[nasional_list] [ppiindia] Re: Syariat Islam, sebuah wacana

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 18 Jul 2006 07:15:06 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Begitulah mbak. Saya yakin, banyak 
unsur unsur normatif yang mulia 
dan dapat dijalankan dalam ajaran agama Islam, yang dapat dituangkan 
dalam bentuk hukum positif. Bagi kita semua.

Why not. Misalnya azas anti riba, yang dapat dituangkan sedmikian 
rupa hingga menjadi rambu rambu berekonomi keuangan; masalah anti 
pornografi yang dapat dituangkan dalam banyak norma hukum, yang 
membentuk watak sosial mulia bangsa kita. Kebuasan turbo kapitalisme 
dengan neo liberalisme ini harus kita stop!

Islami, adalah sikap dan watak yang sangat luhur, mengapa tidak kita 
wujudkan? kalau kita baca Tripitaka, banyak unsur yang sama, dalam 
formulasi lain. Tapi watak ini adalah layak kita wujudkan.

Di Vienna, dimana masyarakat Turki hidup, hampir tak ada 
kriminalitas, tindak tanduk manusianya sopan. Tak ada masyarakat 
setempat atau non Islam yang merasa terganggu melihat wanita mereka 
berjilbab.

Ini semua dapat kita wujudkan, dengan dukungan masyarakat non Islam, 
yang juga mendambakan tata susila yang luhur, tanpa menjadikan 
negara ini negara agama. That's the point.

Dalam kuliah Hukum Islam, ketika masih menjadi mahasiswa diawal 60an 
dari professor saya, pak Hazairin, saya belajar dan memahami betul, 
apa yang mbak Lina katakan. That's really good.

Juga ajaran Siddharta mengajarkan kita menjauhi nafsu apapun, 
termasuk materialisme, yang membuat manusia tamak dan buas. Membagi, 
adalah justeru sumber kebahagiaan. Ini ada dalam prinsip Islam, 
misalnya zakat fitrah, dalam Kristiani caritas. Dalam Buddhisme 
kasih metta.

Great,mbak Lina. Thanks.

