[nasional_list] [ppiindia] Warga Kristen Dukung Tibo si Pembantai Muslim?

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 7 Sep 2006 18:06:04 -0700 (PDT)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Menyedihkan sekali melihat warga 
Kristen mendukung
Fabianus Tibo yang membantai ribuan Muslim di Poso.
Saya pikir hanya segelintir warga Kristen saja yang
membela Tibo, ternyata tidak. Begitu banyak, bahkan
para tokoh agama sekelas Paus Benedictus pun membela
Tibo yang telah membantai ribuan Ummat Islam.
Akibatnya pemerintahan SBY seperti tidak dapat berbuat
apa-apa dan menunda eksekusi hukuman mati.

Pengadilan dari pengadilan pertama, banding, kasasi,
PK telah membuktikan Tibo bersalah. Begitu pula ribuan
keluarga Muslim yang jadi korban mengenali Tibo yang
membantai keluarga mereka.

Hal ini membuktikan bahwa dalam membantai ummat Islam
Tibo mendapat dukungan yang luas. Tak mungkin dia bisa
membantai ribuan Muslim jika hanya bertindak sendiri
tanpa bantuan orang lain mau pun pasokan dana.

Pengakuan Tibo yang mengenal 16 pelaku lain sebagai
terlibat pembantaian justru makin membuktikan
keterlibatan Tibo. Dia adalah bagian komplotan mereka
karenanya dia tahu. Pemerintah juga harus
menindak-lanjuti ini. Tibo tetap harus dihukum mati
karena keterlibatannya.

Jika alasannya hanya faktor kemanusiaan atau menolak
hukuman mati, kenapa para pendukung Tibo itu tidak
membela Amrozi yang juga dihukum mati?

Jika akhirnya karena dukungan warga Kristen Tibo tidak
dihukum oleh pemerintah, maka ummat Islam di Indonesia
harus berhati-hati. Mereka harus bisa melindungi diri
sendiri agar tidak dibantai laksana hewan korban
seperti ribuan ummat Islam di Ambon dan Poso.

Jika hanya mengandalkan aparat saja, maka nasibnya
akan sama seperti ummat Islam di Ambon dan Poso. Akan
jadi korban. Sementara pemerintah tidak mampu
menghukum si Pembantai.

Ummat Islam Indonesia hendaknya mempelajari Hizbullah
di Lebanon yang sanggup membela ummat Islam dengan
berbagai rudal canggih. Bahkan negara Israel yang
senjatanya teramat canggih pun harus mundur melawan
mereka. Ummat Islam dilarang menyerang ummat lain.
Tapi ketika diserang, mereka harus membela diri.

 ?Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).? [Al Anfaal:8] 

?Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar
kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya. ? [Ali Imran:118]
 

http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@xxxxxxxxxxxxxxx/msg00520.html
[daarut-tauhiid] Exlusive News : Kilas Balik Kelelawar
Hitam, Pembantai "Muslim Poso"
Wido Q Supraha
Thu, 06 Apr 2006 03:27:23 -0700

*Kilas Balik Kelelawar Hitam, Pembantai "Muslim Poso" 
    *        
Selasa, 04 April 2006    
*Warga Pesantren Walisongo, nama "Pasukan Kelalawar
Hitam" sudah tak 
asing lagi. Dialah pelaku pembantai santri di
pesantren itu ketika tahun 
2000. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 200 *

Hidayatullah.com--Ratusan Muslim Poso, khususnya warga
Pesantren 
Walisongo tentu tak akan pernah lupa nama "Pasukan
Kelewar Hitam." Sebab 
dialah sang pelaku pembantaian Muslim Poso di tahun
2000. Tulisan ini 
merupakan kilas balik investigasi yang pernah dimuat
di majalah 
Hidayatullah.

***

Puluhan warga Pesantren Walisongo itu dibariskan
menghadap Sungai Poso. 
Mereka dihimpun dalam beberapa kelompok yang saling
terikat. Ada yang 
tiga orang, lima, enam atau delapan orang. Para pemuda
digabungkan 
dengan pemuda dalam satu kelompok. Tangan mereka semua
terikat ke 
belakang dengan kabel, ijuk, atau tali rafiah yang
satu dengan lainnya 
saling ditautkan.

Sebuah aba-aba memerintahkan agar mereka membungkuk.
Secepat kilat 
pedang yang dipegang para algojo haus darah itu
memenggal tengkuk 
mereka. Bersamaan dengan itu, terdengar teriakan
takbir. Ada yang 
kepalanya langsung terlepas, ada pula yang setengah
terlepas. Ada yang 
anggota badannya terpotong, ada pula badannya
terbelah. Darah segarpun 
muncrat. Seketika itu pula tubuh-tubuh yang tidak
berdosa itu berjatuhan 
ke sungai.

Bersamaan dengan terceburnya orang-orang yang dibantai
itu, air sungai 
Poso yang sebelumnya bening berubah warna menjadi
merah darah. Sesaat 
tubuh orang-orang yang dibantai itu menggelepar
meregang nyawa sambil 
mengikuti aliran sungai. Tidak semuanya meninggal
seketika, masih ada 
yang bertahan hidup dan berusaha menyelamatkan diri.
Namun regu tembak 
siap menghabisi nyawa korban sebelum mendapatkan
ranting, dahan, batang 
pisang, atau apapun untuk menyelamatkan diri.

Itulah salah satu babak dalam tragedi pembantaian
ummat Islam di Poso, 
Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Warga Pesantren
Walisongo merupakan 
salah satu sasaran yang dibantai. Di komplek pesantren
yang terletak di 
Desa Sintuwulemba, Kecamatan Lage, Poso ini tidak
kurang 300-an orang 
yang tinggal. Mulai dari ustadz , santri, pembina, dan
istri pengajar 
serta anak-anaknya.

Tidak satupun orang yang tersisa di komplek pesantren
itu. Sebagian 
besar dibantai, sebagian lainnya lari ke hutan
menyelamatkan diri. 
Bangunan yang ada dibakar dan diratakan dengan tanah.
Pesantren Poso 
hanya tinggal puing-puing belaka.

Ilham (27) satu-satunya ustadz Pesantren Walisongo
yang turut dibantai 
namun selamat setelah mengapung beberapa kilometer
mengikuti aliran 
sungai Poso, menuturkan kepada majalah Hidayatullah,
sebelum dibantai 
mereka mengalami penyiksaan terlebih dahulu. Mereka
dikumpulkan di dalam 
masjid Al Hirah. Di sanalah warga pesantren Walisongo
yang sudah 
menyerah itu dibantai. Ada yang ditebas lehernya,
dipotong anggota 
badannya, sebelum akhirnya diangkut truk ke pinggir
Sungai Poso.

Sungai Poso menjadi saksi bisu pembantaian ummat
Islam, khususnya warga 
Pesantren Walisongo. Mayat-mayat mereka hanyut di
Sungai Poso dan 
terbawa entah sampai ke mana. Belum ada angka yang
pasti jumlah korban 
dalam pembantaian itu.

Seorang warga Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso
Kota, Syahrul Maliki, 
yang daerahnya dilewati aliran sungai Poso dan
terletak sembilan 
kilometer dari ladang pembantaian, menuturkan kepada
Sahid, Dari pagi 
hingga siang saja, saya menghitung ada 70-an mayat
yang hanyut terbawa 
arus, berikutnya saya tidak menghitung lagi, katanya.
Sementara Pos 
Keadilan Peduli Ummat (PKPU) melaporkan jumlah mayat
yang ditemukan di 
Sungai Poso tidak kurang dari 165 orang.

Tidak hanya lak-laki dewasa, banyak pula yang
perempuan, orang tua, dan 
anak-anak. Biasanya mayat wanita disatukan dengan
anak-anak. Ada yang 
cukup diikat, ada pula yang dimasukkan karung, kata
Syahrul. Sebagian 
besar mayat sudah rusak akibat siksaan.

Menurut Ilham, sebelum diserang, warga pesantren
diteror oleh Pasukan 
Merah ini. Komplek Pesantren Walisongo sering dipanah.
Hingga saat ini 
bekas panah tersebut masih terlihat jelas.

Pembantainya sudah sangat jelas. Mereka adalah
orang-orang Kristen yang 
dikenal sebagai "Pasukan Kelalawar Hitam." Dalam
aksinya mereka 
mengenakan pakaian serba hitam. Salib di dada dan ikat
kepala merah. 
Karena itu pula mereka sering disebut pula sebagai
Pasukan Merah. 
Pembataian itu puncak dari hubungan ummat Islam dan
Kristen yang kurang 
harmonis di kawasan itu. Tercatat sekitar 200 - 400-an
orang yang tewas 
terbantai.

Dalam laporannya, pihak gereja melalui 'Crisis Center
GKST untuk 
Kerusuhan Poso' mengakui dikalangan mereka ada
kelompok terlatih yang 
berpakaian ala ninja ini. Mereka menyebutnya sebagai
'Pejuang Pemulihan 
Keamanan Poso'.

Ada ciri-ciri yang sama ketika kelompok merah
menyerang. Mereka selalu 
mengenakan pakaian ala ninja yang serba hitam, semua
tertutup kecuali 
mata. Mereka juga mengenakan atribut salib di dada dan
ikat kepala 
merah. Mayat-mayat juga ditemukan selalu dalam kondisi
rusak akibat 
siksaan atau sengaja dicincang hingga tidak dikenal
identitasnya. Dalam 
berbagai penyerangan pasukan merah selalu di atas
angin. Karena itu 
sebagian besar korbannya adalah orang-orang Muslim.

Selain di Pesantren Walisongo penyerangan dan
pembantaian juga dilakukan 
di sejumlah tempat. Tercatat 16 desa yang penduduknya
mayoritas Muslim 
kampungnya hancur dan terbakar. Dari arah selatan
Poso, kerusakan hingga 
mencapai Tentena. Dari arah Timur hingga Malei. Dari
arah barat hingga 
Tamborana.

Temuan Komite Penanggulangan Krisis (Kompak)
Ujungpandang yang melakukan 
investigasi di Poso menunjukkan adanya keterlibatan
gereja dalam 
beberapa kerusuhan. Buktinya Sebelum mereka melakukan
penyerangan, 
mereka menerima pemberkatan dari gereja, kata Agus
Dwikarna, ketua 
Kompak Ujungpandang.

Misalnya pemberkatan yang dilakukan Pendeta Leniy di
gereja Silanca 
(8/6/00) dan Pendeta Rinaldy Damanik di halaman
Puskesmas depan Gereja 
Sinode Tentena. Selain kepada pasukan Kelelawar Hitam,
pemberkatan juga 
diberikan kepada para perusuh. Pemberkatan ini
memberikan semangat dan 
kebencian yang tinggi masyarakat Kristen kepada ummat
Islam.

Yang menarik menurut Agus, meskipun mereka mengakui
telah membumi 
hanguskan seluruh perkampungan ummat Islam dan
membantai masyarakatnya, 
Pendeta R Damanik dan Advent Lateka mengadukan ummat
Islam sebagai 
provokator.

Kini kabupaten yang dikenal sebagai penghasil kakau
terbesar ini nyaris 
seperti kota mati karena ditinggal penduduknya
mengungsi, bangunan yang 
ditinggalkan hanya tersisa puing-puing yang beserakan.

Penyerangan terhadap ummat Islam yang berlangsung
sejak tanggal 23 Mei 
lalu, merupakan pertikaian ketiga antara Islam Kristen
di Poso. 
Pertikaian pertama berlangsung pada Desember 1998.
Enam belas bulan 
kemudian, 15 April 2000 pertikaian meledak lagi, yang
dipicu perkelaian 
pemuda Kelurahan Kamayanya (muslim) dengan Lambogia
(Kristen).

Dalam penyerangan kali ini kelompok merah yang
bergabung dalam pasukan 
Kelelawar Hitam dipimpin oleh Cornelis Tibo asal
Flores menyerang 
kampung Muslim Kayamanya. Mereka memukul-mukul tiang
listrik hingga 
memancing kemarahan ummat Islam. Selanjutnya mereka
mengaiaya ummat 
Islam di situ dan membunuh Serma Komarudin.

Ummat Islam yang marah mengejar Pasukan Kelelawar
Hitam yang lari ke 
Gereja Katolik Maengkolama. Karena bersembunyi di
gereja itu ummat Islam 
yang marah membakar gereja yang dijadikan tempat
persembunyian itu.

Salah satu yang dianggap menjadi penyebab pertikaian
adalah konflik 
politik lokal. Perebutan jabatan Bupati Poso pada
Desember 1998 
merupakan salah satunya. Herman Parino, tokoh Kristen,
gagal merebut 
jabatan. Namun Herman Parino dan para pendukungnya
menuduh Arif 
Patangga, bupati yang hendak digantikannya, muslim,
merekayasa gagalnya 
Parino.

Karena jengkel, Parino menggalang massa untuk
menyerang rumah Patangga. 
Namun rencana itu sudah tercium sebelumnya, para
pendukung Patangga 
tidak diam dan bersiap menyambut. Bentrokan tidak
terelakkan lagi. Dua 
hari kemudian giliran pendukung Patangga menyerang
rumah Parino di desa 
Tentena. Dalam kerusahan itu polisi langsung menangkap
tokoh dari kedua 
belah pilah, Herman Parino dan Agfar Patangga, adik
kandung Arif 
Patangga yang dianggap memprovokasi massa.

Nampaknya penangkapan Herman Parino yang merupakan
tokoh Kristen yang 
dihormati membuat pendukungnya kecewa. Apalagi Herman
lantas dijatuhi 
hukuman, meskipun Agfar juga dijatuhi hukuman oleh
pengadilan negeri 
Poso. Kasus inilah yang menjadi api dalam sekam. Maka
ketika terjadi 
perkelaian pemuda Islam dan Kristen yang mabuk pada
pertengahan April 
2000 lalu, kerusuhan pun tidak dapat terhindarkan.

Dipicu kerusuhan pada bulan April, tanggal 23 Mei 2000
pasukan merah 
melakukan penyerangan ke beberapa perkampungan muslim.
Pertikaian tidak 
hanya sebatas para pendukung Herman Parino dan Arif
Patangga. 
Perkampungan Muslim yang tidak ada kaitannya dengan
kerusuhan sebelumnya 
ikut dihancurkan, warganya dibantai, perempuannya
diperkosa.

Selain konflik lokal, sumber intelejen menyatakan
bahwa kerusuhan di 
Poso juga terkait dengan tokoh-tokoh di Jakarta. Salah
satu kekuatan 
yang bermain itu adalah kelompok Soeharto. Indikasinya
jika proses hukum 
Soeharto meningkat, tingkat kerusuhan meningkat.
Temuan di lapangan 
menunjukkan keterlibatan sekitar 70-an purnawirawan
TNI dalam melatih 
pasukan merah. Karena itulah pasukan merah sangat
mahir dalam 
menggunakan berbagai senjata api maupun tangan kosong.

Pihak intelejen menyebutkan, kelompok yang
berkepentingan terhadap 
kerusuhan di Poso ini juga didukung sumber dana yang
kuat. Kasus 
beredarnya milyaran uang palsu dan hilangnya dua
kontainer kertas uang 
yang hingga kini belum ditemukan juga sangat terkait
dengan 
berlangsungnya kerusuhan di Poso ini.

Informasi sumber intelejen tersebut juga dibenarkan
oleh Wakapolda 
Sulawesi Tengah, Kolonel Zaenal Abidin Ishak, yang
menyatakan 
keterlibatan 15 anggota Polres Poso dan enam anggota
TNI AD dalam 
kerusuhan itu. Mereka kini sedang ditahan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Agus Dwikarna tidak percaya bahwa kerusuhan di Poso
hanya persoalan 
gagalnya Herman Parino menjadi bupati. Kalau hanya
karena perebutan 
kursi bupati kenapa ummat Islam yang dibantai, tanya
Agus. Ia yakin ada 
upaya melenyapkan ummat Islam dari bumi Poso.

Apapun penyebabnya, kerusuhan Poso menyebabkan trauma
yang mendalam di 
kalangan orang-orang Muslim di Poso. Sejak kerusuhan
itu ribuan ummat 
Islam menjadi pengungsi di negerinya sendiri.
(Haryono, laporan 
Munanshar dan Pambudi /majalah hidayatullah)


*Tibo Ikut Seret 16 Nama Pelaku Poso Jilid III   *    
      
Selasa, 04 April 2006    
Terpidana berat sendirian mungkin tak mengenakkan bagi
otak pembantaian 
Poso, Fabianus Tibo. Karenanya, ia menyeret 16 nama
lain yang diduga 
ikut terlibat. Ia juga menyebut ada pejabat

Hidayatullah.com--Kepolisian Sulteng dibantu penyidik
Mabes Polri, kini 
dikabarkan sedang mengungkap 16 nama yang diduga juga
ikut terlibat 
sebagai otak pelaku kerusuhan Poso. Penyelidikan ini
dilakukan penyidik 
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dibantu tim Markas
Besar Polri setelah 
memeriksa tiga terpidana mati yang juga pelaku utama
kasus itu; Fabianus 
Tibo, Dominggus Da Silva, dan Marinus Riwu.

16 nama yang diduga menjadi otak pelaku kerusuhan Poso
jilid III periode 
Mei hingga Agustus 2000 disebut Tibo terdiri atas
mantan pejabat 
Pemerintah Provinsi Sulteng, seorang purnawirawan, dan
tokoh pemuda.

Di antara mereka adalah mantan Sekretaris DPRD Sulteng
Edi Bungkundapu 
dan mantan Asisten IV Pemerintah Provinsi Sulteng,
Yahya Patiro.

Fabianus Tibo dan kedua rekannya mengaku, mereka
hanyalah korban atas 
peristiwa yang menewaskan lebih dari 200 warga Poso
tersebut. Kendati 
demikian, hingga kini belum seorang pun dari 16 tokoh
itu diperiksa.

Sementara itu, Mantan Sekretaris Daerah Kabupaten
Poso, Yahya Patiro 
yang disebut-sebut Tibo dalam pemeriksaan membantah
tudingan.

Menurut Yahya, tuduhan tersebut tidak berdasar.
Apalagi, dia tak pernah 
ketemu dan mengenal terpidana hukuman mati itu.

"Untuk menyelamatkan diri, dia (Tibo) akan mencari
alasan dan cara 
sebagaimana dia mampu lakukan. Antara lain dia
menyebut orang lain," 
kata Yahya sebagaimana dikutip situs liputan6.com.

Yahya berharap, pernyataan Tibo tentang enam belas
tokoh yang terlibat 
kerusuhan dalam Poso harus diklarifikasi menurut fakta
hukum di 
pengadilan. Bukan atas dasar desakan atau paksaan
massa. Yahya sendiri 
mengaku tak tahu siapa yang menyerahkan keenam belas
nama tersebut. 
(sctv/lp6/cha)


*Bulan April ini, Tibo CS Dieksekusi *             
Selasa, 04 April 2006    

Meski banyak tuntutan agar pelaksanaan hukuman mati
terhadap tiga 
tersangka utama pelaku pembantaian Poso, Sulawesi
Tengah (Sulteng) enam 
tahun lalu, kejaksaan tetap akan mengeksekusi

Hidayatullah.com--Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi
Tengah (Sulteng) 
kini sedang mempersiapkan teknis pelaksanaan eksekusi
terhadap tiga 
terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo,
Dominggus da Silva, 
dan Marinus Riwu.

Pelaksanaan eksekusi mati terhadap tiga terpidana mati
kasus kerusuhan 
Poso, Fabianus Tibo, Marinus Riwu, dan Dominggus da
Silva kemungkinan 
dilaksanakan April 2006, bulan ini. Kepastian tersebut
disampaikan 
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Tengah,
Yahya Sibe, Sabtu 
(1/4) sebagaimana dikutip antara.

Sedianya, Kejaksaan Agung dan Kepolisian Daerah
Sulawesi Tengah 
memastikan eksekusi dilakukan akhir Maret. Namun,
hingga kini, 
pelaksanaan eksekusi belum dilaksanakan. "Segala
sesuatu yang terkait 
pelaksanaan eksekusi Tibo dan kawan-kawan sedang
disiapkan secara matang 
oleh Kejati Sulteng," kata Kepala Pusat Penerangan
Hukum (Kapuspenkum) 
Kejaksaan Agung (Kejagung) Masyhudi Ridwan di Jakarta,
Senin.

Persiapan yang dilakukan itu, menurut Masyhudi, di
antaranya adalah 
koordinasi dengan pihak Polda dan Muspida Sulteng.

Disinggung mengenai upaya Peninjauan Kembali (PK) II
yang sedang 
ditempuh para terpidana, menurut Masyhudi, hal itu
dilakukan Tibo Cs 
yang sebelumnya telah menempuh seluruh tahapan hukum,
mulai dari banding 
atas putusan pengadilan negeri hingga kasasi dan PK ke
Mahkamah Agung (MA).

Sebelumnya, Tibo cs meminta grasi kepada Presiden
Susilo B Yudhoyono, 
namun permintaan tersebut ditolak pada November 2005
sehingga putusan 
dinilai telah berkekuatan hukum tetap (in kracht) dan
menjadi alasan 
bagi kejaksaan untuk melaksanakan eksekusi perkara
tersebut.

Pihak Jaksa Agung Muda Pidana Umum (JAM Pidum)
Prasetyo bahkan pernah 
mengatakan, proses hukum Tibo Cs dianggap sudah
selesai. "Semua tahapan 
upaya hukum sudah dilalui, dan sudah ada keputusan
yang berkekuatan 
hukum tetap. Jadi tidak ada alasan untuk tidak
dieksekusi," ujarnya.

Fabianus Tibo (56), Dominggus da Silva (41), dan
Marinus Riwu (49), 
sejak pertengahan tahun 2001 dijatuhi hukuman pidana
mati oleh PN Palu 
karena ketiganya terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan pembunuhan 
berencana, pembakaran dan penganiayaan berat terhadap
banyak manusia tak 
berdosa saat kerusuhan Poso bernuansa SARA bergolak
pertengahan tahun 2000.

Kerusuhan itu mencapai klimaksnya pertengahan tahun
2000 mengakibatkan 
lebih 1.000 orang terbunuh dan hilang. Korban
terbanyak adalah warga 
kompleks Pesantren Walisongo di Kelurahan Sintuwu
Lembah, sekitar 
sembilan kilometer selatan kota Poso.

Setahun setelah keputusan itu PT Sulteng mengeluarkan
putusan menolak 
upaya hukum banding yang diajukan ketiga terpidana ini
sekaligus 
menguatkan putusan PN Palu.

Tahun 2003 kembali MA menolak permohonan kasasi mereka
seraya meneguhkan 
putusan dua pengadilan di tingkat bawahnya dan
terakhir lagi-lagi 
lembaga peradilan tertinggi itu awal tahun 2005
menolak upaya hukum PK 
yang diajukan Tibo dkk. Tibo CS kemudian mengajukan
permohonan 
pengampunan kepada Presiden namun ditolak

Peran Tibo, Dominggus dan Marinus, saat pecah
kerusuhan di Poso, ketika 
itu, justru bersamaan dengan penyelenggaraan MTQ
Nasional ke-19 di Palu. 
Tibo disebut-sebut banyak saksi di pengadilan in fact
sebagai aktor 
penggerak di lapangan, selain membunuh dengan
tangannya sendiri banyak 
manusia dengan cara sadis.

Kini, Fabianus Tibo, Dominggus Soares dan Marinus Riwu
yang merupakan 
pimpinan kelompok "Pasukan Kelelawar Hitam" itu
menunggu detik-detik 
ajal yang mungkin tak pernah mereka bayangkan
sebelumnya. (Cha, berbagai 
sumber)

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0608/12/sh03.html
Eksekusi Tibo dkk Ditunda
Doa Pengharapan Menjadi Suka Cita   



PALU?Doa pengharapan agar eksekusi Tibo dkk dibatalkan
berubah menjadi doa suka cita dan pujian syukur. ?Puji
Tuhan, Tuhan mendengar doa kita semua. Terima kasih
buat semuanya,? tutur Pendeta Rinaldy Damanik, Ketua
Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah di Palu,
Sabtu (12/8) dini hari.
Keputusan penundaan eksekusi Tibo dkk diumumkan
Kapolri Jenderal Sutanto di Kantor Kepresidenan di
Jalan Medan Merdeka Utara, Jumat (12/8) malam. Dia
mengatakan eksekusi atas tiga terpidana mati Poso,
Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu
ditunda. Penundaan itu dijadwalkan hingga tiga hari
setelah peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Republik Indonesia 17 Agustus 2006 mendatang. 
Sepanjang Jumat (11/8) malam hingga Sabtu dini hari
ribuan umat Kristen di Palu, Sulawesi Tengah
(Sulteng), bahkan juga di Flores, Nusa Tenggara Timur
(NTT), melaksanakan kebaktian agar eksekusi Tibo dkk
dibatalkan. Di Tentena, Poso, sekitar 275 kilometer
Kota Palu, ribuan umat Kristen memadati puluhan gereja
di sana. Mereka memanjatkan doa pengharapan agar
eksekusi Tibo dkk dibatalkan.

Ternyata Tuhan mendengar doa itu. Pastor Jimmy
Tumbelaka dari Paroki Tentena yang selama ini menjadi
pendamping rohani ketiga terpidana mati Fabianus Tibo,
Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu juga menyatakan
kegembiraan atas penundaan eksekusi Tibo dkk.
?Penundaan ini disambut gembira oleh pihak keluarga.
Mereka sangat bersuka-cita. Doa dan harapan mereka
dikabulkan Tuhan,? tutur Pastor Jimmy Tumbelaka. 
Keluarga terpidana mati kasus kerusuhan Poso yang
berkumpul di Gereja Katolik Santa Maria, Palu,
menyambut dengan suka cita putusan penundaan eksekusi
terhadap Tibo dkk.
Nurlin Kasiah (50), istri Fabianus Tibo, yang
sebelumnya terlihat tegang menjelang jarum jam
menunjukkan pukul 11:50 Wita langsung merangkul kedua
putranya, Robertus (29) dan Angki (22), sesaat setelah
mendapat kabar penundaan eksekusi dari Pastor Jimmy
Tumbelaka.
Adam Atha (64), paman Dominggus da Silva, sempat
bersimpuh di lantai gereja mendapat kabar penundaan
eksekusi. Suasana haru juga dirasakan sekitar 300 umat
Katolik Palu yang memadati Gereja Santa Maria hingga
di halaman gereja.
Misa requiem (arwah) yang rencananya akan digelar 10
menit sebelum proses eksekusi tembak mati ketiga
terpidana dilaksanakan berubah menjadi doa syukur yang
dipimpin Pastor Jimmy Tumbelaka. ?Sekitar 15 menit
kami berdoa memanjatkan puji atas kebesaran Tuhan,?
kata Pastor Jimmy Tumbelaka.
Keluarga terpidana mati, Jumat (11/8) malam, sempat
mengunjungi LP Petobo Palu dengan maksud bertemu
dengan Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus
Riwu, untuk yang terakhir kalinya, namun tak diizinkan
oleh petugas dengan alasan ketiga terpidana sudah
diisolasi total menjelang detik-detik pelaksanaan
eksekusi.
?Tapi Tuhan berkehedak lain,? ujar Robertus. Keluarga
para terpidana yang datang dari Desa Beteleme di
Kabupaten Morowali?tetangga Kabupaten Poso?memilih
menginap di rumah pastorial yang berada dalam kompleks
gereja.

Permintaan Paus
Sepanjang Jumat (11/8) malam, kesibukan luar biasa
terlihat di Kejaksaan Negeri (Kejari) Palu, Sulawesi
Tengah. Para jaksa telihat berkumpul. Beberapa mobil
juga terlihat di parkir. 
Sebuah mobil minibus dengan nomor polisi DN-7401-A
menarik perhatian. Di dalam mobil milik Kejari Palu
itu terlihat tiga peti mati dan sejumlah peralatan
lainnya, seperti tali nilon.
Ya, tiga peti mati itu dipersiapkan untuk jenazah tiga
terpidana mati Poso yang akan dieksekusi di depan regu
tembak Satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi
Tengah. Eksekusi mati atas ketiga lelaki asal Flores,
Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, dijadwalkan Sabtu
(12/8) dini hari, pukul 00.15 Wita.
Malam terasa merangkak perlahan. Bulan penuh rupanya
menghias langit. Jarum jam terus beputar. Waktu sudah
menunjukkan pukul 23.00 Wita saat tiba-tiba mobil
pengangkut peti jenazah itu bergerak melesat laju.
Para wartawan pun memburunya hingga ke Kejaksaan
Tinggi Sulawesi Tengah.
Ternyata, sampai waktu menunjukkan pukul 00.00 Wita,
belum ada tanda-tanda tim eksekutor akan segera
menjemput Tibo Cs di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A,
Palu. ?Eksekusi ditunda. Lihat saja tinggal 15 menit
waktu tersisa dari jadwal yang ada,? celetukan Amran
Nawir Amier, wartawan TV7 yang sejak awal mengikuti
proses persiapan eksekusi di Kejari Palu dan Kejati
Sulteng.
Kepala Kejari Palu M Basri Akib, ditemani Kepala
Bagian Hubungan Masyarakat dan Penerangan Hukum Kejati
Sulteng Hasman AH, terlihat berdiam diri dalam
ruangan. Tiba-tiba dari Jakarta berembus kabar,
eksekusi atas Tibo cs ditunda. 
Suasana pun berubah senyap sejenak, sampai tiba-tiba
Basri meminta Hasman menghubungi Humas Kejagung di
Jakarta untuk menanyakan kebenaran kabar itu. ?Ya,
memang benar bahwa eksekusi ditunda sampai tiga hari
pasca-(peringatan) Proklamasi RI,? kata Basri.
Rumor yang beredar menyebutkan penundaan eksekusi Tibo
dkk itu terkait dengan permintaan pemimpin tertinggi
umat Katolik Dunia Paus Benedictus XVI kepada Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Paus meminta agar Presiden
Yudhoyono memberikan klemensi kepada Tibo dkk dari
hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup. Akankah
permintaan Paus Benedictus XVI itu dikabulkan? Kita
tunggu saja. (*)

 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: media-dakwah-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Warga Kristen Dukung Tibo si Pembantai Muslim?