Bambumerupakan salah satu HHBK unggulan di Indonesia. Diperkirakan
Indonesiamemiliki 161 jenis bambu, dimana jumlah ini kurang lebih 11,5 % dari
jenisbambu yang ada di dunia (Widjaja et al., 2014; Widjaja, 2015). Lima
puluhpersen (50%) dari bambu yang tumbuh di Indonesia merupakan jenis bambu
endemikdan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang telah banyak dimanfaatkan
olehpenduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan (Widjaja, 2006).
Meskipunsecara budaya, sosial, ekonomi dan ekologi bambu memberikan manfaat
yang sangatbesar bagi masyarakat dan negara, namun sayangnya perhatian
pemerintah, duniausaha dan masyarakat terhadap pelestarian dan pemanfaatan
bambu masih sangatterbatas. Jumlah populasi bambu dan jenis-jenis bambu endemik
baik yang beradadi kebun-kebun petani maupun hutan sudah sangat berkurang
karena banyaktumbuhan bambu ditebang melampaui kemampuan pertumbuhan permudaaan
dari rumpunbambu ataupun dikonversi menjadi tanaman komoditas lainnya.
Floresmerupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan potensi bambu yang
tinggi.Terdapat 6 jenis bambu dengan dugaan potensi lebih dari 50.000
ton/ha/tahun(jenis betung dan pering)[1]. Saat ini, bambu di Flores telahbanyak
dipanen oleh masyarakat untuk dimanfaatkan sendiri atau dipasok keindustri PT
Indo Bambu Lestari yang berlokasi di Bali merupakan industri yangsaat ini
menerima pasokan bambu dari hutan masyarakat di Flores. Bambu-bambutersebut
akan diolah lebih lanjut untuk diolah menjadi furniture.
PT IndoBambu Lestari, melalui Yayasan Bambu Lingkungan Lestari dengan
masyarakatpemilik kebun bambu di Flores telah membangun sebuah sistem
pengelolaan danpemanenan bambu berkelanjutan dengan tujuan untuk menjamin
kelestarian produksidan jenis bambu yang dimanfaatkan.
Padatanggal 12-17 Desember 2019, WWF Indonesia melalui dukungan IKEA
telahmelaksanakan Mock Assessment skema FSC pengelolaan bambu di Kabupaten
Ngada,NTT yang didampingi oleh Yayasan Bambu Lestari. Berdasarkan hasil audit,
satudiantara temuan ketidaksesuaian/ gap sesuai standar adalah belum
tersedianyahasil Penilaian Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di dalam
areal pengelolaanbambu beserta rencana pengelolaan dan pemantauannya.
Oleh karenaitu, WWF Indonesia melalui program IKEA men-support penilaian KBKT
di dalamareal pengelolaan bambu yang pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga
ahliindependen dan kredibel. Penilaian KBKT meliputi 6 kecamatan di Kabupaten
NgadaProvinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meliputi Kecamatan Bajawa, Bajawa
Utara,Soa Golewa, Golewa Selatan dan Golewa Barat dengan luas keseluruhan
kuranglebih 58.000 hektar.
Dalampelaksanaannya, penilaian KBKT tersebut mengacu kepada Panduan
IdentifikasiKawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia Tahun 2008 yang
disusun olehKonsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia dan Panduan Umum untuk
IdentifikasiNilai Konservasi Tinggi (Common Guidance for the Indentification of
HighConservation Value) yang dipublikasikan Tahun 2013 dan diperbaharui
Tahun2017 oleh HCV Resources Network (HCVRN).
Perusahaan/Organisasi yang tertarik dapat mengikuti pengadaan ini dengan
mengirimkanpersyaratan sebagai berikut:
- Surat Penawaran Harga,
- Profil Perusahaan
- Proposal terkait anggaran, waktu kegiatan, metodologi, informasi tenaga
ahli dan latar belakangnya, dan informasi lainnya yang mendukung pekerjaan ini.
- Dokumen Kualifikasi (templat ada pada link di bawah)
- Legalitas Perusahaan/Organisasi (Akte, SKT, NPWP, TDP/TDY, Domisili, atau
NIB)
Untukdetail pekerjaan (TOR) dan templat dokumen kualifikasi mohon mengacu pada
dokumen terlampir.
Informasiterkait tender maupun pengiriman persayaratan di atas mohon dikirim ke
email : Procurement@xxxxxx dengan Subject "KonsultanPenilaian Kawasan Bernilai
Konservasi Tinggi (KBKT) Pengelolaan Bambu Lestaridi Kabupaten Ngada, Nusa
Tenggara Timur” paling lambat 1 September2020.
[1] Eksplorasi Bambu Flores | Medco Foundation
|
|
|
| | |
|
|
|
| |
Eksplorasi Bambu Flores | Medco Foundation
|
|
|
Attachment:
ToR Study HCVF Bambu Rakyat_NTT.pdf
Description: Adobe PDF document
Attachment:
Dokumen Kualifikasi1.pdf
Description: Adobe PDF document