salam hangat

danardono









--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Lina Dahlan" <linadahlan@...> 
wrote:
>
> Saya rasa masalahnya adalah tidak ada keseragaman or kesatuan dalam
> umat Islam sendiri dalam mengartikan "Syariah Islam" ato emang 
> sengaja dibuat burem (?)
> 
> Saya pribadi mengartikan Syariah Islam sebagai sumber hukum atau
> inspirasi utama dalam pembuatan hukum. Jadi, saya gak berfikir akan
> ada hukum nasional akan diganti dengan hukum Islam. Karena 
> sebenarnya SI selama ini sudah menjadi inspirasi utama dalam hukum 
> perkawinan, waris, bisnis modern. Apa inspirasi itu harus 
> dihentikan? Mau cari inspirasi dari rimba sehingga menjadi hukum 
> rimba? Sebaik-baiknya inspirasi dari mana sih ya?
> 
> gitu aja mbak sumbang pikiranku
> 
> wassalam,
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, aris solikhah <fm_solihah@> 
> wrote:
> >
> > 
> > Dan seperti layaknya demokrasi dan komunisme yang bermula dari 
> sebuah wacana kemudian berkembang diterapkan dalam banyak negara. 
> Begitu pula syariat Islam. Semua berawal dari wacana... so, Wahai  
> umat yang Beriman pada Allah dan Rasul-Nya serta hari kiamat mari 
> kita wacanakan di mana pun kita berada. Always Keep spirit. ^_^
> >    
> >   Never ending improvement............
> > Samsul Bachri <samsul@> wrote:
> >   Sedikit menambahkan, bahwa kelompok liberalis yang mengusung 
> bendera
> > Islampun pun ternyata belum pernah menyampakan statement yang 
> membela
> > kepentingan Islam itu sendiri. Jadi kita sudah tahu seperti apa 
> dan siapa
> > mereka. Bahwa meraka secara tidak langsung telah mengatakan 
bahwa 
> mereka
> > memang tidak membela kepntingan Islam. Semoga bukan karena 
faktor 
> ekonomi,
> > karena sangat patut dikasihani jika kerana masalah ekonomi, 
mereka 
> harus
> > menggadaikan segalanya.
> > 
> > ----- Original Message -----
> > From: "Al-Badruuni Enterprise" 
> > To: 
> > 
> > Sent: Sunday, July 16, 2006 8:37 PM
> > Subject: Re: [ppiindia] Syariat Islam, sebuah wacana
> > 
> > 
> > Assalamu alaikum wr wb,
> > 
> > Sebagai orang Muslim (insya Allah) dan sebagai manusia biasa 
> (dengan
> > segudang kekurangan dan kekhilafan) sedikit saya akan memberi 
> pandangan saya
> > mengenai tulisan dibawah yang diposting oleh Bpk Danardono.
> > 
> > Ide untuk menjadikan Syariah Islam sebagai pedoman dalam 
kehidupan 
> seorang
> > Muslim merupakan kewajiban yang tidak terbantahkan,termasuk 
Muslim 
> di
> > Indonesia. Syariah Islam memang sudah ditegakkan sejak masa 
> Rasulullah dan
> > menjadi satu paket antara pedoman hidup sebagai pemeluk Islam 
dan 
> pedoman
> > dalam hubungan kenegaraan atau masyarakat non Islam (yang diatur 
> dalam
> > Piagam Madinah).
> > 
> > Sistem ini dilanjutkan oleh para Sahabat Khulafaur Rasyidin 
dengan
> > serba-serbi beserta kelebihan dan kekurangan masing-masing. 
Namun 
> syariah
> > Islam yang diterapkan sampai dengan Khalifah keempat dapatlah 
kita 
> jadikan
> > contoh bagaimana sebenarnya aplikasi Syariah Islam secara benar.
> > 
> > Adapun masa dinasti Umayah,Abbassiyah dan seterusnya sampai yang 
> terakhir
> > (Pemerintah Turki Ustmani) merupakan aplikasi Syariah Islam yang 
> tidak bisa
> > kita pungkiri sebagai awan kelabu dalam sejarah perkembangan 
> Islam,meski di
> > beberapa sisi juga sempat mengangkat nama Islam ke seluruh 
penjuru 
> dunia
> > (tentunya hal ini juga kehendak Allah SWT).
> > 
> > Wacana penegakan Syariah Islam di Indonesia mulai tercatat dalam 
> sejarah
> > dimana para ulama dan perwakilan Muslim waktu penandatanganan 
> Piagam Jakarta
> > dengan sangat legawa (demi persatuan dan kesatuan bangsa) 
> menghilangkan
> > beberapa kata sentral dalam penegakan Syariah Islam di bumi 
> Indonesia. Dan
> > hingga sekarang kita semua tahu wacana Syariah Islam telah 
> ditiupkan oleh
> > orang-orang yang tidak bertanggung jawab sebagai sesuatu yang 
tabu 
> dan bagi
> > siapa yang membuka kembali pasti akan dicap sebagai pemberontak.
> > 
> > Sebenarnya satu hal yang ingin saya tanyakan kepada para Saudara
> > (khususnya yang beragama Islam), "Apa sih kekurangan dan 
> mudharatnya Syariah
> > Islam?Tentunya seorang Muslim berpegang teguh kepada Syariah 
Islam
> > bukan?Tapi mengapa banyak sekali orang yang mengaku Muslim namun 
> seperti
> > menghina syariahnya sendiri."
> > 
> > Adanya pengalaman buruk di beberapa negara dan kawasan,bukan 
> merupakan
> > alasan untuk men-diskreditkan Syariah Islam. Kita semua tahu 
> pengalaman
> > tersebut merupakan kesalahan dalam aplikasi Syariah secara benar.
> > 
> > Salam,
> > Ahmad
> > 
> > RM Danardono HADINOTO wrote:
> > Judul Buku: Syariat Islam, Pandangan Muslim Liberal
> > 
> > Penulis: Al Asymawi, Saiful Mujani, Azyumardi Azra, Taufik Adnan
> > Amal, Ulil Abshar-Abdalla, et all.
> > 
> > Editor: Burhanuddin
> > 
> > Wacana syariat Islam bersifat pelik berkenaan dengan sifat 
hubungan
> > Islam sebagai sebentuk keyakinan atau agama dengan formulasi 
hukum
> > Islam historis yang selama ini disebut syariat (An-Na'im, 1994).
> > Pada saat syariat Islam dibicarakan dalam locus dan konteks 
> historis
> > dan profan, maka syariat Islam harus siap didudukkan dalam 
bingkai
> > penilaian yang fair tanpa berharap ada keistimewaan apapun karena
> > anggapan akan sakralitas fungsi dan sumbernya.
> > 
> > Kebanyakan aktivis syariat Islam tidak siap meletakkan syariat 
> Islam
> > dalam diskusi publik yang rasional. Statemen-statemen
> > semacam "syariat tak bisa divoting," "syariat lebih unggul 
daripada
> > konstitusi sekuler" misalnya, selalu mewarnai sidang-sidang 
tahunan
> > di MPR belakangan ini. Ruang pergumulan untuk mengisi cetak biru
> > (blue print) konstitusi, terutama di negara-negara Muslim, sering
> > diramaikan oleh aspirasi religius sebagian kelompok untuk memberi
> > visi Islami pada konstitusi.
> > 
> > Memang dewasa ini muncul kecenderungan baru di banyak negara 
Muslim
> > untuk menerapkan syariat Islam dengan cara memanfaatkan kebebasan
> > dan demokrasi yang -suka tidak suka- juga memberi peluang bagi
> > munculnya ekspresi keagamaan dalam kutub paling ekstrem 
sekalipun.
> > Aspirasi penerapan syariat Islam berbanding lurus dengan pasang 
> naik
> > demokrasi di negara-negara muslim. Di antara mereka juga fasih
> > melantunkan idiom-idiom demokrasi dan memaksimalkan lembaga-
lembaga
> > demokrasi sebagai sarana mencapai tujuan.
> > 
> > Partai Keadilan di Indonesia, FIS di Aljazair yang memenangkan
> > pemilu putaran pertama tahun 1991 yang kemudian dibatalkan oleh
> > rezim militer, hanyalah sebagian contoh partai-partai Islamis 
yang
> > memperjuangkan agenda syariat Islam dalam pemerintahan. Di 
sejumlah
> > negara Muslim lain seperti Pakistan, Yordania, Mesir, Maroko, 
Iran,
> > dan Kuwait, kelompok-kelompok Islamis mereka ikut bersaing di 
> pentas
> > politik nasional masing-masing dengan menggunakan prosedur 
> pemilihan
> > umum.
> > 
> > Namun demikian, sebagian besar pemerintahan Islam dibangun lewat
> > prosedur non-demokrasi. Arab Saudi misalnya, secara konsisten
> > memberlakukan syariat Islam dalam kehidupan sosial-politik 
melalui
> > jalur otoritarianisme sejak Muhammad al-Saud dan Muhammad bin 
Abd 
> al-
> > Wahhab menyepakati suatu kontrak politik yang melahirkan kerajaan
> > kaya minyak itu.
> > 
> > Pemerintahan Taliban sebelum dirobohkan koalisi Amerika Serikat 
> juga
> > menjadi contoh yang baik betapa otoritarianisme menjadi jalan tol
> > bagi pelaksanaan syariat Islam yang eksesif di di Afghanistan.
> > Demikian juga di Pakistan tahun 1980-an di mana 
> program "Islamisasi"
> > yang digelindingkan rezim militer di bawah Zia ul-Haq menarik 
minat
> > kekuatan politik Islamis -yang tidak pernah menuai simpati rakyat
> > dalam pemilu seperti Jamaat-i-Islami yang didirikan Abu A'la al-
> > Mawdudi-untuk berkolaborasi dengan militer.
> > 
> > Buku yang ada di hadapan Anda ini pada dasarnya berambisi
> > menyuguhkan sederetan fakta pengalaman negara-negara Islam dalam
> > berdialektika dengan syariat Islam dan isu-isu kontemporer soal
> > demokrasi, HAM, civil society dan lain-lain.
> > 
> > Pertanyaan pendek yang kerap menghantui adalah: "Mengapa para
> > pengusung syariat Islam tak pernah menarik pelajaran dari banyak
> > negara Islam yang melakukan eksperimentasi yang gagal dalam
> > memberlakukan syariat Islam?"
> > 
> > Atau, jangan-jangan, kenyataan yang tersajikan di negara-negara 
> yang
> > menerapkan syariat Islam itulah yang mereka tempuh dengan 
sengaja,
> > di mana pertumbuhan ekonomi per-kapita yang rendah, tingkat
> > pendidikan dengan indikator tingkat melek huruf yang amburadul,
> > pendeknya harapan hidup (life span), dan absennya kesetaraan 
> gender,
> > siap dimaklumkan asalkan syariat Islam terlaksana.
> > 
> > Alih-alih memberi garansi bagi terpeliharanya hak-hak politik
> > (political rights) dan hak-hak sipil (civil liberties) warga 
> negara,
> > para pengusung syariat Islam juga tidak serius membenahi -apa 
yang
> > disebut Saiful Mujani sebagai- "indeks kemaslahatan publik." 
> Jikalau
> > sedari awal berdirinya rezim syariat Islam selalu memaklumkan 
jalan
> > pintas otoritarianisme, maka adalah sulit, untuk tidak menyebut
> > mustahil, mengharapkan indeks kemaslahatan publik akan lahir dari
> > tangan-tangan mereka.
> > 
> > Realitas sui-generis itulah yang akan diketengahkan buku yang 
> dibagi
> > menjadi dua bagian ini. Sebelum beranjak pada bagian pertama, 
buku
> > ini didahului "provokasi intelektual" juris asal Mesir, Muhammad
> > Sa'id al-Asymawi. Pendahuluan bertajuk "Jalan Menuju Tuhan" ini
> > berdasarkan terjemahan dari salah satu sub-bahasan dalam master-
> > piece al-Asymawi, Al-Islam al-Siyasi (1992).
> > 
> > Bagian pertama terdiri dari lima tulisan panjang, yaitu "Syariat
> > Islam, Konstitusionalisme, dan Demokrasi," "Negara dan Syariat 
> dalam
> > Perspektif Politik Hukum Indonesia," "Syariat Islam di
> > Aceh," "Simbolisasi, Politisasi dan Kontrol terhadap Perempuan:
> > Studi Kasus di Aceh," dan "Selamatkan Indonesia dengan Syariah."
> > Tulisan pertama yang ditulis Saiful Mujani dimaksudkan untuk
> > memotret gambaran komparatif negara-negara yang menerapkan 
syariat
> > Islam dibandingkan dengan asas paling dasar dari raison d'etre
> > berdirinya sebuah negara, yakni kemasla-hatan sebesar-besarnya 
bagi
> > warganya.
> > 
> > Tulisan kedua dari Arskal Salim dan Azyumardi Azra coba mengulas
> > hubungan negara (baca: Indonesia) dengan syariat dari perspektif
> > legal-formal dan sejarahnya. Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal
> > Panggabean menukikkan kasus penerapan syariat Islam di Nanggroe 
> Aceh
> > Darussalam (NAD) sejak UU No. 44 tahun 1999 dikeluarkan. Kedua
> > penulis dari Forum Kajian Budaya dan Agama (FKBA), Yogyakarta, 
ini
> > menyinggung aspek kesejarahan, sosiologis dan yuridis dari 
> penerapan
> > syariat Islam di NAD. Sementara aspek kesetaraan perempuan ter-
> cover
> > dalam tulisan Lily Z. Munir. Adapun tulisan Ir. M. Ismail Yusanto
> > memberikan perspektif dari sudut kalangan yang selama ini gencar
> > memperjuangkan penerapan syariat Islam di Indonesia.
> > 
> > Bagian kedua dari buku ini berisi materi perdebatan dalam acara
> > workshop terbatas yang diadakan Jaringan Islam Liberal (JIL) pada
> > tanggal 10-11 Januari 2003 di Puncak, Jawa Barat. Workshop itu
> > bertajuk Shari'a: Comparative Perspective yang diramaikan oleh
> > kehadiran Prof. Dr. Abdullahi Ahmed An-Na'im dan kontributor JIL 
di
> > seluruh Indonesia. Workshop itu sendiri terbagi menjadi tiga 
sesi;
> > pertama, Shari'a: Comparative Country Case Studies; kedua, 
Shari'a:
> > The Indonesia Case; dan ketiga, Toward Reformation of Islamic 
Law.
> > Sesi pertama diantarkan oleh Prof. Dr. Abdullahi Ahmed An-Na'im 
dan
> > Prof. Dr. Azyumardi Azra, sementara Ir. M. Ismail Yusanto, Samsu
> > Rizal Panggabean dan Lily Z. Munir bertugas mengantarkan sesi 
> kedua.
> > Adapun sesi ketiga tidak ada "narasumber" yang mengantarkan 
> diskusi,
> > kecuali Ulil Abshar-Abdalla, Lies Marcoes-Natsir dan Syafiq 
Hasyim
> > yang memandu sesi terakhir ini. Setiap peserta menjadi narasumber
> > dalam workshop di awal tahun ini.
> > 
> > Demikianlah, isu syariat Islam selalu menawarkan perdebatan 
> menarik,
> > bak tabir misteri yang tak kunjung usai dibicarakan. Dalam 
konteks
> > nation-building kita, perdebatan di seputar isu syariat Islam 
bisa
> > dikatakan setua umur republik ini. Hanya saja, kini kalangan yang
> > terlibat dalam perdebatan isu syariat Islam tidak lagi terpaku 
pada
> > narasi-narasi besar. Tak ada lagi oposisi biner antara kalangan
> > Islam vis-à-vis nasionalis dalam menerima atau menolak syariat
> > Islam. Menariknya, baik yang mengusung maupun mementahkan 
penerapan
> > syariat Islam oleh negara sama-sama berasal dari "rahim" Islam, 
> sama-
> > sama lahir dan besar dari tradisi Islam, dan sama-sama fasih 
> memakai
> > justifikasi teologis dari kekayaan khazanah klasik Islam untuk
> > membenarkan argumennya.
> > 
> > Dengan demikian, persepsi dan pandangan umat terhadap konsep 
> syariat
> > Islam tidaklah monolitik, apalagi jika syariat Islam dikaitkan
> > dengan konsep politik, demokrasi dan pemerintahan. Persepsi 
> terhadap
> > syariat Islam tergantung pada ruang dan waktu di mana faktor
> > politis, sosiologis, ekonomis dan antropologis berperan membentuk
> > apresiasi dan persepsi yang beragam. Lihatlah suasana sidang-
sidang
> > konstituante pasca pemilu 1955, Masyumi dan NU merupakan kekuatan
> > utama pengusung Islam sebagai dasar negara. Kini NU dan 
> Muhammadiyah
> > justru paling depan menolak amandemen pasal 29 UUD 1945. NU dan
> > Muhammadiyah menjadi "tembok pertama" yang harus dilewati bagi
> > kelompok-kelompok baru dalam Islam (new Islamic movement) yang
> > belakangan ini gencar mempromosikan syariat Islam sebagai solusi
> > krisis.
> > 
> > Krisis multidimensional yang berkepanjangan di Indonesia memang
> > seringkali memunculkan keputusasaan beberapa pihak dalam mencari
> > formula penyelesaiannya. Karenanya, dalam menyikapi isu-isu 
teknis
> > yang meniscayakan solusi rasional malah melahirkan respon-respon
> > simbolis seperti anggapan bahwa penerapan syariat Islam akan 
> menjadi
> > panacea, menuntaskan segala krisis bangsa. Ia dianggap sebagai
> > eliksir, obat mujarab yang langsung manjur menyembuhkan segala
> > penyakit. Ironisnya, pada saat bersamaan, solusi rasional yang
> > diharapkan muncul dari orang atau pranata-pranata "sekuler" tidak
> > kunjung tiba, malah pranata tersebut dinilai bagian dari sumber
> > persoalan yang harus segera diatasi.
> > 
> > Last but not least, diskusi publik soal syariat Islam di 
Indonesia
> > yang melibatkan "pertarungan" antara "anak-anak kandung" Islam
> > membuktikan kebenaran adagium "Islam warna-warni." Syariat Islam
> > menjadi korpus teks yang terbuka untuk ditafsirkan siapa saja. 
> Tidak
> > ada lagi pihak yang berani mengklaim paling punya otoritas
> > menafsirkan Islam karena tidak ada satupun orang di muka bumi ini
> > yang berhak mengklaim bahwa dialah yang memiliki "hak paten" atas
> > Islam. Selamat Membaca !
> > 
> > Burhanuddin
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > ---------------------------------
> > Do you Yahoo!?
> > Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail Beta.
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> 
*********************************************************************
> ******
> > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
> Indonesia yg
> > Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
> > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> > 
> 
*********************************************************************
> ******
> > 
> 
_____________________________________________________________________
> _____
> > Mohon Perhatian:
> > 
> > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
> otokritik)
> > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
> dikomentari.
> > 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> > 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 
> > Yahoo! Groups Links
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> 
*********************************************************************
> ******
> > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
> Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> > 
> 
*********************************************************************
> ******
> > 
> 
_____________________________________________________________________
> _____
> > Mohon Perhatian:
> > 
> > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
> otokritik)
> > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
> dikomentari.
> > 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
> > 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> > 
> > Yahoo! Groups Links
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > The great job makes a great man
> >   pustaka tani 
> >   nuraulia
> > 
> >  __________________________________________________
> > Do You Yahoo!?
> > Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
> > http://mail.yahoo.com 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: