[nasional_list] [ppiindia] Skandal Pajak

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 15 Jan 2006 23:04:31 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/16/utama/2368484.htm

 

ANALISIS EKONOMI 

Skandal Pajak


Faisal Basri

Selama empat hari berturut-turut sejak Kamis pekan lalu, Kompas menurunkan 
berita tentang korupsi pajak. Berita yang selalu ditempatkan di halaman muka 
ini memaparkan betapa praktik pembobolan uang negara telah berlangsung belasan 
tahun sehingga bisa dikatakan sudah menjadi mata pencarian sehari-hari dari 
sejumlah kalangan: aparat pajak serta Bea dan Cukai, pengelola pelabuhan, 
pengusaha peti kemas, agen pelayaran asing yang menerbitkan dokumen atau bill 
of lading, produsen atau pengusaha ekspor, pengusaha ritel, makelar jasa 
kepabeanan, makelar agen pelayaran, dan makelar faktur.

Sekalipun para pelaku yang terlibat cukup banyak, modus operandinya tergolong 
sederhana. Yang menjadi sasaran ialah dana pengembalian atau restitusi pajak, 
yaitu dana atas pajak pertambahan nilai (PPN) yang telah dikeluarkan pengusaha 
saat mengimpor bahan baku untuk produk-produk yang diekspor. Manipulasi terjadi 
di dua lapisan. Pertama, bukti-bukti pembayaran PPN atas bahan baku yang 
diimpor sebagai dasar untuk mengklaim restitusi. Namun, pengembalian atau 
restitusi baru bisa dibayarkan oleh petugas pajak jika pengusaha mengajukan 
sejumlah dokumen yang membuktikan bahwa barang-barang yang menggunakan bahan 
baku impor yang sudah membayar PPN tersebut betul- betul telah dikapalkan untuk 
tujuan ekspor. Maka, titik rawan kedua adalah pada proses mengekspor.

Skandal pajak yang terbongkar pada pekan lalu itu tampaknya lebih banyak 
disebabkan oleh kebobolan di lapisan kedua. Yang sangat krusial pada proses ini 
ialah penerbitan pemberitahuan ekspor barang (PEB) oleh petugas Bea dan Cukai. 
Untuk memuluskan penerbitan PEB, direkayasalah sejumlah dokumen yang 
membuktikan sudah ada barang yang dikapalkan untuk diekspor. Pihak-pihak yang 
memuluskan proses ini adalah para makelar dokumen, pengusaha peti kemas, 
petugas pelabuhan, dan agen pelayaran. Mereka membuat dokumen-dokumen fiktif 
karena sebetulnya tidak ada barang yang diekspor.

Pengungkapan kasus ekspor fiktif sebenarnya sudah terjadi berulang kali dan 
melibatkan pengusaha-pengusaha besar. Sekalipun sejauh ini yang lebih sering 
terungkap ialah di industri tekstil dan pakaian jadi, tak tertutup kemungkinan 
bahwa penyelewengan terjadi pula dengan menggunakan obyek produk- produk ekspor 
andalan lainnya yang cukup banyak menggunakan bahan baku impor.

Titik awal

Kita sangat berharap pengungkapan kasus restitusi PPN yang sudah mengakar dalam 
ini menjadi titik awal untuk membersihkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak 
serta Ditjen Bea dan Cukai. Kurang bukti apa lagi untuk meyakinkan bahwa kedua 
lembaga pemerintah yang sangat vital ini harus menjadi prioritas untuk 
membersihkan benalu-benalu yang membuat perekonomian "lesu darah" 
berkepanjangan.

Kedua instansi di bawah Departemen Keuangan ini menjadi ujung tombak penerimaan 
negara.

Potensi kebocoran sudah sedemikian kentaranya. Tidak terlalu sulit untuk 
menghitung potensi penerimaan negara yang tercecer dan diselewengkan.

Teramat naif untuk percaya pada pernyataan-pernyataan petinggi di kedua ditjen 
yang berkali-kali dinobatkan sebagai instansi terkorup, bahwa skandal-skandal 
yang terungkap selama ini hanyalah sebatas kasus. Mereka juga mengklaim bahwa 
komputerisasi pada sistem informasi yang mereka gunakan hampir pasti tak lagi 
memungkinkan terjadinya manipulasi.

Skandal restitusi pajak semakin menambah keyakinan kita betapa lingkaran 
korupsi di instansi perpajakan serta Bea dan Cukai sudah sedemikian sangat 
berurat-akar. Sistem pengawasan internal lumpuh bukan karena modus operandi 
yang canggih sehingga sulit terlacak, melainkan karena praktik-praktik kotor 
sudah dipandang sebagai kelaziman.

Ratusan temuan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan tak digubris, beberapa 
di antaranya sengaja dipeti-eskan, terutama yang dipandang bisa membongkar 
kebusukan hingga ke pucuk pimpinan.

Praktik-praktik kotor yang selama ini berlangsung di hampir semua jenjang 
justru menjadi salah satu sumber dana untuk mempertahankan cengkeraman pengaruh 
dari oknum-oknum yang berkepentingan untuk mempertahankan keberadaan mereka di 
dalam "zona kenyamanan" yang mereka nikmati selama ini.

Untuk membuktikannya sangat mudah. Teliti saja kegiatan-kegiatan yang 
diselenggarakan oleh Ditjen Pajak serta Ditjen Bea dan Cukai. Tak sedikit dari 
kegiatan-kegiatan kedua instansi ini yang bersifat nonbudgeter atau setidaknya 
dibiayai juga dari sumber-sumber di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 
(APBN), seperti kegiatan sosialisasi dan kegiatan-kegiatan yang bersifat 
seremonial, semisal upacara pemberian nomor pokok wajib pajak (NPWP) ke-10 juta 
di Istana Negara akhir tahun lalu.

Solusi

Jika pimpinan negara bersungguh-sungguh ingin melumatkan korupsi serta bertekad 
kuat mewujudkan perekonomian yang sehat dan bermartabat, tak ada pilihan lain 
kecuali memulainya dengan menumpas pusat-pusat saraf dari mata rantai korupsi.

Menteri Keuangan pun sebaiknya tak perlu memberi kesempatan lagi kepada 
Direktur Jenderal Pajak untuk memperbaiki kinerja aparatnya. Hal yang sama 
berlaku untuk Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Tak terkandung maksud sama sekali untuk membawa permasalahan ini sebagai 
persoalan pribadi atau orang per orang. Yang hendak kita jaga adalah jangan 
sampai instansi perpajakan serta Bea dan Cukai telanjur terpuruk dan semakin 
sulit dibenahi, sampai titik di mana kita semua tersandera karena alasan 
penerimaan negara terancam jika pemerintah melakukan pembenahan menyeluruh.

Pergantian pucuk pimpinan di kedua instansi yang amat vital dalam rangka 
mengamankan penerimaan negara itu kita tempatkan sebagai awal dari upaya 
melakukan pembenahan menyeluruh, termasuk menjaga moral seluruh pegawai yang 
kita yakini lebih banyak yang bersih ketimbang yang kotor.

Pembenahan di kedua instansi tersebut juga diharapkan memberikan kontribusi 
berharga bagi perekonomian. Bukankah penyelewengan seperti pada kasus restitusi 
pajak mengindikasikan data-data makro-ekonomi kita tidak akurat. Data ekspor 
menggelembung tetapi semu adanya, tak sesuai dengan arus devisa yang masuk. 
Akibatnya, pos errors and ommision pada neraca pembayaran juga membesar.

Akibat dari semua ini, pemerintah makin sulit melakukan prakiraan dan melakukan 
kebijakan antisipatif.

Lebih dari itu, uang-uang yang terkumpul dari kegiatan ilegal tersebut 
gentayangan, tak masuk ke dalam sistem. Selanjutnya dana haram ini berpotensi 
menjadi virus-virus baru dengan daya perusak yang lebih besar bagi bangsa 
karena mengalir ke politisi-politisi hitam sehingga akhirnya menjadi ancaman 
bagi demokrasi


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Skandal Pajak