** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Menyedihkan sekali melihat warga Kristen mendukung Fabianus Tibo yang membantai ribuan Muslim di Poso. Saya pikir hanya segelintir warga Kristen saja yang membela Tibo, ternyata tidak. Begitu banyak, bahkan para tokoh agama sekelas Paus Benedictus pun membela Tibo yang telah membantai ribuan Ummat Islam. Akibatnya pemerintahan SBY seperti tidak dapat berbuat apa-apa dan menunda eksekusi hukuman mati. Pengadilan dari pengadilan pertama, banding, kasasi, PK telah membuktikan Tibo bersalah. Begitu pula ribuan keluarga Muslim yang jadi korban mengenali Tibo yang membantai keluarga mereka. Hal ini membuktikan bahwa dalam membantai ummat Islam Tibo mendapat dukungan yang luas. Tak mungkin dia bisa membantai ribuan Muslim jika hanya bertindak sendiri tanpa bantuan orang lain mau pun pasokan dana. Pengakuan Tibo yang mengenal 16 pelaku lain sebagai terlibat pembantaian justru makin membuktikan keterlibatan Tibo. Dia adalah bagian komplotan mereka karenanya dia tahu. Pemerintah juga harus menindak-lanjuti ini. Tibo tetap harus dihukum mati karena keterlibatannya. Jika alasannya hanya faktor kemanusiaan atau menolak hukuman mati, kenapa para pendukung Tibo itu tidak membela Amrozi yang juga dihukum mati? Jika akhirnya karena dukungan warga Kristen Tibo tidak dihukum oleh pemerintah, maka ummat Islam di Indonesia harus berhati-hati. Mereka harus bisa melindungi diri sendiri agar tidak dibantai laksana hewan korban seperti ribuan ummat Islam di Ambon dan Poso. Jika hanya mengandalkan aparat saja, maka nasibnya akan sama seperti ummat Islam di Ambon dan Poso. Akan jadi korban. Sementara pemerintah tidak mampu menghukum si Pembantai. Ummat Islam Indonesia hendaknya mempelajari Hizbullah di Lebanon yang sanggup membela ummat Islam dengan berbagai rudal canggih. Bahkan negara Israel yang senjatanya teramat canggih pun harus mundur melawan mereka. Ummat Islam dilarang menyerang ummat lain. Tapi ketika diserang, mereka harus membela diri. ?Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).? [Al Anfaal:8] ?Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. ? [Ali Imran:118] http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@xxxxxxxxxxxxxxx/msg00520.html [daarut-tauhiid] Exlusive News : Kilas Balik Kelelawar Hitam, Pembantai "Muslim Poso" Wido Q Supraha Thu, 06 Apr 2006 03:27:23 -0700 *Kilas Balik Kelelawar Hitam, Pembantai "Muslim Poso" * Selasa, 04 April 2006 *Warga Pesantren Walisongo, nama "Pasukan Kelalawar Hitam" sudah tak asing lagi. Dialah pelaku pembantai santri di pesantren itu ketika tahun 2000. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 200 * Hidayatullah.com--Ratusan Muslim Poso, khususnya warga Pesantren Walisongo tentu tak akan pernah lupa nama "Pasukan Kelewar Hitam." Sebab dialah sang pelaku pembantaian Muslim Poso di tahun 2000. Tulisan ini merupakan kilas balik investigasi yang pernah dimuat di majalah Hidayatullah. *** Puluhan warga Pesantren Walisongo itu dibariskan menghadap Sungai Poso. Mereka dihimpun dalam beberapa kelompok yang saling terikat. Ada yang tiga orang, lima, enam atau delapan orang. Para pemuda digabungkan dengan pemuda dalam satu kelompok. Tangan mereka semua terikat ke belakang dengan kabel, ijuk, atau tali rafiah yang satu dengan lainnya saling ditautkan. Sebuah aba-aba memerintahkan agar mereka membungkuk. Secepat kilat pedang yang dipegang para algojo haus darah itu memenggal tengkuk mereka. Bersamaan dengan itu, terdengar teriakan takbir. Ada yang kepalanya langsung terlepas, ada pula yang setengah terlepas. Ada yang anggota badannya terpotong, ada pula badannya terbelah. Darah segarpun muncrat. Seketika itu pula tubuh-tubuh yang tidak berdosa itu berjatuhan ke sungai. Bersamaan dengan terceburnya orang-orang yang dibantai itu, air sungai Poso yang sebelumnya bening berubah warna menjadi merah darah. Sesaat tubuh orang-orang yang dibantai itu menggelepar meregang nyawa sambil mengikuti aliran sungai. Tidak semuanya meninggal seketika, masih ada yang bertahan hidup dan berusaha menyelamatkan diri. Namun regu tembak siap menghabisi nyawa korban sebelum mendapatkan ranting, dahan, batang pisang, atau apapun untuk menyelamatkan diri. Itulah salah satu babak dalam tragedi pembantaian ummat Islam di Poso, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Warga Pesantren Walisongo merupakan salah satu sasaran yang dibantai. Di komplek pesantren yang terletak di Desa Sintuwulemba, Kecamatan Lage, Poso ini tidak kurang 300-an orang yang tinggal. Mulai dari ustadz , santri, pembina, dan istri pengajar serta anak-anaknya. Tidak satupun orang yang tersisa di komplek pesantren itu. Sebagian besar dibantai, sebagian lainnya lari ke hutan menyelamatkan diri. Bangunan yang ada dibakar dan diratakan dengan tanah. Pesantren Poso hanya tinggal puing-puing belaka. Ilham (27) satu-satunya ustadz Pesantren Walisongo yang turut dibantai namun selamat setelah mengapung beberapa kilometer mengikuti aliran sungai Poso, menuturkan kepada majalah Hidayatullah, sebelum dibantai mereka mengalami penyiksaan terlebih dahulu. Mereka dikumpulkan di dalam masjid Al Hirah. Di sanalah warga pesantren Walisongo yang sudah menyerah itu dibantai. Ada yang ditebas lehernya, dipotong anggota badannya, sebelum akhirnya diangkut truk ke pinggir Sungai Poso. Sungai Poso menjadi saksi bisu pembantaian ummat Islam, khususnya warga Pesantren Walisongo. Mayat-mayat mereka hanyut di Sungai Poso dan terbawa entah sampai ke mana. Belum ada angka yang pasti jumlah korban dalam pembantaian itu. Seorang warga Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Syahrul Maliki, yang daerahnya dilewati aliran sungai Poso dan terletak sembilan kilometer dari ladang pembantaian, menuturkan kepada Sahid, Dari pagi hingga siang saja, saya menghitung ada 70-an mayat yang hanyut terbawa arus, berikutnya saya tidak menghitung lagi, katanya. Sementara Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) melaporkan jumlah mayat yang ditemukan di Sungai Poso tidak kurang dari 165 orang. Tidak hanya lak-laki dewasa, banyak pula yang perempuan, orang tua, dan anak-anak. Biasanya mayat wanita disatukan dengan anak-anak. Ada yang cukup diikat, ada pula yang dimasukkan karung, kata Syahrul. Sebagian besar mayat sudah rusak akibat siksaan. Menurut Ilham, sebelum diserang, warga pesantren diteror oleh Pasukan Merah ini. Komplek Pesantren Walisongo sering dipanah. Hingga saat ini bekas panah tersebut masih terlihat jelas. Pembantainya sudah sangat jelas. Mereka adalah orang-orang Kristen yang dikenal sebagai "Pasukan Kelalawar Hitam." Dalam aksinya mereka mengenakan pakaian serba hitam. Salib di dada dan ikat kepala merah. Karena itu pula mereka sering disebut pula sebagai Pasukan Merah. Pembataian itu puncak dari hubungan ummat Islam dan Kristen yang kurang harmonis di kawasan itu. Tercatat sekitar 200 - 400-an orang yang tewas terbantai. Dalam laporannya, pihak gereja melalui 'Crisis Center GKST untuk Kerusuhan Poso' mengakui dikalangan mereka ada kelompok terlatih yang berpakaian ala ninja ini. Mereka menyebutnya sebagai 'Pejuang Pemulihan Keamanan Poso'. Ada ciri-ciri yang sama ketika kelompok merah menyerang. Mereka selalu mengenakan pakaian ala ninja yang serba hitam, semua tertutup kecuali mata. Mereka juga mengenakan atribut salib di dada dan ikat kepala merah. Mayat-mayat juga ditemukan selalu dalam kondisi rusak akibat siksaan atau sengaja dicincang hingga tidak dikenal identitasnya. Dalam berbagai penyerangan pasukan merah selalu di atas angin. Karena itu sebagian besar korbannya adalah orang-orang Muslim. Selain di Pesantren Walisongo penyerangan dan pembantaian juga dilakukan di sejumlah tempat. Tercatat 16 desa yang penduduknya mayoritas Muslim kampungnya hancur dan terbakar. Dari arah selatan Poso, kerusakan hingga mencapai Tentena. Dari arah Timur hingga Malei. Dari arah barat hingga Tamborana. Temuan Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) Ujungpandang yang melakukan investigasi di Poso menunjukkan adanya keterlibatan gereja dalam beberapa kerusuhan. Buktinya Sebelum mereka melakukan penyerangan, mereka menerima pemberkatan dari gereja, kata Agus Dwikarna, ketua Kompak Ujungpandang. Misalnya pemberkatan yang dilakukan Pendeta Leniy di gereja Silanca (8/6/00) dan Pendeta Rinaldy Damanik di halaman Puskesmas depan Gereja Sinode Tentena. Selain kepada pasukan Kelelawar Hitam, pemberkatan juga diberikan kepada para perusuh. Pemberkatan ini memberikan semangat dan kebencian yang tinggi masyarakat Kristen kepada ummat Islam. Yang menarik menurut Agus, meskipun mereka mengakui telah membumi hanguskan seluruh perkampungan ummat Islam dan membantai masyarakatnya, Pendeta R Damanik dan Advent Lateka mengadukan ummat Islam sebagai provokator. Kini kabupaten yang dikenal sebagai penghasil kakau terbesar ini nyaris seperti kota mati karena ditinggal penduduknya mengungsi, bangunan yang ditinggalkan hanya tersisa puing-puing yang beserakan. Penyerangan terhadap ummat Islam yang berlangsung sejak tanggal 23 Mei lalu, merupakan pertikaian ketiga antara Islam Kristen di Poso. Pertikaian pertama berlangsung pada Desember 1998. Enam belas bulan kemudian, 15 April 2000 pertikaian meledak lagi, yang dipicu perkelaian pemuda Kelurahan Kamayanya (muslim) dengan Lambogia (Kristen). Dalam penyerangan kali ini kelompok merah yang bergabung dalam pasukan Kelelawar Hitam dipimpin oleh Cornelis Tibo asal Flores menyerang kampung Muslim Kayamanya. Mereka memukul-mukul tiang listrik hingga memancing kemarahan ummat Islam. Selanjutnya mereka mengaiaya ummat Islam di situ dan membunuh Serma Komarudin. Ummat Islam yang marah mengejar Pasukan Kelelawar Hitam yang lari ke Gereja Katolik Maengkolama. Karena bersembunyi di gereja itu ummat Islam yang marah membakar gereja yang dijadikan tempat persembunyian itu. Salah satu yang dianggap menjadi penyebab pertikaian adalah konflik politik lokal. Perebutan jabatan Bupati Poso pada Desember 1998 merupakan salah satunya. Herman Parino, tokoh Kristen, gagal merebut jabatan. Namun Herman Parino dan para pendukungnya menuduh Arif Patangga, bupati yang hendak digantikannya, muslim, merekayasa gagalnya Parino. Karena jengkel, Parino menggalang massa untuk menyerang rumah Patangga. Namun rencana itu sudah tercium sebelumnya, para pendukung Patangga tidak diam dan bersiap menyambut. Bentrokan tidak terelakkan lagi. Dua hari kemudian giliran pendukung Patangga menyerang rumah Parino di desa Tentena. Dalam kerusahan itu polisi langsung menangkap tokoh dari kedua belah pilah, Herman Parino dan Agfar Patangga, adik kandung Arif Patangga yang dianggap memprovokasi massa. Nampaknya penangkapan Herman Parino yang merupakan tokoh Kristen yang dihormati membuat pendukungnya kecewa. Apalagi Herman lantas dijatuhi hukuman, meskipun Agfar juga dijatuhi hukuman oleh pengadilan negeri Poso. Kasus inilah yang menjadi api dalam sekam. Maka ketika terjadi perkelaian pemuda Islam dan Kristen yang mabuk pada pertengahan April 2000 lalu, kerusuhan pun tidak dapat terhindarkan. Dipicu kerusuhan pada bulan April, tanggal 23 Mei 2000 pasukan merah melakukan penyerangan ke beberapa perkampungan muslim. Pertikaian tidak hanya sebatas para pendukung Herman Parino dan Arif Patangga. Perkampungan Muslim yang tidak ada kaitannya dengan kerusuhan sebelumnya ikut dihancurkan, warganya dibantai, perempuannya diperkosa. Selain konflik lokal, sumber intelejen menyatakan bahwa kerusuhan di Poso juga terkait dengan tokoh-tokoh di Jakarta. Salah satu kekuatan yang bermain itu adalah kelompok Soeharto. Indikasinya jika proses hukum Soeharto meningkat, tingkat kerusuhan meningkat. Temuan di lapangan menunjukkan keterlibatan sekitar 70-an purnawirawan TNI dalam melatih pasukan merah. Karena itulah pasukan merah sangat mahir dalam menggunakan berbagai senjata api maupun tangan kosong. Pihak intelejen menyebutkan, kelompok yang berkepentingan terhadap kerusuhan di Poso ini juga didukung sumber dana yang kuat. Kasus beredarnya milyaran uang palsu dan hilangnya dua kontainer kertas uang yang hingga kini belum ditemukan juga sangat terkait dengan berlangsungnya kerusuhan di Poso ini. Informasi sumber intelejen tersebut juga dibenarkan oleh Wakapolda Sulawesi Tengah, Kolonel Zaenal Abidin Ishak, yang menyatakan keterlibatan 15 anggota Polres Poso dan enam anggota TNI AD dalam kerusuhan itu. Mereka kini sedang ditahan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Agus Dwikarna tidak percaya bahwa kerusuhan di Poso hanya persoalan gagalnya Herman Parino menjadi bupati. Kalau hanya karena perebutan kursi bupati kenapa ummat Islam yang dibantai, tanya Agus. Ia yakin ada upaya melenyapkan ummat Islam dari bumi Poso. Apapun penyebabnya, kerusuhan Poso menyebabkan trauma yang mendalam di kalangan orang-orang Muslim di Poso. Sejak kerusuhan itu ribuan ummat Islam menjadi pengungsi di negerinya sendiri. (Haryono, laporan Munanshar dan Pambudi /majalah hidayatullah) *Tibo Ikut Seret 16 Nama Pelaku Poso Jilid III * Selasa, 04 April 2006 Terpidana berat sendirian mungkin tak mengenakkan bagi otak pembantaian Poso, Fabianus Tibo. Karenanya, ia menyeret 16 nama lain yang diduga ikut terlibat. Ia juga menyebut ada pejabat Hidayatullah.com--Kepolisian Sulteng dibantu penyidik Mabes Polri, kini dikabarkan sedang mengungkap 16 nama yang diduga juga ikut terlibat sebagai otak pelaku kerusuhan Poso. Penyelidikan ini dilakukan penyidik Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dibantu tim Markas Besar Polri setelah memeriksa tiga terpidana mati yang juga pelaku utama kasus itu; Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva, dan Marinus Riwu. 16 nama yang diduga menjadi otak pelaku kerusuhan Poso jilid III periode Mei hingga Agustus 2000 disebut Tibo terdiri atas mantan pejabat Pemerintah Provinsi Sulteng, seorang purnawirawan, dan tokoh pemuda. Di antara mereka adalah mantan Sekretaris DPRD Sulteng Edi Bungkundapu dan mantan Asisten IV Pemerintah Provinsi Sulteng, Yahya Patiro. Fabianus Tibo dan kedua rekannya mengaku, mereka hanyalah korban atas peristiwa yang menewaskan lebih dari 200 warga Poso tersebut. Kendati demikian, hingga kini belum seorang pun dari 16 tokoh itu diperiksa. Sementara itu, Mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Poso, Yahya Patiro yang disebut-sebut Tibo dalam pemeriksaan membantah tudingan. Menurut Yahya, tuduhan tersebut tidak berdasar. Apalagi, dia tak pernah ketemu dan mengenal terpidana hukuman mati itu. "Untuk menyelamatkan diri, dia (Tibo) akan mencari alasan dan cara sebagaimana dia mampu lakukan. Antara lain dia menyebut orang lain," kata Yahya sebagaimana dikutip situs liputan6.com. Yahya berharap, pernyataan Tibo tentang enam belas tokoh yang terlibat kerusuhan dalam Poso harus diklarifikasi menurut fakta hukum di pengadilan. Bukan atas dasar desakan atau paksaan massa. Yahya sendiri mengaku tak tahu siapa yang menyerahkan keenam belas nama tersebut. (sctv/lp6/cha) *Bulan April ini, Tibo CS Dieksekusi * Selasa, 04 April 2006 Meski banyak tuntutan agar pelaksanaan hukuman mati terhadap tiga tersangka utama pelaku pembantaian Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) enam tahun lalu, kejaksaan tetap akan mengeksekusi Hidayatullah.com--Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Tengah (Sulteng) kini sedang mempersiapkan teknis pelaksanaan eksekusi terhadap tiga terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Pelaksanaan eksekusi mati terhadap tiga terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Marinus Riwu, dan Dominggus da Silva kemungkinan dilaksanakan April 2006, bulan ini. Kepastian tersebut disampaikan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Tengah, Yahya Sibe, Sabtu (1/4) sebagaimana dikutip antara. Sedianya, Kejaksaan Agung dan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan eksekusi dilakukan akhir Maret. Namun, hingga kini, pelaksanaan eksekusi belum dilaksanakan. "Segala sesuatu yang terkait pelaksanaan eksekusi Tibo dan kawan-kawan sedang disiapkan secara matang oleh Kejati Sulteng," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung) Masyhudi Ridwan di Jakarta, Senin. Persiapan yang dilakukan itu, menurut Masyhudi, di antaranya adalah koordinasi dengan pihak Polda dan Muspida Sulteng. Disinggung mengenai upaya Peninjauan Kembali (PK) II yang sedang ditempuh para terpidana, menurut Masyhudi, hal itu dilakukan Tibo Cs yang sebelumnya telah menempuh seluruh tahapan hukum, mulai dari banding atas putusan pengadilan negeri hingga kasasi dan PK ke Mahkamah Agung (MA). Sebelumnya, Tibo cs meminta grasi kepada Presiden Susilo B Yudhoyono, namun permintaan tersebut ditolak pada November 2005 sehingga putusan dinilai telah berkekuatan hukum tetap (in kracht) dan menjadi alasan bagi kejaksaan untuk melaksanakan eksekusi perkara tersebut. Pihak Jaksa Agung Muda Pidana Umum (JAM Pidum) Prasetyo bahkan pernah mengatakan, proses hukum Tibo Cs dianggap sudah selesai. "Semua tahapan upaya hukum sudah dilalui, dan sudah ada keputusan yang berkekuatan hukum tetap. Jadi tidak ada alasan untuk tidak dieksekusi," ujarnya. Fabianus Tibo (56), Dominggus da Silva (41), dan Marinus Riwu (49), sejak pertengahan tahun 2001 dijatuhi hukuman pidana mati oleh PN Palu karena ketiganya terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana, pembakaran dan penganiayaan berat terhadap banyak manusia tak berdosa saat kerusuhan Poso bernuansa SARA bergolak pertengahan tahun 2000. Kerusuhan itu mencapai klimaksnya pertengahan tahun 2000 mengakibatkan lebih 1.000 orang terbunuh dan hilang. Korban terbanyak adalah warga kompleks Pesantren Walisongo di Kelurahan Sintuwu Lembah, sekitar sembilan kilometer selatan kota Poso. Setahun setelah keputusan itu PT Sulteng mengeluarkan putusan menolak upaya hukum banding yang diajukan ketiga terpidana ini sekaligus menguatkan putusan PN Palu. Tahun 2003 kembali MA menolak permohonan kasasi mereka seraya meneguhkan putusan dua pengadilan di tingkat bawahnya dan terakhir lagi-lagi lembaga peradilan tertinggi itu awal tahun 2005 menolak upaya hukum PK yang diajukan Tibo dkk. Tibo CS kemudian mengajukan permohonan pengampunan kepada Presiden namun ditolak Peran Tibo, Dominggus dan Marinus, saat pecah kerusuhan di Poso, ketika itu, justru bersamaan dengan penyelenggaraan MTQ Nasional ke-19 di Palu. Tibo disebut-sebut banyak saksi di pengadilan in fact sebagai aktor penggerak di lapangan, selain membunuh dengan tangannya sendiri banyak manusia dengan cara sadis. Kini, Fabianus Tibo, Dominggus Soares dan Marinus Riwu yang merupakan pimpinan kelompok "Pasukan Kelelawar Hitam" itu menunggu detik-detik ajal yang mungkin tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. (Cha, berbagai sumber) http://www.sinarharapan.co.id/berita/0608/12/sh03.html Eksekusi Tibo dkk Ditunda Doa Pengharapan Menjadi Suka Cita PALU?Doa pengharapan agar eksekusi Tibo dkk dibatalkan berubah menjadi doa suka cita dan pujian syukur. ?Puji Tuhan, Tuhan mendengar doa kita semua. Terima kasih buat semuanya,? tutur Pendeta Rinaldy Damanik, Ketua Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah di Palu, Sabtu (12/8) dini hari. Keputusan penundaan eksekusi Tibo dkk diumumkan Kapolri Jenderal Sutanto di Kantor Kepresidenan di Jalan Medan Merdeka Utara, Jumat (12/8) malam. Dia mengatakan eksekusi atas tiga terpidana mati Poso, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu ditunda. Penundaan itu dijadwalkan hingga tiga hari setelah peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus 2006 mendatang. Sepanjang Jumat (11/8) malam hingga Sabtu dini hari ribuan umat Kristen di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), bahkan juga di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), melaksanakan kebaktian agar eksekusi Tibo dkk dibatalkan. Di Tentena, Poso, sekitar 275 kilometer Kota Palu, ribuan umat Kristen memadati puluhan gereja di sana. Mereka memanjatkan doa pengharapan agar eksekusi Tibo dkk dibatalkan. Ternyata Tuhan mendengar doa itu. Pastor Jimmy Tumbelaka dari Paroki Tentena yang selama ini menjadi pendamping rohani ketiga terpidana mati Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu juga menyatakan kegembiraan atas penundaan eksekusi Tibo dkk. ?Penundaan ini disambut gembira oleh pihak keluarga. Mereka sangat bersuka-cita. Doa dan harapan mereka dikabulkan Tuhan,? tutur Pastor Jimmy Tumbelaka. Keluarga terpidana mati kasus kerusuhan Poso yang berkumpul di Gereja Katolik Santa Maria, Palu, menyambut dengan suka cita putusan penundaan eksekusi terhadap Tibo dkk. Nurlin Kasiah (50), istri Fabianus Tibo, yang sebelumnya terlihat tegang menjelang jarum jam menunjukkan pukul 11:50 Wita langsung merangkul kedua putranya, Robertus (29) dan Angki (22), sesaat setelah mendapat kabar penundaan eksekusi dari Pastor Jimmy Tumbelaka. Adam Atha (64), paman Dominggus da Silva, sempat bersimpuh di lantai gereja mendapat kabar penundaan eksekusi. Suasana haru juga dirasakan sekitar 300 umat Katolik Palu yang memadati Gereja Santa Maria hingga di halaman gereja. Misa requiem (arwah) yang rencananya akan digelar 10 menit sebelum proses eksekusi tembak mati ketiga terpidana dilaksanakan berubah menjadi doa syukur yang dipimpin Pastor Jimmy Tumbelaka. ?Sekitar 15 menit kami berdoa memanjatkan puji atas kebesaran Tuhan,? kata Pastor Jimmy Tumbelaka. Keluarga terpidana mati, Jumat (11/8) malam, sempat mengunjungi LP Petobo Palu dengan maksud bertemu dengan Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu, untuk yang terakhir kalinya, namun tak diizinkan oleh petugas dengan alasan ketiga terpidana sudah diisolasi total menjelang detik-detik pelaksanaan eksekusi. ?Tapi Tuhan berkehedak lain,? ujar Robertus. Keluarga para terpidana yang datang dari Desa Beteleme di Kabupaten Morowali?tetangga Kabupaten Poso?memilih menginap di rumah pastorial yang berada dalam kompleks gereja. Permintaan Paus Sepanjang Jumat (11/8) malam, kesibukan luar biasa terlihat di Kejaksaan Negeri (Kejari) Palu, Sulawesi Tengah. Para jaksa telihat berkumpul. Beberapa mobil juga terlihat di parkir. Sebuah mobil minibus dengan nomor polisi DN-7401-A menarik perhatian. Di dalam mobil milik Kejari Palu itu terlihat tiga peti mati dan sejumlah peralatan lainnya, seperti tali nilon. Ya, tiga peti mati itu dipersiapkan untuk jenazah tiga terpidana mati Poso yang akan dieksekusi di depan regu tembak Satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Eksekusi mati atas ketiga lelaki asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, dijadwalkan Sabtu (12/8) dini hari, pukul 00.15 Wita. Malam terasa merangkak perlahan. Bulan penuh rupanya menghias langit. Jarum jam terus beputar. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 Wita saat tiba-tiba mobil pengangkut peti jenazah itu bergerak melesat laju. Para wartawan pun memburunya hingga ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah. Ternyata, sampai waktu menunjukkan pukul 00.00 Wita, belum ada tanda-tanda tim eksekutor akan segera menjemput Tibo Cs di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A, Palu. ?Eksekusi ditunda. Lihat saja tinggal 15 menit waktu tersisa dari jadwal yang ada,? celetukan Amran Nawir Amier, wartawan TV7 yang sejak awal mengikuti proses persiapan eksekusi di Kejari Palu dan Kejati Sulteng. Kepala Kejari Palu M Basri Akib, ditemani Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Penerangan Hukum Kejati Sulteng Hasman AH, terlihat berdiam diri dalam ruangan. Tiba-tiba dari Jakarta berembus kabar, eksekusi atas Tibo cs ditunda. Suasana pun berubah senyap sejenak, sampai tiba-tiba Basri meminta Hasman menghubungi Humas Kejagung di Jakarta untuk menanyakan kebenaran kabar itu. ?Ya, memang benar bahwa eksekusi ditunda sampai tiga hari pasca-(peringatan) Proklamasi RI,? kata Basri. Rumor yang beredar menyebutkan penundaan eksekusi Tibo dkk itu terkait dengan permintaan pemimpin tertinggi umat Katolik Dunia Paus Benedictus XVI kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Paus meminta agar Presiden Yudhoyono memberikan klemensi kepada Tibo dkk dari hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup. Akankah permintaan Paus Benedictus XVI itu dikabulkan? Kita tunggu saja. (*) === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx http://www.media-islam.or.id __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **