** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/13/opi01.html Refleksi Arah Pendidikan 2006 Oleh Benny Susetyo Pr Cara terbaik untuk mengetahui secara pasti kemajuan sebuah bangsa 10-20 tahun yang akan datang adalah dengan mengetahui cara pemerintahnya mengelola pendidikan. Ketika Jepang dibumihanguskan Pasukan Sekutu pada Perang Dunia II, yang ada dalam pikiran mereka untuk pertama kali adalah membangun dunia pendidikan. Hasilnya, Jepang sebagai "negara kecil" memiliki pengaruh luar biasa besar dalam percaturan global. Kualitas pendidikan yang rendah memberi pertanda akan wajah masa depan bangsa. Memasuki 2006 - setelah 8 tahun reformasi pemerintahan - bangsa kita dihadapkan problem terbesar pemerintahnya yang belum memiliki cetak biru jelas ke arah mana pendidikan dibawa. Setiap ganti pemerintahan, ganti kebijakan. Ironisnya, masing-masing kebijakan sering bertentangan satu sama lainnya. Hampir semuanya diwarnai kontroversi. Tidak jarang mendapatkan penolakan keras dari masyarakat tetapi tetap dipaksakan pemberlakuannya karena ada kepentingan kekuasaan politik di dalamnya. Pendidikan di bangsa ini membutuhkan arah yang jelas dan betul-betul dipegang teguh dalam semangat kebersamaan tanpa terpengaruh sedikitpun perubahan politik. Saat ini konsep pendidikan bangsa ini semakin tidak jelas karena terlalu banyaknya intervensi yang penuh dengan tipu daya, intrik dan pencapaian tujuan terselubung kelompok tertentu. Dasar-dasar untuk membangun konsep pendidikan runtuh karena terlalu banyak diisi oleh tangan-tangan politik, dan sering mengabaikan tujuan utamanya untuk membentuk karakter manusia. Pendidikan belum menjadi media efektif untuk membentuk karakter manusia, karena semangat dasar untuk memajukan bangsa ini tidak terekam dalam jejak langkah para pengambil kebijakan. Orientasi Proyek Falsafah pendidikan yang mendasar adalah bagaimana anak didik memiliki kesadaran kritis (konsientisasi) akan jati dirinya. Orientasi pendidikan seharusnya mengacu pada nilai dasar untuk membentuk kepribadian anak didik. Arah strategis bisa dimulai dari tahap awal ketika terdapat keseriusan untuk membenahi sistem pendidikan pada tingkat dasar, misalnya Sekolah Dasar. Sekolah Dasar merupakan wahana dasar untuk pembentukan daya nalar anak didik yang akan mempengaruhi tingkat lebih tinggi. Sayang, rupanya para pengambil kebijakan "tak mau tahu" soal ini. Pendidikan dasar belum meletakkan anak didik pada kemampuan untuk bisa "membaca", "menulis", "menghitung", dan "mengkomunikasikan imannya. Saat ini kebijakan pendidikan masih sering berorientasi politik dengan cara berpikir proyek sebagai paradigmanya. Belum ada usaha serius untuk mencari akar dari segala keterpurukan bangsa ini pada pendidikan. Hancurnya moralitas bangsa ini bukan semata-mata karena pendidikan agama yang kurang. Kerangka berpikir seperti ini akan menjebak cara berpikir bahwa pendidikan merupakan ekspresi dari segala upaya untuk memuliakan Tuhan. Padahal Tuhan sendiri harus dimuliakan dengan nilai religiusitas yang menyangkut perilaku yang adil. Dalam pada itu, habitus baru yang bernama kejujuran belum menjadi semangat untuk membangkitkan dunia pendidikan dari keterceraiberaian visi dan misinya. Realitasnya, pendidikan belum mengajarkan budaya fair play yang integral dengan cara-cara mendidik anak bangsa ini. Mendidik membutuhkan seni untuk menumbuhkan anak didik mampu merumuskan dan memecahkan masalahnya sendiri dengan kekuatan daya nalar kritis. Hal mendasar seperti inilah yang belum menjadi orientasi dalam berbagai kebijakan pendidikan sampai saat ini. Tidak mengherankan jika belakangan ini dunia pendidikan kita terus disorot karena seringkali menjalankan sesuatu yang tidak jelas orientasinya. Pendidikan kita melalui berbagai kebijakannya belum menjelaskan ke mana anak didik akan dibawa dan akan dibuat seperti apa. Diakui atau tidak, pendidikan kita belum membawa anak didik pada kesadaran akan dirinya sendiri sebagai manusia yang berpikir untuk merdeka. Berpikir merdeka berarti peserta didik sejak awal dilatih memiliki wawasan yang luas mengenai realitas. Menteri dan Kurikulum Pendidikan di negeri ini belum mencerminkan sejauh mana proses transformasi sosial telah berhasil. Masih terlalu banyak tangan-tangan jahil yang duduk dalam pemerintahan yang seringkali tidak jelas orientasinya dalam dunia pendidikan. Hancurnya habitus pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter bangsa dimulai dari sini. Pendidikan kita tidak pernah jujur di dalam mengajarkan nilai-nilai kebenaran karena semua dilakukan di areal formalisme belaka. Perubahan yang dilakukan seringkali tampak hanya berkaitan dengan penggantian menteri pendidikan dan sebatas itulah yang bisa dilakukan pemerintah. Sistem pendidikan kita hanya mengandalkan cara berpikir yang bermuatan kurikulum, bukan pada pembentukan karakter anak didik. Bukannya kurikulum tidak penting, tetapi cara pandang ini akan membuat pendidikan terlepas dari realitas sosial karena anak hanya didoktrin belaka. Tanpa habitus baru, pendidikan akan selalu dijadikan pertarungan politik abadi. Di balik itu semua, ada keresahan yang mendalam karena pendidikan cuma dijadikan alat politisasi. Terlebih, peserta didik mengalami frustrasi sosial amat parah sebab tidak memperoleh hak untuk mendapatkan pengetahuan yang selayaknya. Kita membutuhkan habitus baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini 10-20 tahun yang akan datang. n Penulis adalah budayawan dan penulis buku Politik Pendidikan Penguasa [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **