[nasional_list] [ppiindia] Re: [mediacare] Re: TV7 dan Trans TV akan "bersaudara"

  • From: Nugroho Dewanto <ndewanto@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx,ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, ajisaja@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 03 Jul 2006 10:04:45 +0700

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Akuisisi Televisi dan Nasib Demokrasi

Ade Armando*)

KALAU saja pertelevisian bisa dilihat sebagai usaha biasa sebagaimana 
bisnis lainnya, rencana pembelian saham TV7 oleh Trans TV serta saham LaTV 
oleh ANTV tak perlu serius ditanggapi. Bukankah jual-beli saham memang 
terjadi di sembarang saat?

Masalahnya, pertelevisian bukan industri biasa. Banyak orang lupa arti 
penting media dalam peradaban, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam 
demokrasi, saat media berkembang menjadi industri yang melahap triliunan 
rupiah per tahun seperti saat ini. Media lebih sering dilihat dari sisi 
bisnis, sebagai mesin pencetak uang. Padahal fungsi utamanya bukan di situ.

Media massa adalah sebuah kekuatan yang sangat menentukan apa yang 
diketahui dan apa yang tidak diketahui masyarakat. Kepercayaan akan 
kekuatan itulah yang menyebabkan para pengiklan di seluruh dunia 
mengalirkan uang berlimpah kepada media untuk memasarkan produk mereka. 
Tapi kepercayaan akan kekuatan itu pula yang menyebabkan banyak pemerintah 
otoriter di dunia berusaha mengendalikan media. Ketika berkuasa, Soeharto 
sadar betul akan potensi media, sehingga di bawah kekuasaannya Tempo, 
Detik, dan Editor ditutup, PWI dijadikan organisasi kewartawanan tunggal, 
stasiun radio tidak boleh menyiarkan berita, wartawan pembangkang dipecat, 
disiksa, dan bahkan dibunuh.

Dengan begitu, bisa dipahami bila kemerdekaan pers dipandang sebagai salah 
satu ukuran utama terselenggaranya demokasi di sebuah negara. Gagasan 
intinya adalah bahwa dengan kemerdekaan itu akan hadir sebuah public 
sphere--ruang luas tempat orang bisa bertukar informasi secara bebas, 
setara, dan terbuka. Pengendalian media oleh pemerintah dikutuk karena itu 
dipercaya akan membatasi pilihan informasi yang dapat diakses masyarakat 
luas. Bila pemerintah diberi kewenangan politik untuk mengontrol media, 
mereka akan memanfatkannya untuk mencegah beredarnya informasi yang 
bertentangan dengan kepentingan mereka.

Tapi terbebas dari kontrol pemerintah ternyata tidak dengan sendirinya 
menyebabkan masyarakat memperoleh keragaman informasi. Ancaman bisa datang 
dari arah berbeda: para pemodal. Ketika segenap perangkat peraturan yang 
membatasi wewenang pemerintah dalam mengontrol media sudah tersedia, hak 
masyarakat atas keberagaman informasi tetap terancam oleh kemampuan para 
pemodal untuk menentukan isi media.

Sebenarnya masalah tak akan terlalu rumit kalau saja kita percaya bahwa 
independensi jurnalis profesional di Indonesia terjamin. Salah satu prinsip 
penting dari kemerdekaan pers adalah kemerdekaan wartawan dalam menjalankan 
profesinya dari campur tangan pemilik. Film Good Night and Good Luck (2005) 
menunjukkan bahwa bagi wartawan sejati, kebebasan untuk menyampaikan 
kebenaran adalah hal yang tak bisa ditawar.

Masalahnya, kondisi ideal semacam itu masih menjadi kemewahan bagi media di 
Indonesia, terutama industri penyiaran. Berbeda dengan banyak suratkabar 
yang dibangun atas dasar cita-cita demokratisasi, kabanyakan stasiun 
televisi nasional di Indonesia dimodali oleh para pengusaha dan pedagang 
yang--saya duga--tidak peduli kalau Indonesia disebut sebagai negara 
terkorup, termiskin, atau negara dengan tingkat demokrasi terendah di Asia. 
Karena itu, bagi mereka, segenap perbincangan tentang independensi 
wartawan, obyektivitas, ketidakberpihakan, pemberitaan berimbang, adalah 
rangkaian hal yang mungkin baik tapi tidak penting. Kepentingan mereka 
bukan demokrasi.

Dalam sistem penyiaran Indonesia, intervensi kepentingan pemodal dan 
pemilik tampil sangat nyata. Bagaimana Metro TV dijadikan sarana kampanye 
politik Surya Paloh tentu sudah jadi rahasia umum. RCTI menyajikan 
talk-show yang sepenuhnya menjelaskan kebenaran versi Hary Tanoesoedibjo 
tatkala sang pemilik itu terkena kasus sertifikat deposito "bodong". Acara 
populer Republik BBM di Indosiar didrop setelah sang pemilik stasiun 
disentil dalam pertemuan dengan Wakil Presiden. Trans TV menyajikan acara 
infotainmen yang penuh puja-puji terhadap Soeharto saat mantan presiden itu 
berulang tahun. Seorang pemilik stasiun--maaf namanya tak bisa 
disebutkan--mengajak para pemilik stasiun lain untuk besama tidak 
menyajikan aksi mogok pada Hari Buruh Internasinal, 1 Mei lalu. Dan, yang 
terakhir, acara sepak bola dunia di SCTV menempatkan Titik Soeharto--yang 
adalah komisaris dan setidaknya penah tercatat sebagai pemegang saham 
stasiun tersebut--sebagai presenter kendati sangat kentara ia tidak 
memiliki segenap persyaratan yang dibutuhkan. Sebuah public sphere yang 
dicita-citakan rupanya cuma mimpi.

Jadi, apa yang akan terjadi saat rangkaian akusisi dalam industri penyiaran 
terus terjadi? Yang paling dikhawatirkan tentu saja adalah kalau itu 
bergerak ke arah pemusatan kepemilikan yang berimplikasi pada penunggalan 
informasi ala Orde Baru. Saat ini, yang jelas-jelas mengelompok adalah 
RCTI, Global, dan TPI di bawah payung MNC. Kemudian, bila benar kabar yang 
sudah lama terdengar bahwa kelompok Salim di belakang Chairul Tanjung, grup 
kedua adalah Indosiar, Trans TV, dan TV-7. Grup ketiga adalah LaTV dan 
ANTV, yang berkait pula dengan konglomerat media gobal, News Corp. Baru 
kemudian ada SCTV, yang terkait dengan kelompok media internasional 
Singleton, serta Metro TV yang sepenuhnya independen.

Masih jauh dari monopoli tentu. Tapi skenario terburuknya tentu saja adalah 
bila grup-grup ini bergandeng tangan memperjuangkan kepentingan ekonomi dan 
kepentingan politik mereka dengan mendikte isi media yang mereka kuasai. 
Kalau itu yang terjadi, sementara para pekerja media membiarkan diri mereka 
dikuasai, hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang beragam akan 
terkhianati.

Jadi, kabar pengambilalihan saham TV7 dan LaTV bisa saja sekadar praktek 
ekspansi bisnis biasa. Namun, dalam konteks masyarakat di mana posisi 
bisnis sangat melekat dengan kepentingan politik, kejadian itu bisa sangat 
vital dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

*)Anggota Komisi Penyiaran Indonesia
(Kolom Majalah TEMPO, 3 Juli 2006)



At 10:54 AM 7/2/06 +0000, you wrote:
>Andai benar bahwa alasan/tujuan saling membeli adalah penguasaan semua
>segmen pasar, bisa dipastikan (cenderung) kejarannya akan sama seperti
>yang sudah-sudah: melulu kuantitas semacam rating itu. Apa sebab?
>Dasar pemikiran segmentasi itu sendiri pun melulu berdasarkan Social
>Economy Status (SES). Lantainya adalah uang (padahal mereka tv
>gratisan).
>
>Apa benar mengendus khalayak media hanya melalui SES? Ini pendekatan
>marxian, bahwa ekonomi adalah determinan segalanya. Dalam meneliti
>kenyataan, ini masih pincang alih-alih gagal. Sering kita lihat
>pembaca Kompas juga membaca Pos Kota, misalnya. Penonton Metro TV juga
>menonton lativi. Atau mereka yang berpengeluaran 5 juta ke atas
>(rutin) pun membaca majalah Hai (lepas apapun kepentingan mereka).
>
>Sepertinya ada yang tidak tercakup dalam praktek mencium khalayak
>media, yakni paradigma, karakter, atau pola pikir. Bahwa seorang
>liberalis, misalnya, bisa "menyusup" di setiap tingkatan kelas sosial,
>pekerjaan, geografis, dan usia. Begitu juga seorang agamais, moralis,
>komunis, dan seterusnya.
>
>
>
>Iqbal
>
>
>
>
>
>--- In mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx, Satrio Arismunandar
><satrioarismunandar@...> wrote:
> >
> > Dalam suatu perencanaan strategis, semuanya mungkin.
> > Strategis itu biasanya kan lebih berjangka panjang,
> > tidak jangka pendek. Dan pasti bukan satu aspek saja
> > (ekonomi/bisnis) yang diperhitungkan. Tapi saya tak
> > mau berspekulasi. Kita lihat saja nanti.
> >
> >
> > --- Selo Ruwandanu <selo@...> wrote:
> >
> > > Bisa saja kalau targetnya adalah konglomerasi dan
> > > membesarkan tangible asset. Soal segmen penonton itu
> > > kan bisa diubah seiring dengan perubahan image
> > > statiun dan program di dalam yang mengikutinya...
> > >
> > > Kalau bicara ekonomi, tentu (mostly) apapun bisa
> > > saja terjadi, dan terkait. Apakah ada kaitannya
> > > dengan politik 2009? Wah.. saya juga lagi cari tahu
> > > nih..
> > >
> > >
> > >
> > > Salam manis,
> > >
> > > :sr
> > >
> > >
> > >
> > > -----Original Message-----
> > > From: mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx
> > > [mailto:mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx] On Behalf Of
> > > Satrio Arismunandar
> > > Sent: Thursday, June 29, 2006 9:13 PM
> > > To: mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx
> > > Subject: Spam:Re: [mediacare] TV7 dan Trans TV akan
> > > "bersaudara"
> > >
> > >
> > >
> > > 1. Soal Lativi dibeli Bakrie, itu saya dengar dari
> > > salah satu petinggi di dunia TV swasta Indonesia.
> > >
> > > 2. Soal kedekatan pribadi, sih bisa saja. Tapi
> > > sebagai
> > > businessman tulen, hitung-hitungan bisnis akan lebih
> > > menentukan. Sekarang, apa sih untungnya jika Trans
> > > dan
> > > Indosiar saling membeli saham? Segmen penontonnya
> > > sama
> > > (A, B), sehingga bisa terjadi saling memakan. Rugi
> > > dong.
> > >
> > > Sekarang, kalau saya adalah pemilik Trans dan TV7,
> > > maka Trans akan saya tetapkan segmennya di pasar
> > > penonton menengah atas (bersaing lawan RCTI dan
> > > SCTV),
> > > dan TV7 ke pasar menengah bawah (bersaing lawan
> > > TPI).
> > > Jika saya menang, saya menguasai semua segmen pasar
> > > (A, B, C, D , E).
> > >
> > > Satrio
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor
> > > --------------------~-->
> > > Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the
> > > enhanced email design.
> > >
> > http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/IRislB/TM
> > >
> > --------------------------------------------------------------------
>~->
> > >
> > >
> > > Web:
> > > http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
> > >
> > > Klik:
> > >
> > > http://mediacare.blogspot.com
> > >
> > > atau
> > >
> > > www.mediacare.biz
> > >
> > > Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
> > > mediacare-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
> > >
> > > Yahoo! Groups Links
> > >
> > >
> > >     mediacare-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> > __________________________________________________
> > Do You Yahoo!?
> > Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> > http://mail.yahoo.com
> >
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>Web:
>http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
>
>Klik:
>
>http://mediacare.blogspot.com
>
>atau
>
>www.mediacare.biz
>
>Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
>mediacare-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
>
>Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Re: [mediacare] Re: TV7 dan Trans TV akan "bersaudara"