[nasional_list] [ppiindia] surat kembang gunung purei: tugas seni adalah "menampakkan yang tidak nampak"

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 25 Jul 2006 08:10:58 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Kembang Gunung Purei:


TUGAS SENI ADALAH "MENAMPAKKAN HAL YANG TIDAK NAMPAK"

--     Perjumpaan  Antara Gilles Deleuze dan Francis Bacon.


Pada suatu hari, Margaret Thatcher, mantan Perdana  Menteri Inggris yang 
dikenal dengan julukan "perempuan besi",  menanyakan kepada direktur Tate 
Galery: "Siapa gerangan pelukis terbesar Inggris yang masih hidup?" 

Menjawab pertanyaan ini sang  direktur tanpa ragu menyebut nama Francis Bacon. 
Orang pertama pemerintah Inggris pada waktu itu menjadi sangat terkejut dan 
tanpa menyembunyikan reaksinya mendengar jawaban tersebut, lalu berujar: "Apa? 
Lelaki menyeramkan dan yang melukiskan mimpi-mimpi buruk itu?".  

Seorang homoseksual, alkoholik,  dan  memalukan  di mata sementara orang, tegas 
dinilai oleh sang direktur Galery  sebagai pelukis terbesar Inggris yang masih 
hidup pada dewasa itu. Bacon memang seorang seniman yang tidak henti-hentinya 
memprovoksasi masyarakat Inggris dan menimbulkan bermacam reaksi saling 
bertentangan.  Hanya kemudian, esok setelah kematian sang pelukis pada tahun 
1951, seorang uskup Anglican menyesali mengapa pada waktu itu, ia tidak 
mempunyai keberanian menyatakan secara terbuka  bahwa serbenarnya Bacon adalah 
"seorang seniman relijius yang besar". Penyesalan selalu datang belakangan.  
Sang uskup pun tidak luput dari hukum ini.  Ia hanya bisa mengenang jasa 
pelukis yang membuat ulang permadani Conventry Cathedral.  

Dari penilaian, perlakukan, dan sikap terhadap Bacon mulai dari Thatcher sampai 
kepada uskup Anglican di atas, aku pun melihat bahwa menilai, menghargai, 
melihat segi-segi unggul seseorang bukanlah hal sederhana. Karena yang paling 
gampang terlihat lebih dahulu adalah keburukan demi keburukan.  Padahal 
penilaian-penilaian negatif demikian, sebenarnya sama dengan suatu hukuman. 
Hukuman tanpa pertimbangan dan pengetahuan menyeluruh. Kadang berdasarkan 
ketidaktahuan sama sekali . Apriorisme begini, kukira, menimpa juga banyak 
seniman di Indonesia pada kurun-kurun waktu sepanjang sejarah Republik dan 
Indonesia, dilakukan baik oleh pihak resmi, kelompok atau pun perorangan. Cara 
berpikir apriori telah menimbulkan petaka dan korban, bahkan korban nyawa. 
Apriorisme membuat kita gampang berkata-kata tanpa dipikirkan lagi dampaknya. 
Apriorisme jauh dari hakiki. 

Gille Deleuze, salah seorang pemikir Perancis yang banyak menulis tentang 
kesenian, sebaliknya, berbeda dengan Madame Thatcher dan uskup Anglican yang 
kemudian menyesali dirinya. Deleuze secara khusus menulis, "Logique de la 
sensasion"  [Le Seuil, Paris],  sebuah karya mengenai Bacon. Setelah mencermati 
Bacon, Deleuze  menemukan bahwa antara mereka berdua terdapat banyak kesamaan.  
Apakah kesamaan-kesamaan ini yang melahirkan pertanyaan di Perancis: "Perlukah 
kita membakar karya-karya Deleuze?". 

Di mana letak kesamaan-kesamaan itu?

Kedua-duanya sama-sama tertarik pada masalah yang disebut "proses tersembunyi" 
[les processus cachés],  proses yang bermain pada kedalaman raga, pada daging 
tubuh [l'épaisseur de corps]seorang anak manusia. Baik Deleuze atau pun Bacon, 
sama-sama tidak meremehkan kekuatan akal [pouvoir de la raison], sebagaimana 
keduanya pun tidak mengabaikan penampilan-penampilan yang indah. Mereka juga 
bersepakat tentang konsepsi-konsepsi tertentu di bidang kesenian. Keduanya 
sependapat bahwa seni bukanlah hanya urusan penguasaan tekhnik, tetapi ia pun 
merupakan suatu sarana atau cara menerima kebetulan [le hasard], keterampilan 
menggunakan dengan sebaik mungkin yang mereka berdua sebut sebagai "l'accident 
créatif"  [kejadian penciptaan]. Barangkali berdekatan pengertiannya  dengan 
istilah yang sering kita kenal di Indonesia sebagai "proses kreatif". 

Bagi Deleuze, menjadi seniman, berarti  mampu menangkap kekuatan-kekuatan yang 
tidak tidak  nampak [les forces invisibles],  menangguk kebiasaan-kebiasaan 
yang lolos. Kemudian mengungkapkannya atas dasar "logika sensasi" [logique de 
la sensation]. Sedangkan Bacon yang dilahirkan pada tahun 1909, dan memulai 
karir kesenimanannya sebagai dekorator, berpendapat bahwa dalam seni, dan dalam 
seni lukis seperti juga halnya dengan musik,  yang dilakukan bukan mereproduksi 
atau menemukan bentuk [d'inventer des formes] melainkan menangkap 
kekuatan-kekuatan  [..]. Jika menggunakan istilah Paul Klee, "bukan menyodorkan 
yang kelihatan tetapi membuat sesuatu itu kelihatan". Tugas lukisan dijabarkan 
sebagai usaha membuat nampak yang tidak nampak.  Sedangkan kekuatan ini 
bertalian erat dengan sensasi:  agar raga memiliki sensasi maka ia memerlukan 
adanya kekuatan.


Manusia yang dilukiskan oleh Bacon adalah orang-orang dari masa kekinian kita.  
Dalam melukiskan manusia-manusia kekinian ini, Bacon tidak membatasi diri pada 
satu patokan mati dan tidak juga menampilkan satu wajah tunggal. Karena itu 
struktur lukisan Bacon pun tidak tetap [instable].  Terkeping-keping, 
samar-samar,  dihuni oleh ratu keinginan-keinginan [les desirs]. Sehingga 
terkadang kita menyaksikannya sebagai suatu jeritan, pekikan, atau suatu 
kekejangan [le spasme]. Lukisan individu yang pecah, yang meledak, tidak lain 
dari "Aku" [Moi] yang selamanya terjungkirbalik. Dan justru hal-hal inilah yang 
direnungkan oleh Deleuze dari karya ke karya.

"Membuat sesuatu yang tidak kelihatan menjadi kelihatan", kiranya hanya mungkin 
jika sang seniman mempunyai keberanian dan kebebasan berpikir serta 
mempertahankan keberanian serta kebebasan ini sekali pun ia dihujat, 
diburuk-burukkan oleh kekuasaan politik,  betapa pun tinggi dan kuat nya 
kedudukan si penguasa politik atau agama atau kelompok atau perorangan itu. 
Seniman sebagai warga republik sastra-seni berdaulat tidak bertanggungjawab 
kepada republik politik atau apa pun yang lain, tapi  kepada kemanusiaan dan 
usaha memanusiawikan manusia melalui karya-karyanya. 

Apabila Bacon menganggap bahwa dalam seni, dan dalam seni lukis seperti juga 
halnya dengan musik,  yang dilakukan bukan mereproduksi atau menemukan bentuk 
[d'inventer des formes] melainkan menangkap kekuatan-kekuatan  [..], aku 
membaca kata-kata ini sebagai pernyataan bahwa penguasaan bentuk hanyalah 
sebagai sarana pengungkapan dari penemuan seniman yang tidak kelihatan. Sarana 
mengungkapkan rahasia manusia, masyarakat dan kehidupan serta diri sendiri 
sebagai bagian dari ketiga hal tersebut. Barangkali di sinilah "makna" bahkan 
"pesan" dari suatu karya itu tertemukan. 

Kata-kata Deleuze, Bacon atau pun Klee, juga memperlihatkan padaku bahwa 
seniman itu akhirnya tidak lain dari seorang pencari, pengembara  tanpa tabu 
dan bukanlah "Burung mati pagi hari di sisi sangkar" atau di dalam sangkar,  
jika menggunakan ungkapan Chairil Anwar. Dalam pengembaraan atau pencarian ini 
masing-masing akan menemukan diri. "N'ayez pas peur"! ['Janganlah takutl!"], 
ujar alm. Paus Jean-Paul II,  nampaknya punya nilai nasehat yang layak 
dipertimbangkan, juga dalam bersastra dan berkesenian. ****


Paris, Juli 2006.
----------------------
JJ. Kusni  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/TktRrD/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat kembang gunung purei: tugas seni adalah "menampakkan yang tidak nampak"