** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** ** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** ** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com ** http://www.suarapembaruan.com/News/2005/10/16/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Uang Kompensasi Ini Tak Ada Artinya Waktu baru menunjukkan pukul 11.00 WIB, tetapi tiga loket yang disediakan kantor pos besar Tangerang di Jalan Daan Mogot Kota Tangerang, Selasa siang sudah mulai sepi dari antrean penerima dana kompensasi bahan bakar minyak. Maklum, sekitar seribu keluarga miskin sudah antre sejak pukul 06.00 WIB pagi kendati loket baru mulai dibuka pukul 08.00 WIB sehingga hanya dalam waktu dua jam saja antrean sudah tidak tampak lagi. Seorang pria berbadan tegap datang terakhir. Pria itu bernama Komarudin (39). Dia mengaku, memilih datang siang karena malas ngantre. Apalagi uang yang bakal diperoleh juga tidak banyak. Komarudin memang termasuk yang tercatat sebagai penerima dana kompensasi BBM. Sekilas terlihat pria ini sehat. Tapi setelah didekati akan diketahui dia merupakan salah satu penderita kusta yang tinggal dalam lingkungan rumah sakit kusta Sitanala Tangerang di RT 03 RW 13 Kelurahan Karangsari Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Tangan dan kakinya cacat. Berbeda dengan sebagian besar penderita kusta lainnya yang lebih banyak mencari nafkah dengan menjadi pengemis, maka Komarudin memilih bekerja dengan cara yang menurutnya lebih terhormat, yakni sebagai penambal ban. Dengan seorang istri dan tiga anak yang semuanya sudah sekolah, Komarudin membiayai hidupnya dengan bekerja apa saja. Mulai sebagai tukang sapu di rumah dokter yang merawatnya atau menjadi pencuci mobil hingga menjadi tukang tambal ban sepeda. Namun, tingginya kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk membiayai sekolah tiga anaknya yang terbesar duduk di STM kelas II, nomor dua di SMU kelas I dan terkecil di bangku TK membuat keluarga ini kerap hidup prihatin bahkan cenderung kekurangan. Namun Komarudin tidak mengeluh. Dia mungkin menjadi sedikit penderita kusta yang tidak mau menjadi pengemis. Bahkan dia mengakui sebenarnya segan menerima bantuan uang tunai dari pemerintah yang disebut kompensasi BBM tersebut. Karena menurut dia yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah bisa memberikan bantuan modal buat dia berusaha. "Kalau dikasih uang segini cukup apa? Paling dibawa ke pasar habis. Tapi kalau diberi modal untuk mengembangkan usaha sangat jauh lebih berman-faat," katanya. Memang, menurut Komarudin, uang Rp 300.000 cukup besar bagi mereka yang selama ini hidup pas-pasan. Tetapi dengan naiknya semua harga kebutuhan, membuat jumlah yang diterima itu menjadi tidak berarti. Walaupun demikian dia mengatakan uang yang dia terima itu akan digunakan untuk menambah modal usahanya sebagai tukang tambal ban. "Memang jauh lebih enak menerima uang dari kerja keras sendiri daripada menerima dana bantuan seperti ini. Tapi sepertinya kami tidak punya jalan lain seperti mendapatkan modal mengembangkan usaha. Jadinya uang ini akan saya gunakan untuk itu," ujarnya. Tidak Tahu Dengan menjadi tukang tambal ban ditambah sebagai tukang sapu dan pencuci mobil di rumah dokter yang pernah merawatnya selama setahun sebagai penderita kusta, Komarudin bisa menyekolahkan anaknya. "Saya memang mengutamakan pendidikan anak. Walaupun saya orang tak punya apa-apa, tapi yang terpenting anak saya bisa sekolah," ungkapnya. Komarudin mengakui tidak tahu bagaimana proses mendapatkan dana kompensasi itu. Yang dia tahu, dia hanya pernah didata oleh RT setempat dan kemudian diberikan kartu penerima dana kompensasi BBM. Dia mengakui tidak semua warga di lingkungan dia menerima dana kompensasi itu. Yang dia tahu mereka yang menerima adalah warga yang lama sudah menempati lahan pemerintah itu dan memang termasuk keluarga tidak mampu. "Saya tidak tahu bagaimana bisa dapat. Pak RT yang mendatanya, mungkin karena memang saya termasuk tidak mampu," ujarnya. Jika Komarudin untuk modal usaha, maka bagi Sinang (69) warga Jalan Sukatani RT 01 RW 10, Kelurahan Sukasari, Tangerang mengatakan, uang Rp 300 ribu yang telah diperolehnya akan digunakan untuk membeli atap rumah yang sering bocor. "Rumah saya sudah tidak bernilai, bocor di sana-sini. Kalaupun dibakar mungkin sudah tak ada abunya. Tapi bagi saya, rumah itu tetap penting, jadi uangnya buat saya beli seng bekas supaya rumah tidak bocor lagi," ujar Sinang, yang mengaku telah mengantre dari pukul tujuh pagi. Hari itu memang jatah untuk Kelurahan Panunggangan Barat, Karangsari Neglasari dan Karanganyar dengan kuota pencairan 1.133 keluarga miskin. Penerimaan dana kompensasi BBM di kota Tangerang masih menjadi pembicaraan sejumlah warga miskin yang tidak kebagian jatah. Seperti yang dikatakan Suria Jaya warga Jalan H Pentil 11 Rt 06/07 Buaran Indah Tangerang. Dia merasa sangat heran banyak warga miskin termasuk dirinya di kampung tempat tinggalnya yang tidak dapat jatah. Sementara yang mendapat jatah, justru mereka yang bekerja di pabrik. Padahal sebagai pekerja serabutan dengan empat anak, Suria harus bekerja membanting tulang sebagai penjaga kantor yang gajinya hanya Rp 250.000 per bulan. Dia menilai, ketua RT di tempat tinggalnya tidak fair saat mencatat mereka yang pantas menerima dana kompensasi BBM. "Kalau keluarga dekat baru dimasukkan, sementara kita-kita tidak terdaftar," keluhnya. Pembaruan/Dewi Gustiana Last modified: 14/10/05 ++++ http://www.suarapembaruan.com/News/2005/10/16/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Tugas Pemantauan Pun Terbentur BBM Laut teduh saat itu. Ombak hanya memukul kecil di bibir pantai berpasir putih di Pulau Kodingareng, Makassar, Sulawesi Selatan, saat Pembaruan mengunjungi pulau yang memiliki menara suar itu. Sebenarnya, tujuan awal adalah perjalanan ke lokasi mercu suar tertua di perairan Makassar, MS Debrill, yang didirikan pada 1886. MS Debrill, yang pendiriannya diresmikan oleh ZM Willem III, merupakan mercu suar terpenting di Perairan Makassar. Karena di samping bangunan tua, tempat itu dipenuhi karang sehingga kehadirannya sangat penting dan dibutuhkan bagi kapal-kapal rute Selatan/Timur agar tidak karam. Apalagi di sekitarnya tidak terdapat pulau, sehingga mercu suar itu merupakan satu-satunya bangunan di sekitar perairan itu. Bahkan pulau karang tersebut, dalam bahasa Makassar disebut Taka Dewataya, atau karang keramat, dan dapat juga diartikan lokasi tempat makhluk halus berada. Namun sayangnya, perjalanan ke mercu suar yang membutuhkan waktu sembilan jam dari Pelabuhan Makassar, urung dilakukan. Sungguh ironis, kapal milik Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Distrik Navigasi Kelas I Makassar, tidak memiliki bahan bakar minyak (BBM). ''Ke Debrill itu membutuhkan tujuh ton solar. Sementara anggaran untuk bahan bakar belum turun. Apalagi sekarang ini harga BBM naik, jadi belum tersedia BBM,'' ujar Kepala Distrik Navigasi, Faruk Masmichan. Tidak dinyana, kesulitan BBM bukan hanya dirasakan masyarakat tapi juga sebuah departemen. Persediaan BBM memang dihemat dan hanya dikhususkan untuk rotasi para penjaga mercu suar setiap tiga bulan sekali, di 17 menara suar yang berada di Perairan Makassar. Tujuan ke Debrill pun terpaksa diarahkan ke Pulau Kodingareng yang lokasinya hanya satu jam dari Kota Makassar. Namun, kerinduan untuk melihat secara langsung menara suar tua tersebut terobati saat petugas-petugas di Kodingareng menceritakan pengalaman mereka berada di Debrill. Bagi MA Rasyid (50), menjaga mercu suar di Debrill sudah dilakoninya sebanyak 15 kali. Bahkan tugas pertamanya sebagai penjaga menara suar langsung di Debrill pada 1982. Saat itu, ia baru melepaskan masa lajangnya sehingga bertugas di menara suar yang terasing itu pun cukup membuatnya terhenyak. ''Tapi itu tugas, jadi saya jalani. Saat kapal mengantar kami ke sana dan teman-teman yang di kapal masih menemani kami beberapa hari, belum terasa terasing. Tetapi saat mereka meninggalkan Debrill menuju menara suar yang lain, saat itulah kami baru merasa sepi dan hanya berlima di dalam menara suar itu,'' kenang Rasyid. Tidak ada pulau lain di sekitar tempat itu. Sepanjang mata memandang hanya laut dan karang-karang di sekitar menara. Bila air surut, mereka dapat turun dari menara suar dan memungut kerang-kerang yang ada di dekat karang. Nelayan pun hanya datang ke tempat itu bila laut tenang, sekitar Maret hingga September. Biasanya, bila berada di Debrill, rasa persaudaraan dan saling melindungi antarpenjaga bertambah kental. Mereka pun bertugas bergantian untuk menjaga lampu suar dari pukul 18.00 WITA hingga 06.00 WITA. Umumnya, yang menjaga pada pukul 22.00 WITA hingga 02.00 WITA adalah kepala tim. Apalagi, mereka jauh dari keluarga dan hanya bersosialisasi dengan orang lain selain petugas menara suar, bila para nelayan mulai mencari ikan di sekitar menara Debrill. Uniknya, karena tempat itu disebut Karang Keramat, para nelayan memiliki tradisi yang tetap dipertahankan hingga saat ini, yakni membawa sesajian saat melaut ke tempat itu. Biasanya mereka membawa ayam atau kambing, dan ditambatkan di pinggir menara suar tersebut. Namun, saat memasuki musim barat atau angin kencang pada Desember hingga Januari, tidak satu pun nelayan yang berani ke lokasi itu karena takut karam. Beberapa kapal, memang ada yang karam di sekitar menara suar Debrill itu. Salah satu kapal yang karam yakni KRI Raden Saleh. ''Kalau berada di menara suar Debrill, biasanya watak asli segera terlihat. Ada yang mudah marah atau tersinggung karena mungkin merasa terasing itu dan tidak bertemu keluarga. Tetapi banyak juga penjaga suar yang akan melanjutkan pendidikan memilih Debrill sebagai tempat bertugas, karena bisa belajar dengan tenang,'' ujar Domeng (45), petugas menara suar. Kendati demikian, menjadi penjaga menara suar di Debrill memberikan perasaan bangga. Sebab menara itu sangat penting bagi pelayaran di Perairan Makassar. Hal itu mengingat Debrill menjadi pintu masuk dan keluar menuju Pelabuhan Makassar, sehingga kapal-kapal yang hendak berlayar ke Indonesia Barat ataupun ke Indonesia Timur, melewati Debrill. ''Lampu suar juga menolong para nelayan untuk mencari ikan,'' ujar Rasyid. Tidak Ada BBM Sebenarnya, keberadaan menara suar sudah tercatat dalam sejarah kuno, baik sejarah Yunani kuno, Romawi, Cina, maupun Jepang. Dulunya berupa nyala api pada malam hari dan asap mengepul pada siang hari, sebagai tanda bagi para navigator pembawa kapal. Dalam perkembangannya, menara suar kini mengandalkan lampu dan solar sel dari energi matahari. Dilengkapi dengan sarana komunikasi yang berada di menara suar. Selain menara suar, terdapat juga rambu suar dan pelampung suar yang fungsinya sebagai penuntun kapal untuk memasuki suatu pelabuhan, dan juga sebagai alat batas negara. Untuk Perairan Makassar yang memiliki panjang garis pantai 1.106 mil dan luas wilayah 13.260 mil persegi, terdapat 17 menara suar, 64 rambu suar dan 8 pelampung suar. Menurut Faruk Masmichan, Distrik Navigasi Kelas I Makassar memiliki satu kapal kelas I dan dua kapal kelas II. Sebenarnya, selain melakukan rotasi terhadap para penjaga menara suar, kapal-kapal tersebut juga dipergunakan untuk mengawasi sarana navigasi lainnya, yakni rambu suar maupun pelampung suar yang ada di Perairan Makassar. Sayangnya, sejak 1997 perawatan dan pengawasan terhadap rambu suar serta pelampung suar menjadi terhambat karena kurangnya BBM. Pihaknya memprioritaskan untuk rotasi penjaga menara suar yang memang harus dilakukan tiga bulan sekali sesuai dengan jadwal. ''Harusnya frekuensi untuk mengawasi rambu suar dan pelampung suar itu cukup banyak, tetapi kendalanya kurangnya BBM,'' ujarnya. Untuk mengakali hal ini, terpaksa kapal yang bertugas untuk merotasi petugas, dalam perjalanannya juga harus menyisiri rambu suar dan pelampung suar yang berada searah dengan menara suar yang dituju. Padahal, bila ada kapal yang khusus untuk mengawasi rambu suar dan pelampung suar, maka kapal yang akan digunakan untuk rotasi penjaga dapat menghemat perjalanan dengan langsung menuju ke menara suar. Kurangnya pengawasan terhadap rambu suar dan pelampung suar itu, menyebabkan banyak masyarakat yang mencuri besi-besi di rambu suar. Apalagi, kalau kesadaran masyarakatnya kurang terhadap pentingnya keberadaan rambu suar dan pelampung suar, tak ada jaminan benda-benda tersebut tetap utuh di perairan. ''Kalau di daerah pelabuhan, rambu suar dan pelampung suar itu terjamin. Tapi daerah-daerah yang jauh dan kapal jarang lewat, sering hilang,'' ujar Faruk. Sehingga, untuk rute Selatan di Perairan Makassar yang jarang dilewati kapal-kapal niaga, rambu maupun pelampung suar kerap hilang. Dari sisi anggaran, untuk belanja pegawai di Distrik Navigasi Kelas I Makassar sebesar Rp 2,5 miliar per tahun, belanja barang yang di dalamnya termasuk belanja BBM sebesar Rp 4,3 miliar per tahun, dan belanja modal sebesar Rp 906 juta. Sementara untuk kebutuhan sekali merotasi petugas menara suar dibutuhkan 25 ton solar. Sehingga bila rotasi itu dilakukan selama setahun dibutuhkan, kurang lebih 75 ton solar, belum ditambah untuk pemantauan sarana bantu navigasi pelayaran, yakni rambu suar dan pelampung suar. Sedangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) diantaranya bersumber dari uang rambu perkapalan, rata-rata per tahun sebesar Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Para petugas menara suar menerima tunjangan dari PNBP ini sebesar Rp 150.000 per bulan. Untuk kebutuhan BBM, Faruk Masmichan juga sudah mengajukan permintaan penambahan dana untuk kapal negara sebesar Rp 1 miliar. Bila membandingkan dengan negara lain yang dalam pemantauan sarana navigasi pelayaran menggunakan helikopter, maka sangat miris saat kita mendapati kapal untuk pemantauan di Indonesia terseok-seok kesulitan BBM. Padahal, bila dilihat pentingnya sarana navigasi pelayaran, rasanya pemantauan terhadap sarana navigasi pelayaran itu tidak dapat diabaikan. u Pembaruan/Lince Eppang Last modified: 14/10/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.org ** ** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **