Boleh aja dong tu empok empok ke luar negri cari makan, emang ente mampu kasi makan mereka? Empok empok nyang ke Eropa nggak ada tu nyang diperkosa? emang temen temen ente ngArab ngArab itu kagak bisa liat cewek, langsung ditubruk.. banyak makan minyak samin kali ya Tung? --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, si pitung <sipitung68@...> wrote: > > makanye jgn kirim saudare2 perempuan, ponakan2, tante2, mbok2 bangsa sendiri ke luar negri. Mereka cuma dijadikan sapi perahan, diperes sono sini. Negara kurang memberikan perlindungan yg memadai, pdhl negara nikmati uang hasil keringet mereka. Nasib mereka terlunta- lunta, Jangankan di luar negri, kadang disiksa, diperkosa + kaga dibayar. Di dlm negri aje, msh jd lahan empuk buat diperes, jgn pade pura2 bloon dah. Nah trus solusinye ape? ga ade jaminan perlindungan buat mereka, maka jangan ade pengiriman perempuan buat bekerja di luar negri jd TKW cuiih rendah amat nih derajat bangse, dah merdeka msh kaga mampu cr makan buat ngeyangin perut bangsanye, eh perempuan2 dikirim ke luar negri, lelaki pd kmana? nulis di milist doank sambil cengar cengir kaye kuda? ato jd loper sampah berita? > yg stuju ngirim perempuan buat bekerje di luar negri emang kaga jelas pemikirannya, die demen emaknye, bibinye, anaknye, dikirim ke luar negri cuman jd jongos cuiih rendah banget harga dirinye, cuma seharge duit perakan. > lho die kaga mau emaknye, bibinye atao anak perempuannye jd TKW ke luar negri? knape stuju ngirim perempuan WNI ke luar negri? cuiiih mo eunaknya sndiri lhu pade, harga diri dah diinjek2 bangse lain msh mikirin perut, susah emang jd orang mental tempe, kaga bs liat duit dikit langsung IJO matenye. > phewh! lhu jg bikin bangse ini susah, kaga nyadar ape? > > > > > ----- Original Message ---- > From: mediacare <mediacare@...> > To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx; mediacare@...; zamanku@xxxxxxxxxxxxxxx > Sent: Saturday, July 12, 2008 12:49:33 PM > Subject: [ppiindia] Tanggapan Ulil - Re: TKW Indonesia di Arab Saudi diperlakukan sebagai budak > > > Salam, > > Yang menyedihkan, para TKI yang sebagian (tidak semuanya, harap > diingat itu!) sengsara itu, makin sengsara lagi karena ditipu, > diperas, dan diperlalukan seperti "binatang" saat mereka singgah di > bandara Sukarno Hatta, entah untuk menunggu keberangkatan atau > kedatangan dari luar negeri. Pelaku tindakan tak manusiawi ini > dilakukan oleh orang-orang Indonesia sendiri. > > Sunguh menyedihkan! > > Tetapi dengan seluruh masalah ini, saya tak setuju dengan > "nasionalisme membabi-buta" yang menganjurkan agar pengiriman TKI ke > luar negeri di-stop. Karena kondisi ekonomi di negeri kita tak bagus, > karena "pemrentah" tak berhasil menyediakan lapangan kerja yang baik > bagi warganya sendiri, kenapa harus melarang mereka yang ingin mencari > penghidupan yang lebih baik. > > Yang harus diperbaiki adalah aturan kontrak yang dapat melindungi para > TKI itu, serta kegigihan pemerintah dan kalangan LSM untuk > memperjuangkan perbaikan nasib mereka. > > Phewh! Banyak sekali masalah di negeri kita ini... > > Ulil > > www.mediacare. biz > > --- On Sat, 7/12/08, A. Marconi <a.marconi@planet. nl> wrote: > > From: A. Marconi <a.marconi@planet. nl> > Subject: Re: [ppiindia] TKW Indonesia di Arab Saudi diperlakukan sebagai budak > To: ppiindia@yahoogroup s.com > Date: Saturday, July 12, 2008, 1:05 AM > > KOMENTAR: > > Pengiriman TKW/TKI ke KSA yang masih berbudaya jahilliyah, menurut terminologi Al-Quran, secara sadar adalah menjerumuskan puluhan ribu Muslimah dan Muslimin ke dalam sistim masyarakat perbudakan abad-abad sebelum diutusnya rasulullah Muhammad saw melakukan reformasi masyarakat perbudakan Arab. > > Peristiwa ini adalah suatu peristiwa pengulangan di dalam sejarah Bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Di zaman penjajahan Kerajaan Belanda dan penjajahan Kekaisaran Jepang telah terjadi pengiriman budak-budak perkebunan dan budak- budak kerja paksa dari berbagai suku-suku Bangsa Indonesia yang telah dikorbankan secara tak bertanggungjawab, tak berperikemanusiaan, di hutan belantara tanpa jaminan kesehatan dan pangan serta keamanan pribadi yang manusiawi. Korban yang telah jatuh dan penderitaaan yang membekas dalam kisah dan cerita akan membakar abadi para pelaku kekejaman yang sadar dilakukan tersebut. Setiap orang tidak memikul dosa orang lain dan setiap orang bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya. > > Dengan alasan apapun, baik atas nama hukum peradaban maupun kepercayaan akan sesuatu, perbuatan tidak bertanggungjawab yang dilakukan dengan sadar menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan, kesengsaraan, penindasan, perbudakan dan kematian, adalah tidak manusiawi dan ridak etis serta a-moral kemanusiaan yang bertentangan dengan Pancasila. > > Seruan saya adalah HENTIKAN PENGIRIMAN TKW/TKI ke Kerajaan Saudi Arabia, selama negeri itu belum beranjak ke budaya masyarakat BERADAB yang ditetapkan dalam firman-firman Allah swt. > > Wassalam, > A.M > > ----- Original Message ----- > From: mediacare > To: fdwb@yahoogroups. com ; media jabar ; zamanku ; ppiindia@yahoogroup s.com ; wanita-muslimah@ yahoogroups. com ; kampung-ugm@ yahoogroups. com ; jurnalperempuan@ yahoogroups. com ; pluralitas-icrp@ yahoogroups. com ; mediacare > Sent: Friday, July 11, 2008 5:58 PM > Subject: [ppiindia] TKW Indonesia di Arab Saudi diperlakukan sebagai budak > > Maids 'treated as slaves' in Saudi Arabia > > The Jakarta Post , Jakarta | Wed, 07/09/2008 10:48 AM | Headlines > > Working conditions for migrant domestic workers in Saudi Arabia -- > including thousands of Indonesian workers -- sometimes amount to > "slavery", according to a global human rights watchdog. > > "In the best cases, migrant women in Saudi Arabia enjoy good working > conditions and kind employers, and in the worst they're treated like > virtual slaves. Most fall somewhere in between," said Nisha Varia, > senior researcher in the women's rights division of Human Rights Watch > (HRW). > > But the rise of a "young, reformist elite" in Saudi Arabia offers > opportunities for change -- opportunities labor advocates and countries > that send migrant labor, such as Indonesia, should take advantage of, > according to HRW executive director Kenneth Roth. > > He said the new generation did not want the country to be known as one > that "closes its eyes to the abuse of domestic workers". > > Roth and Varia presented the findings of HRW's latest study in a > discussion Monday, hosted by the National Commission on Violence against > Women. > > The study, "As if I am not human: Abuses against Asian domestic workers > in Saudi Arabia", involved interviews with Indonesian, Filipino, > Nepalese and Sri Lankan workers in the kingdom, conducted between 2006 > and early 2008. > > Indonesia has been sending migrant workers, mainly maids, to the Middle > East and other regions since the 1980s, and media reports of abuse have > repeatedly surfaced. > > The Saudi embassy did not reply to requests Monday to respond to the > study. > > The study quotes from HRW's interview with Saudi labor minister Ghazi > al-Qusaibi, who said "radical reforms" were being planned to establish > better protection for migrant domestic workers. > > But according to Varia, "the Saudi government has some good proposals > for reform but it has spent years considering them without taking any > action". > > Reform for the kingdom's 1.5 million domestic workers is needed "so that > women desperate to earn money for their families don't have to gamble > with their lives", Varia said. > > One of HRW's recommendations is to reform or abolish the sponsorship > system known as kafala, which ties migrant workers' visas to their > employers. This system means employers can prevent workers from changing > jobs or leaving the country. > > Reform is also needed in Saudi Arabia's criminal justice system, HRW > said. The study found in many cases employers were not prosecuted for > abusing domestic workers. > > HRW cited the example of abused Indonesian worker Nour Miyati, who lost > her case despite "the employer's confession, ample medical evidence, and > intense public scrutiny". > > Nour Miyati had to have her fingers and toes amputated as a result of > being starved and beaten daily by her employers, HRW said. > > The maids "are more likely to face counter-accusations of witchcraft, > theft or adultery", the study said. > > But tight competition among labor suppliers is leading to cost cutting > at the expense of migrant workers, according to one Indonesian official. > > "Some labor suppliers are complaining they don't make profits and have > had to cut expenses such as training," Jumhur Hidayat, head of the > National Labor Export and Protection Agency, said Monday. > > Jumhur said some suppliers cut the mandatory 200 hours of training for > migrants scheduled to work in the Middle East "to one hour, or even 10 > minutes". > > He said a number of measures, including ongoing negotiations with the > Saudi government, were being taken to address the problems. > > Legislator Tuti Lukman remarked that while it was easy to blame the > problems on the countries that receive Indonesian labor, "they will note > that we also fail to give formal recognition and protection to our own > domestic workers". > > [Non-text portions of this message have been removed] > > No virus found in this incoming message. > Checked by AVG - http://www.avg. com > Version: 8.0.138 / Virus Database: 270.4.7/1546 - Release Date: 11- 7-2008 6:47 > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >