** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Kembang Gunung Purei: "PHILOSOPHIE MAGAZINE" Secara harafiah, "Philosophie Magazine" jika dibahasaindonesiakan akan menjadi "filfasat majalah". Hanya saja ketika membaca tajukrencana Alexandre Lacroix, pemimpin redaksi "Philosophie Magazine" [Paris, No.1. avril-mai 2006], pengertian "majalah" [magazine] ternyata dimaknakan olehj Lacroix jauh lebih luas dari sebatas "magazine". Karena itu editorialnya, ia juduli "Philosophie et jurnalisme" [filsafat dan jurnalisme]. Untuk memberi dasar teoritis tentang "Philospohie Magazine" yang sekaligus menjadi nama dari majalah yang ia pimpin, Lacroix, memulainya dengan menyitir kata-kata Michel Focuault yang menulis bahwa : "Persoalan filsafat, adalah persoalan hari ini [du présent] yang sama dengan diri kita sendiri [nous-mêmes]. [Lihat: Entretien avec Bernard-Henri Lévy, Le Nouvel Observateur, Paris, 12 mars 1977, cité par Vincent Descombre, in: "Philosophie par gros temps" , Edition de Minuit]. Apakah kita suka atau tidak, tapi para pemikir sekarang, cenderung makin lebih acuh pada persoalan sejarah hari ini [du présent]. Lebih memperhatikan masalah soal-soal aktual yang menantang manusia. Dan gejala ini oleh Lacroix dipandang sebagai perbedaan antara para pemikir sekarang dengan para pemikir pendahulu mereka. Sebagai contoh, Jacques Derrida dari Perancis dan Jürgen Habermas dari Jerman, telah mengulas apa sebenarnya Peristiwa 11 September [lihat: Jecques Derrida dan Jürgen Habermas, "Le Concept du 11 septembre", éd. Galilée, Paris, 2005] atau model matrix trilogi yang mengangkat metode "mesin filsafat, "la machine philosophique, [Lihat: karya kolektif dipimpin oleh Jean-Pierre Zarader, "Matrix, Machine Philosophique", terbitan Ellipse, Paris]. "Mesin filsafat" di sini diartikan sebagai suatu "metode perenungan yang menetrapkan secara bebas sarana-sarana tradisional filosofis guna mengamati kekinian". Apabila kita perhatikan tulisan-tulisan filosofis sekarang, maka nampak bahwa sering para penulisnya mengacu pada Plato, Epicurus atau Nietzsche ketika membahas berbagai soal-soal kekinian serta menafisrkan mitologi. Masalah Tuhan dan metafisik tradisional dijadikan sebagai latarbelakang, dan filsafat yang berkembang sekarang menjadikan kembali Foucault sebagai "ontologi kekinian" [l'ontologie du présent]. Membaca perkembangan ini, dan sebagai penganut filsafat "engagé" [keberpihakan manusiawi], sebagai tradisi Perancis, Lacroix dengan menerbitkan Philosophie Magazine, ingin memadukan filsafat dengan jurnalisme. Menyertai dan menggarisbawahi perkembangan filsafat di Perancis hari ini. Filsafat bukan hanya bicara tentang masa lalu dan yang terpisah dari kehidupan tapi bermanfaat bagi hidup kekinian. Sebaliknya jurnalisme tidak tennggelam dalam kedangkalan peristiwa tanpa menyelami makna terdalam. Lacroix ingin menunjukkan bahwa mengenal kekayaan dan kedalaman pemikiran filsafat , bukanlah sebatas mengenal masa silam tapi justru dengan mengenal masa silam, kita bisa melihat apa gerangan peran masa silam itu pada permasalahan hari ini. Bagaimana masa silam itu bisa dijadikan rujukan. Barangkali di sinilah terletak arti penting kita mengenal sejarah dan menulis kembali sejarah secara obyektif. Merekonstruksi sejarah sebagaimana adanya. Sejarah yang diajarkan di negeri kita sekarang kukira , tidak lain dari sejarah yang ditulis berdasarkan kepentingan politik. Bukan sejarah obyektif. Sehingga sejarah pun dijadikan sebagai alat penindasan dan bahkan pembunuhan. Sejarah negeri sendiri kita jadikan sebagai alat menghancurkan diri dan negeri sendiri. Sarana mengasingkan diri sendiri secara kejiwaan dari negeri sendiri. Ketika Lacroix berbicara tentang para pemikir atau filosof Perancis kekinian, dan hasratnya meneruskan pemikiran yang engagé, seperti biasa aku melihat Indonesia, adakah, seberapa banyak pemikir dan filosof negeri kita yang penuh engagement [keberpihakan manusiawi]. Apakah yang dilakukan oleh fakultas filsafat kita ke jurusan ini? Ataukah faktulas-fakultas filsafat kita hanya membeo politik pemerintah atau memisahkan masa lampau tanahair dari hari ini dan masa depannya? Apa bagaimana dengan orientasi begini yang dilakukan oleh lulusan faktulas filsafat negeri kita? Sekedar beberapa pertanyaan yang mempertanyakan sekaligus apa arti suatu fakultas dan ilmu sosial, termasuk filsafat, bagi kehidupan nyata hari ini dan esok. Kalau Lacroix mentautkan filsafat dengan jurnalisme, barangkali hal ini pun, bisa kita jadikan acuan dan cermin tentang bagaimana dunia jurnalistik kita sekarang termasuk yang mengendalikan dunia jurnalistik kita. Apakah para jurnalis kita sanggup berbuat dan menanggung resiko sebagai orang yang "mengetahui terlalu banyak" tapi setia pada keadilan dan kebenaran atau bagaimana... ? Dengan ambisi seperti di atas, Lacroix sebagai pemikir kekinian Perancis, berharap bahwa filsafat memungkinkan kita bisa melihat kehidupan yang rumit secara jernih dan hakiki. Secara mendasar! Perkembangan sekarang , di mana "uang menjadi raja" [l'argent roi] membuat Lacroix cemas dan ingin tampil "Against the The Wind", jika menggunakan istilah sastrawan Singapura, May Swan, penulis kucerpen "Matahari Di Tengah Malam" [Doea_Lentera, Jakarta, Mei 2006]. Yang menarik juga dari apa yang dikatakan oleh Lacroix sebagai pemikir bahwa pemikiran di suatu negeri akan makin diperkaya oleh masukan-masukan dari negeri-negeri lain. Kukira, prinsip yang diajukan oleh Lacroix, bukan hanya berlaku di bidang filsafat, tetapi juga berlangsung untuk bidang-bidang lain. Apakah sejarah ilmu pengetahuan membantah pemikiran Lacroix ini?! Jika dihubungkan dengan Indonesia, apakah prinsip begini sudah diujudkan ketika pelarangan atas ini dan itu masih berlangsung, dan keangkuhan mayoritas yang ingin dengan segala cara bahkan kekerasan memaksakan kehendaknya? Yang pasti bagiku, Republik dan Indonesia adalah milik semua warganegara Republik dan negeri yang bernama Indonesia. Kecuali kalau kita sudah mencuekkan Republik dan Indonesia. Ingin menghancurkan sendiri Republik dan Indonesia. Jika demikian, sekalipun menggunakan namaNYA, apakah Tuhan akan menolong dan menyelamat Republik dan Indonesia. Tanah perawan hanya akan jadi ladang ketika dijamah tangan manusia. Kolonialis Belanda yang menggunakan nama Tuhan takkan terhalau tanpa manusia tipe Kraeng Galesong yang sanggup mati demi mimpi manusiawinya . Kalah di darat bertempur terus di laut! Adakah masih Kraeng Galesong di negeri kita? Paris, Juli 2006. ---------------------- JJ. Kusni [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **