[nasional_list] [ppiindia] http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/13/opi01.html

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 14 Jan 2006 02:39:45 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/13/opi01.html


Refleksi Arah Pendidikan 2006   
Oleh
Benny Susetyo Pr



Cara terbaik untuk mengetahui secara pasti kemajuan sebuah bangsa 10-20 tahun 
yang akan datang adalah dengan mengetahui cara pemerintahnya mengelola 
pendidikan. Ketika Jepang dibumihanguskan Pasukan Sekutu pada Perang Dunia II, 
yang ada dalam pikiran mereka untuk pertama kali adalah membangun dunia 
pendidikan. Hasilnya, Jepang sebagai "negara kecil" memiliki pengaruh luar 
biasa besar dalam percaturan global.

Kualitas pendidikan yang rendah memberi pertanda akan wajah masa depan bangsa. 
Memasuki 2006 - setelah 8 tahun reformasi pemerintahan - bangsa kita dihadapkan 
problem terbesar pemerintahnya yang belum memiliki cetak biru jelas ke arah 
mana pendidikan dibawa. 
Setiap ganti pemerintahan, ganti kebijakan. Ironisnya, masing-masing kebijakan 
sering bertentangan satu sama lainnya. Hampir semuanya diwarnai kontroversi. 
Tidak jarang mendapatkan penolakan keras dari masyarakat tetapi tetap 
dipaksakan pemberlakuannya karena ada kepentingan kekuasaan politik di dalamnya.
Pendidikan di bangsa ini membutuhkan arah yang jelas dan betul-betul dipegang 
teguh dalam semangat kebersamaan tanpa terpengaruh sedikitpun perubahan 
politik. Saat ini konsep pendidikan bangsa ini semakin tidak jelas karena 
terlalu banyaknya intervensi yang penuh dengan tipu daya, intrik dan pencapaian 
tujuan terselubung kelompok tertentu.
Dasar-dasar untuk membangun konsep pendidikan runtuh karena terlalu banyak 
diisi oleh tangan-tangan politik, dan sering mengabaikan tujuan utamanya untuk 
membentuk karakter manusia. Pendidikan belum menjadi media efektif untuk 
membentuk karakter manusia, karena semangat dasar untuk memajukan bangsa ini 
tidak terekam dalam jejak langkah para pengambil kebijakan.

Orientasi Proyek 
Falsafah pendidikan yang mendasar adalah bagaimana anak didik memiliki 
kesadaran kritis (konsientisasi) akan jati dirinya. Orientasi pendidikan 
seharusnya mengacu pada nilai dasar untuk membentuk kepribadian anak didik. 
Arah strategis bisa dimulai dari tahap awal ketika terdapat keseriusan untuk 
membenahi sistem pendidikan pada tingkat dasar, misalnya Sekolah Dasar. 
Sekolah Dasar merupakan wahana dasar untuk pembentukan daya nalar anak didik 
yang akan mempengaruhi tingkat lebih tinggi. Sayang, rupanya para pengambil 
kebijakan "tak mau tahu" soal ini. Pendidikan dasar belum meletakkan anak didik 
pada kemampuan untuk bisa "membaca", "menulis", "menghitung", dan 
"mengkomunikasikan imannya.

Saat ini kebijakan pendidikan masih sering berorientasi politik dengan cara 
berpikir proyek sebagai paradigmanya. Belum ada usaha serius untuk mencari akar 
dari segala keterpurukan bangsa ini pada pendidikan. Hancurnya moralitas bangsa 
ini bukan semata-mata karena pendidikan agama yang kurang. Kerangka berpikir 
seperti ini akan menjebak cara berpikir bahwa pendidikan merupakan ekspresi 
dari segala upaya untuk memuliakan Tuhan. Padahal Tuhan sendiri harus 
dimuliakan dengan nilai religiusitas yang menyangkut perilaku yang adil. 

Dalam pada itu, habitus baru yang bernama kejujuran belum menjadi semangat 
untuk membangkitkan dunia pendidikan dari keterceraiberaian visi dan misinya. 
Realitasnya, pendidikan belum mengajarkan budaya fair play yang integral dengan 
cara-cara mendidik anak bangsa ini. Mendidik membutuhkan seni untuk menumbuhkan 
anak didik mampu merumuskan dan memecahkan masalahnya sendiri dengan kekuatan 
daya nalar kritis. 

Hal mendasar seperti inilah yang belum menjadi orientasi dalam berbagai 
kebijakan pendidikan sampai saat ini. Tidak mengherankan jika belakangan ini 
dunia pendidikan kita terus disorot karena seringkali menjalankan sesuatu yang 
tidak jelas orientasinya. Pendidikan kita melalui berbagai kebijakannya belum 
menjelaskan ke mana anak didik akan dibawa dan akan dibuat seperti apa. 
Diakui atau tidak, pendidikan kita belum membawa anak didik pada kesadaran akan 
dirinya sendiri sebagai manusia yang berpikir untuk merdeka. Berpikir merdeka 
berarti peserta didik sejak awal dilatih memiliki wawasan yang luas mengenai 
realitas.

Menteri dan Kurikulum
Pendidikan di negeri ini belum mencerminkan sejauh mana proses transformasi 
sosial telah berhasil. Masih terlalu banyak tangan-tangan jahil yang duduk 
dalam pemerintahan yang seringkali tidak jelas orientasinya dalam dunia 
pendidikan. Hancurnya habitus pendidikan yang mengarah pada pembentukan 
karakter bangsa dimulai dari sini. 

Pendidikan kita tidak pernah jujur di dalam mengajarkan nilai-nilai kebenaran 
karena semua dilakukan di areal formalisme belaka. Perubahan yang dilakukan 
seringkali tampak hanya berkaitan dengan penggantian menteri pendidikan dan 
sebatas itulah yang bisa dilakukan pemerintah. 

Sistem pendidikan kita hanya mengandalkan cara berpikir yang bermuatan 
kurikulum, bukan pada pembentukan karakter anak didik. Bukannya kurikulum tidak 
penting, tetapi cara pandang ini akan membuat pendidikan terlepas dari realitas 
sosial karena anak hanya didoktrin belaka. 
Tanpa habitus baru, pendidikan akan selalu dijadikan pertarungan politik abadi. 
Di balik itu semua, ada keresahan yang mendalam karena pendidikan cuma 
dijadikan alat politisasi. Terlebih, peserta didik mengalami frustrasi sosial 
amat parah sebab tidak memperoleh hak untuk mendapatkan pengetahuan yang 
selayaknya. 

Kita membutuhkan habitus baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat 
kehancuran bangsa ini 10-20 tahun yang akan datang. n

Penulis adalah budayawan dan penulis buku Politik Pendidikan Penguasa

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/13/opi01.html