** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Kembang Gunung Purei: TUGAS SENI ADALAH "MENAMPAKKAN HAL YANG TIDAK NAMPAK" -- Perjumpaan Antara Gilles Deleuze dan Francis Bacon. Pada suatu hari, Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris yang dikenal dengan julukan "perempuan besi", menanyakan kepada direktur Tate Galery: "Siapa gerangan pelukis terbesar Inggris yang masih hidup?" Menjawab pertanyaan ini sang direktur tanpa ragu menyebut nama Francis Bacon. Orang pertama pemerintah Inggris pada waktu itu menjadi sangat terkejut dan tanpa menyembunyikan reaksinya mendengar jawaban tersebut, lalu berujar: "Apa? Lelaki menyeramkan dan yang melukiskan mimpi-mimpi buruk itu?". Seorang homoseksual, alkoholik, dan memalukan di mata sementara orang, tegas dinilai oleh sang direktur Galery sebagai pelukis terbesar Inggris yang masih hidup pada dewasa itu. Bacon memang seorang seniman yang tidak henti-hentinya memprovoksasi masyarakat Inggris dan menimbulkan bermacam reaksi saling bertentangan. Hanya kemudian, esok setelah kematian sang pelukis pada tahun 1951, seorang uskup Anglican menyesali mengapa pada waktu itu, ia tidak mempunyai keberanian menyatakan secara terbuka bahwa serbenarnya Bacon adalah "seorang seniman relijius yang besar". Penyesalan selalu datang belakangan. Sang uskup pun tidak luput dari hukum ini. Ia hanya bisa mengenang jasa pelukis yang membuat ulang permadani Conventry Cathedral. Dari penilaian, perlakukan, dan sikap terhadap Bacon mulai dari Thatcher sampai kepada uskup Anglican di atas, aku pun melihat bahwa menilai, menghargai, melihat segi-segi unggul seseorang bukanlah hal sederhana. Karena yang paling gampang terlihat lebih dahulu adalah keburukan demi keburukan. Padahal penilaian-penilaian negatif demikian, sebenarnya sama dengan suatu hukuman. Hukuman tanpa pertimbangan dan pengetahuan menyeluruh. Kadang berdasarkan ketidaktahuan sama sekali . Apriorisme begini, kukira, menimpa juga banyak seniman di Indonesia pada kurun-kurun waktu sepanjang sejarah Republik dan Indonesia, dilakukan baik oleh pihak resmi, kelompok atau pun perorangan. Cara berpikir apriori telah menimbulkan petaka dan korban, bahkan korban nyawa. Apriorisme membuat kita gampang berkata-kata tanpa dipikirkan lagi dampaknya. Apriorisme jauh dari hakiki. Gille Deleuze, salah seorang pemikir Perancis yang banyak menulis tentang kesenian, sebaliknya, berbeda dengan Madame Thatcher dan uskup Anglican yang kemudian menyesali dirinya. Deleuze secara khusus menulis, "Logique de la sensasion" [Le Seuil, Paris], sebuah karya mengenai Bacon. Setelah mencermati Bacon, Deleuze menemukan bahwa antara mereka berdua terdapat banyak kesamaan. Apakah kesamaan-kesamaan ini yang melahirkan pertanyaan di Perancis: "Perlukah kita membakar karya-karya Deleuze?". Di mana letak kesamaan-kesamaan itu? Kedua-duanya sama-sama tertarik pada masalah yang disebut "proses tersembunyi" [les processus cachés], proses yang bermain pada kedalaman raga, pada daging tubuh [l'épaisseur de corps]seorang anak manusia. Baik Deleuze atau pun Bacon, sama-sama tidak meremehkan kekuatan akal [pouvoir de la raison], sebagaimana keduanya pun tidak mengabaikan penampilan-penampilan yang indah. Mereka juga bersepakat tentang konsepsi-konsepsi tertentu di bidang kesenian. Keduanya sependapat bahwa seni bukanlah hanya urusan penguasaan tekhnik, tetapi ia pun merupakan suatu sarana atau cara menerima kebetulan [le hasard], keterampilan menggunakan dengan sebaik mungkin yang mereka berdua sebut sebagai "l'accident créatif" [kejadian penciptaan]. Barangkali berdekatan pengertiannya dengan istilah yang sering kita kenal di Indonesia sebagai "proses kreatif". Bagi Deleuze, menjadi seniman, berarti mampu menangkap kekuatan-kekuatan yang tidak tidak nampak [les forces invisibles], menangguk kebiasaan-kebiasaan yang lolos. Kemudian mengungkapkannya atas dasar "logika sensasi" [logique de la sensation]. Sedangkan Bacon yang dilahirkan pada tahun 1909, dan memulai karir kesenimanannya sebagai dekorator, berpendapat bahwa dalam seni, dan dalam seni lukis seperti juga halnya dengan musik, yang dilakukan bukan mereproduksi atau menemukan bentuk [d'inventer des formes] melainkan menangkap kekuatan-kekuatan [..]. Jika menggunakan istilah Paul Klee, "bukan menyodorkan yang kelihatan tetapi membuat sesuatu itu kelihatan". Tugas lukisan dijabarkan sebagai usaha membuat nampak yang tidak nampak. Sedangkan kekuatan ini bertalian erat dengan sensasi: agar raga memiliki sensasi maka ia memerlukan adanya kekuatan. Manusia yang dilukiskan oleh Bacon adalah orang-orang dari masa kekinian kita. Dalam melukiskan manusia-manusia kekinian ini, Bacon tidak membatasi diri pada satu patokan mati dan tidak juga menampilkan satu wajah tunggal. Karena itu struktur lukisan Bacon pun tidak tetap [instable]. Terkeping-keping, samar-samar, dihuni oleh ratu keinginan-keinginan [les desirs]. Sehingga terkadang kita menyaksikannya sebagai suatu jeritan, pekikan, atau suatu kekejangan [le spasme]. Lukisan individu yang pecah, yang meledak, tidak lain dari "Aku" [Moi] yang selamanya terjungkirbalik. Dan justru hal-hal inilah yang direnungkan oleh Deleuze dari karya ke karya. "Membuat sesuatu yang tidak kelihatan menjadi kelihatan", kiranya hanya mungkin jika sang seniman mempunyai keberanian dan kebebasan berpikir serta mempertahankan keberanian serta kebebasan ini sekali pun ia dihujat, diburuk-burukkan oleh kekuasaan politik, betapa pun tinggi dan kuat nya kedudukan si penguasa politik atau agama atau kelompok atau perorangan itu. Seniman sebagai warga republik sastra-seni berdaulat tidak bertanggungjawab kepada republik politik atau apa pun yang lain, tapi kepada kemanusiaan dan usaha memanusiawikan manusia melalui karya-karyanya. Apabila Bacon menganggap bahwa dalam seni, dan dalam seni lukis seperti juga halnya dengan musik, yang dilakukan bukan mereproduksi atau menemukan bentuk [d'inventer des formes] melainkan menangkap kekuatan-kekuatan [..], aku membaca kata-kata ini sebagai pernyataan bahwa penguasaan bentuk hanyalah sebagai sarana pengungkapan dari penemuan seniman yang tidak kelihatan. Sarana mengungkapkan rahasia manusia, masyarakat dan kehidupan serta diri sendiri sebagai bagian dari ketiga hal tersebut. Barangkali di sinilah "makna" bahkan "pesan" dari suatu karya itu tertemukan. Kata-kata Deleuze, Bacon atau pun Klee, juga memperlihatkan padaku bahwa seniman itu akhirnya tidak lain dari seorang pencari, pengembara tanpa tabu dan bukanlah "Burung mati pagi hari di sisi sangkar" atau di dalam sangkar, jika menggunakan ungkapan Chairil Anwar. Dalam pengembaraan atau pencarian ini masing-masing akan menemukan diri. "N'ayez pas peur"! ['Janganlah takutl!"], ujar alm. Paus Jean-Paul II, nampaknya punya nilai nasehat yang layak dipertimbangkan, juga dalam bersastra dan berkesenian. **** Paris, Juli 2006. ---------------------- JJ. Kusni [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/TktRrD/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **