dan Glagaharjo (Cangkringan) dan sebagian warga Balerante di Klaten masih kesulitan air bersih. Di Klaten, arus lalulintas antara Kecamatan Manisrenggo dan Karangnongko, sempat terputus, akibat lahar dingin Merapi menghantam jalanan, menutup cekdam di perbatasan Desa Sukorini dan Borangan Kecamatan Manisrenggo. Cekdam ini juga berfungsi sebagai jalan penghubung dua desa tersebut. Sekitar pukul 15.30 kemarin, lahar dingin kembali memasuki Kali Woro hingga di Borangan, yang berjarak sekitar 18,5 Km dari puncak Merapi. Menurut warga Borangan, Aris Widiarto, Senin (25/12), permukaan cekdam yang biasa digunakan sebagai jalan tersebut tertutup pasir dan batu-batu kecil, sehingga kendaraan tidak bisa lewat. Namun setelah banjir usai, pasir dan batu tersebut segera ditambang warga dan jalan bisa difungsikan kembali. "Pasir dan batu di atas cekdam langsung diambili, kini warga dengan mudah mencari pasir," kata Aris Widiarto kemarin. Aris lebih lanjut mengatakan, tidak menyangka setelah lebih dari sepuluh tahun kering, kini kali Woro di Desa Borangan terjadi banjir lahar. Kondisi ini perlu diwaspadai karena banyak warga yang tinggal tepat di balik tanggul sungai. Berdasarkan pengamatan KR di sejumlah lokasi banjir lahar, meskipun hujan deras membawa material ke aliran sungai, namun tak menyurutkan para penambang pasir. Begitu hujan reda sejumlah lokasi di Sungai Gendol, pertemuan Sungai Krasak dan Sungai Bedog, Kali Kuning dan Kali Boyong ramai dengan aktivitas penambangan pasir. Bahkan, lokasi sungai yang sudah lama ditinggalkan penambang, kini marak kembali setelah pasir di sana penuh. Di wilayah Kemiri-Boyong Desa Purwobinangun Pakem, sekitar 25 truk berada di lokasi itu untuk mengangkut pasir. Aktivitas serupa tampak pula di jembatan Manggong Desa Kepuharjo yang Jumat (23/12) sore lalu sempat terbenam lahar. Di penambangan Dusun Kopeng, warga hanya berani menambang di pinggir sungai saja. Kepala Seksi Program dan Pelayanan Teknologi Balai Sabo, Ir Chandra Hassan MSc mengemukakan, saat ini aliran lahar telah semakin jauh ke arah hulu. Dari perhitungan sementara, sudah mencapai jarak 12-14 km dari puncak Gunung Merapi melalui Kali Gendol. Banjir lahar terjadi setelah hujan mengguyur sejak pukul 13.00 hingga 15.00. Namun demikian, pihaknya tidak bisa memantau curah hujan, karena terganggunya sistem pengiriman melalui SMS. Dari pantauan KR, sejak pagi hingga siang di puncak Merapi juga terus-menerus mengeluarkan lava pijar. Namun jaraknya pendek, paling jauh hanya 3 km diatas Bukit Kendil. Tebaran abu vulkaniknya bercampur dengan abu yang berasal dari Sungai Gendol. Namun hujan abu yang berbarengan dengan air hujan ini tidak begitu tebal. Sedang di Kawasan Manisrenggo yang selama ini sepi penambangan kini mulai ramai. Puluhan truk lalulalang di lokasi pasir baru tersebut. Bahkan karena banyaknya truk yang mengambil pasir melalui cekdam Borangan, menyebabkan banyak kendaraan pribadi yang terpaksa harus memutar melalui jalan Desa Borangan. Ancaman lahar dingin di Manisrenggo tidak bisa dipandang enteng. Hal ini disebabkan tebing sungai di wilayah ini rendah, tidak seperti tebing Kali Woro wilayah Kemalang. Bahkan, di wilayah Manisrenggo, ada perkampungan yang letaknya di bawah sungai. Yakni Desa Ngemplakseneng, Sukorini dan Borangan. Desa-desa tersebut, hanya dilindungi oleh tanggul dengan ketinggian sekitar sepuluh meter. Berdasarkan hasil survei Tim Perintis SAR Klaten, kondisi tanggul tersebut sangat mengkhawatirkan. Di beberapa titik, tanggul runtuh, sehingga sewaktu-waktu bisa jebol jika lahar dingin yang datang dalam volume besar. "Di Sukorini, ada dukuh yang berada di tengah Kali Woro. Ini hasil survei SAR sejak September lalu," kata Koordinator Bidang Operasional SAR Klaten Irwan S. (Ims/Sit/Sto/Ben/M-3/Jon) KR-IMAM SANTOSO